Perhatian Mama langsung teralihkan oleh kehadiran Yolanda. Tatapannya pun berpindah dari diriku.“Cantik.”Yolanda berdiri di sana, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis ke arahku.“Mira, kenapa pakai baju setebal itu?”Ucapan itu seketika membuat semua orang menoleh ke arahku.Mata kami bertemu. Tatapan Yolanda penuh ejekan, hatiku mencelos. Tapi kali ini, aku tidak lagi menanggapi dengan sikap menyerang seperti dulu.Aku menarik napas, menenangkan diri, baru hendak bicara, tapi Yolanda sudah lebih dulu menggamit lengan Mama, wajahnya dihiasi senyum manis.“Mama, aku juga sudah siapkan satu baju untuk Mira, lho.”Mama mengangguk puas, tampak senang.Yolanda kembali menatapku, sorot matanya menyimpan niat buruk.“Mira, mau coba pakai nggak?”Aku mengepalkan jemariku, teringat luka-luka di tubuhku. Dengan tenang, aku menolak, “Nggak usah, terima kasih.”Wajah Yolanda sekilas tampak kecewa, tapi cepat-cepat ia memaksakan senyum.“Kalau begitu, ya sudah.”Wajah Julian ikut menggela
Baca selengkapnya