All Chapters of Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha: Chapter 31 - Chapter 40

Sudut Pandang AlaricAku melihat Lavinia dan para penyihir lainnya pergi saat aku berdiri di sana, tercengang dengan kebodohanku sendiri. Anggota kawanan yang hadir mulai meninggalkan tempat itu juga, meninggalkan aku, Quentin, Carl, dan Vicky.Pernikahan?Apa yang aku pikirkan?Jika aku mencoba memberi jarak antara Raven dan diriku, aku gagal dengan spektakuler. Aku telah menerima bahwa dia adalah pasanganku, tetapi aku masih mencoba untuk mencari tahu bagaimana kami bisa membuat hubungan ini berhasil tanpa mengecewakan semua orang. Dan aku akui, respons langsung aku setelah sembuh dari penyakit saat itu tergesa-gesa dan sedikit tidak adil. Seharusnya aku memberinya waktu untuk menjelaskan.Setelah Quentin memberi tahuku apa yang terjadi dan apa yang dikatakan Raven kepadanya, aku merasa tidak enak dengan reaksiku. Namun, aku masih butuh waktu untuk menyelesaikan masalah di kepalaku sebelum aku meminta maaf padanya. Aku entah bagaimana tahu dia akan aman bersama Evanora, jad

Dengan satu jentikan pergelangan tangan, blusku menjadi seperti awal dan celanaku kembali ke tempat yang semestinya. Aku bergegas menuju pintu dan mengayunkannya terbuka untuk menyambut musuhku dengan rambut acak-acakan dan bibir bengkak yang baru saja dicium. Vicky mundur selangkah karena terkejut, mengamati penampilanku dan kekacauan yang sengaja tidak aku rapikan. Aku tersenyum padanya dengan cara yang sangat manis."Ada yang bisa aku bantu, Vicky? Kami sedikit sibuk saat ini. Perencanaan pernikahan dan segala hal lainnya," kataku.Wajahnya berubah menjadi ekspresi marah yang menggila dan aku hampir tidak punya cukup waktu untuk melangkah menghindar saat dia menerjang ke arahku."Dasar JALANG! Kamu telah menyihirnya dengan sihir jahatmu dan aku tidak akan biarkan itu!" dia berteriak dengan geraman dan menerjangku lagi.Seluruh tubuhku tersengat listrik dan aku senang dia memberiku alasan untuk akhirnya menggunakan sihirku padanya. Aku menggumamkan kalimat pilihan dan mengiri

Keesokan paginya aku mengetahui bahwa rencana pernikahan sudah sepenuhnya berlangsung. Tempat di sampingku sudah kosong ketika aku bangun, jadi aku segera mandi dan berganti pakaian untuk mencari calon suamiku. Carl menyambutku di pintu dan membawaku turun ke dalam kekacauan. Aku langsung dibombardir oleh seorang wanita pendek gemuk berusia pertengahan empat puluhan dengan rambut merah kecokelatan."Pengantinnya ada di sini! Sempurna, sekarang kita bisa mencocokkan gaun pengantinmu. Kita mungkin perlu melakukan perubahan dan tentu saja aku perlu tahu siapa yang akan menjadi pendamping pengantin wanita..." wanita berbadan tegap itu terus berbicara tapi aku mulai mengabaikannya. Rasa sakit yang tajam menyerang dadaku.Jika Rowena masih ada mungkin dia akan menjadi pendamping pengantin wanitaku.Aku tersentak dari pikiran depresiku ketika wanita itu meraih tanganku dan menyeret aku ke ruang depan formal yang kosong. Aku senang dengan kesunyian tetapi aku mendambakan kesendirian, buk

Sudut Pandang AlaricHal itu adalah ide terburuk sekaligus terbaik yang pernah aku miliki. Sekarang, bahkan jika dewan melarang pernikahan kami, sudah terlambat bagi mereka untuk menolak Raven sebagai jodohku. Aku telah menandainya, tidak ada yang bisa mengubah keputusan itu sekarang.Memikirkan apa yang baru saja kulakukan membuat darah langsung mengalir ke selangkanganku. Aku tidak tahu bagaimana aku akan menjauhkan tanganku darinya sampai pernikahan. Hanya tinggal satu hari lagi, secara teknis, tetapi itu akan menjadi 24 jam terlama dalam hidupku.Dia akhirnya milikku. Tidak ada dan tidak seorang pun yang akan memisahkan kami.Sekarang aku harus mencari cara untuk menyampaikan berita ini kepada anggota dewan dengan lembut. Aku berjalan menuju ke kantorku untuk minum minuman keras dan mungkin sedikit melakukan pelepasan untuk menghilangkan tekanan ini. Saat aku melewati kerumunan orang yang menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan, aku ingat untuk memberi tahu Maryann tenta

Aku harus memuji diriku sendiri; menutup pintu di depan Rick adalah hal tersulit yang pernah aku lakukan. Tetapi jika aku tidak menahan diri tadi malam, kami akan melakukannya terlalu jauh dan aku akan menyesalinya. Ada sesuatu yang romantis dan bermakna tentang menunggu sampai kami menikah untuk menyempurnakan hubungan kami dan aku akhirnya merasa seperti takdirku adalah milik diriku sendiri.Matahari pagi bersinar terang melalui jendela saat aku berbaring di tempat tidur dan meregangkan tubuh, ingin bersenang-senang di waktu merenung yang tidak diganggu. Aku bangun dengan bahagia hari ini, meskipun kesedihan dan perasaan gentar bisa kurasakan di sekelilingku selama beberapa hari terakhir ini. Aku berharap aku bisa berada di sana untuk upacara terakhir Rowena, tetapi aku tidak ingin menyebabkan drama apa pun untuk Moira saat dia mengucapkan selamat tinggal.Aku masih tidak yakin apakah dia akan muncul besok berdasarkan percakapan terakhir kami dan aku tahu aku akan sangat terluka