Semua Bab Kutukan Sang Alpha: Bab 41 - Bab 50

Dengan cepat, Waverly merunduk dan berguling menghindar. Tubuhnya menghantam jalan bekerikil dan rasa sakit yang menyengat menjalar di lengannya yang sebelumnya pernah terluka. Dia menopang diri dengan sikunya, berusaha mengumpulkan kekuatan. Akan tetapi, serigala itu menerjang kemudian menimpanya di atas tanah. Dia menggeram padanya, memperlihatkan setiap gigi taringnya yang besar saat ia membuka mulut. Waverly mengulurkan lengan ke samping, berusaha menggapai batang yang ada di sampingnya sambil menahan serigala itu dengan tangannya yang lain.Dia meraih batang itu dan menyelipkannya ke dalam mulut serigala tersebut, menggunakan ujung dari batang itu untuk membantunya mendorong binatang buas tersebut menjauhinya. Dia tidak bisa memercayai hal yang dilihatnya. Semua manusia serigala masih akan menyadari hal yang terjadi di sekitar mereka ketika mereka dalam bentuk serigala, tetapi mengapa yang satu ini tidak? Seolah-olah dia tidak bisa memahami hal yang terjadi di sekitarnya dan han

Waverly menyaksikan saat matahari terbit keesokan paginya. Dia memasukkan pakaian dan menyampirkan tasnya pada bahu, kemudian beranjak menuju tangga untuk sarapan ringan. Setelah beristirahat selama beberapa hari, sekarang dia sudah merasa lebih bertenaga daripada sebelumnya, bahkan meski dengan luka di lengan. "Pagi, Sayang," Aviana menyapanya ketika Waverly berjalan menuruni tangga. Waverly tersenyum dan mendekati pantry kecil mereka kemudian duduk. Aviana meletakkan sepiring panekuk di depannya dan Waverly menghirup aromanya. "Mmmm, acara khusus apa hari ini?" tanyanya sambil mencomot makanan yang masih hangat tersebut."Keberhasilanmu," jawab ibunya. "Dan juga, dirimu. Ibu sangat bangga padamu, Nak.""Ayah juga," kata ayahnya ketika muncul dari belokan tangga. "Kau akan menjadi seorang Luna yang luar biasa." Dia membungkuk dan mengecup puncak kepala Waverly kemudian menyapa ibu Waverly dalam sikap yang lebih romantis."Bagaimana kalian - ""Isadore," jawab mereka berd

Tatapan Sawyer kembali tertuju pada dokumen tersebut. Dia terlihat seolah-olah sedang mencerna segala hal yang baru saja Waverly beritahukan padanya. Bagi Waverly saja hal ini sudah terlalu banyak untuk dipahami, jadi dia tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya bagi pria itu."Sawyer?" Waverly memanggil setelah beberapa menit keheningan."Beri aku waktu sebentar lagi," katanya sambil mengangkat tangan. Dia masih terdiam; alisnya mengerut ketika dia terpaku pada satu titik di atas meja. Kemudian, dia mengangkat pandangannya untuk menatap Waverly; sorot matanya terlihat terluka, dan untuk pertama kalinya, dia sepertinya menyadari bahwa Waverly mungkin saja benar."Kau baik-baik saja?" Waverly bertanya sambil melangkah mendekatinya."Aku - " pria itu menghela napas.Waverly mengulurkan tangan dan meletakkannya di atas tangan pria itu di seberang meja, dan pria itu tidak menarik tangannya balik. Ibu jari Waverly mengusap punggung tangan pria tersebut. Alih-alih menolak Waverl

Waverly tidak bisa lagi mengenali keberadaannya. Rasanya seolah dia sedang mengambang di udara di sebuah dunia lain. Di depannya, terdapat sang pria bayangan. Sosok abu-abu mudanya membuat Waverly bisa melihat beberapa fitur wajah dari kejauhan, seperti tubuh tingginya dan rahangnya yang tegas. Pria itu mulai berjalan ke arahnya dan semakin dekat pria tersebut, semakin jelas dia terlihat. Dia adalah Sawyer.Mata Waverly terbuka dan dia menatap langit. Matahari telah melewati bulan dan beranjak ke belakang pegunungan, sementara bintang-bintang kini bersinar di langit malam. Waverly menurunkan tatapannya ke arah tangannya yang kini terjuntai sendiri. Ketakutan, dia melayangkan pandangannya ke depan dan melihat Sawyer berdiri di sana dengan segala kesempurnaannya, membolak-balik tangannya dalam kekaguman. Pria itu menatap Waverly dan mereka berdua berdiri diam sambil menatap satu sama lain dengan mata terbelalak."Ini ..."Apakah ini adalah mimpi? Dengan segera dia akan terbangun di

Setelah Gerhana Bulan, Waverly tidak lagi melihat pria bayangan. Tidak lagi muncul dalam mimpinya, pria itu kini muncul di dalam kehidupan nyatanya, dalam bentuk pasangannya, Sawyer Einar. Hanya saja, sesekali dia masih menggambar sosok misterius yang awalnya hanya berupa siluet, kini semakin mirip dengan gumpalan hitam yang menggelap.Waverly duduk di kursi dekat jendela persis seperti yang dia selalu lakukan sejak tiba di Pegunungan Trinity tujuh bulan lalu, hanya saja kini dia berada di ruang seni yang dibuatkan khusus oleh Sawyer untuknya. Pantulannya terlihat pada kaca yang membatasinya dengan pemukiman di bawah sana, yang dipenuhi baik para serigala maupun orang-orang. Waverly masih fokus pada lukisannya yang kini tidak terlihat seperti apa pun yang pernah dia gambar sebelumnya - gumpalan tersebut berbentuk dan berukuran sama, tetapi di bagian tengahnya, Waverly melihat sepasang mata yang membaur dengan warna dari bentuk tubuhnya, dan mata tersebut sangat mencolok, seolah tenga