All Chapters of Kutukan Sang Alpha: Chapter 51 - Chapter 60

Situasi kembali tenang. Selama setahun belakangan, Christopher sama sekali tidak terlihat dan semuanya kembali seperti dahulu kala: normal.Matahari bersinar masuk melalui jendela kaca Tillbury's, menyorotkan cahaya langsung ke arah dinding yang baru saja dicat. Sawyer meletakkan rol dan mengusap dahi dengan punggung tangannya sebelum mengelap tangan tersebut ke celana jinsnya."Kau ingat aku menjalankan restoran, 'kan?" kata Darren sambil merogoh saku belakangnya. Pakaiannya dilumuri cat berwarna hijau laut dan keringat mengalir di dahinya. "Aku punya banyak orang bergelimpangan di sini." Dia mengeluarkan sebuah kain dari balik punggungnya, kemudian menyerahkannya pada Sawyer. Sawyer mengulurkan tangan dan mengambil kain dari Darren, mengusapkan kain tersebut pada dahinya. "Ya, kalau saja kau sudah memperbaiki pendingin ruangannya, kita tidak akan sekarat karena serangan hawa panas."Darren mengibaskan tangannya, mengabaikan komentar Sawyer. "Kita akan mengurusnya setelah ren

Waverly dan Sawyer berlari menuruni bukit menuju pedesaan masih dengan mengenakan setelan makan malam mereka, mengikuti Katia dari belakang. Di ujung jalan, asap dari Tillbury's mulai terlihat dan Sawyer berbelok tajam, berlari lebih kencang ke arah bangunan yang terbakar. Darren Tillbury berdiri di luar restoran, memeluk istrinya yang tengah menangis. Anggota kawanan Bayangan Merah lain sudah berkumpul di sekeliling bangunan yang paling terkenal di pedesaan, dan hanya bisa menyaksikan dalam ketidakpercayaan dan ketidakberdayaan selagi kobaran api semakin membesar setiap menitnya. Suara celotehan terdengar di latar saat orang-orang tiba, membisikkan pendapat mereka pada satu sama lain. Tangan bebas Darren menutupi mulutnya, dan dia terlihat begitu terguncang melihat toko milik keluarganya dihancurkan oleh asap dan api."Darren!" Sawyer berseru selagi mereka mendekati toko. "Apa yang terjadi?""A - aku tidak tahu ..." jawabnya masih tercengang. "Setelah kau pergi ... aku tinggal

Ketika cahaya akhirnya kembali, hari sudah pagi dan bulu mata Waverly mengerjap terbuka. Dia merenggangkan lengan dan menjulur untuk memadamkan lampu tidur yang masih menyala. Kertas-kertas yang berserakan di atas pangkuannya dari malam sebelumnya kini sudah tertata rapi di atas meja nakas. Apa yang terjadi? Dia tidak ingat merasa kelelahan hingga tertidur tanpa sadar - tetapi, mungkin saja dia memang lelah.Waverly mengulurkan tangan untuk meraba sisi di sampingnya. Kosong. Dia menoleh dan melihat seprai serta selimut sudah tersibak kemudian menghalangi sinar jingga matahari yang mengintip dari jendela dengan tangannya. Waverly menyingkirkan selimut darinya dan beranjak keluar dari tempat tidur, berjalan keluar kamar dan menelusuri lorong menuju pintu masuk.Ketika dia menuruni tangga, aroma kuat dari roti panggang dan telur memenuhi penjuru rumah. Dia berbelok dan melihat Sawyer berjalan masuk dengan membawa sebuah piring lalu meletakkannya di atas meja makan. Dua piring tambahan

Ketika Waverly terjatuh dalam mimpi, kali ini, dia berada dalam lokasi yang berbeda. Di sekitarnya terdapat beberapa pohon dan ketika dia menunduk menatap kakinya, dia menyadari dirinya sedang berdiri di dalam air yang permukaannya mencapai lutut. Waverly melirik ke kanannya dan melihat sebuah batu besar dikelilingi bebatuan kecil di sudut sungai. Air menghantam kakinya dan suara angin yang berembus terdengar seperti lolongan serigala.Dia melangkah mundur dan kakinya menyapu rumput tinggi di tepian luar sungai, kemudian mendapati sepetak pohon sakura merah muda yang tampak ungu pucat di langit kelabu.Waverly kembali mengalihkan perhatiannya ke bebatuan tempat sesosok siluet kini duduk. Sosok itu bertubuh tinggi dengan rambut panjang bergelombang, dan dari torsonya terdapat sebuah sirip memanjang. Di atasnya, pada sebuah bukit kecil, terdapat sosok lainnya yang tampak dalam kegelapan; keduanya menatap tepat ke arah Waverly tanpa bergerak sedikit pun."Waverly," sebuah suara mema

Keesokan harinya saat Waverly terbangun, dia melihat Sawyer sedang beranjak keluar dari tempat tidur. Punggungnya yang berotot menghadap Waverly, dan Waverly tersenyum sambil merenggangkan tubuh, mengingat bahwa semalam dia baru saja menyapukan jemarinya di sepanjang tubuh tersebut."Selamat pagi," sapanya sambil menguap. Sawyer menoleh dan tersenyum dengan bibir terkatup. "Selamat pagi."Pria itu meraih sebuah kemeja dari lantai dan mengendusnya sebelum menyelipkannya melewati kepala hingga menutupi torsonya. "Mau ke mana?" tanya Waverly sambil duduk di tempat tidur. Rambutnya kusut di beberapa bagian di belakang kepalanya dan matanya baru setengah terbuka, tetapi dia secara otomatis mendongakkan kepala ketika Sawyer mendekati tempat tidur dan mengecupnya."Mengunjungi Darren. Mungkin dia bisa membantuku untuk memahami apa yang paling dibutuhkan agar kita bisa tahu harus melakukan apa terlebih dahulu," jawabnya sambil berjalan ke kamar mandi utama. Waverly mendengar sua