Semua Bab Enemate, Enemy To Soulmate : Bab 71 - Bab 80

Prudence merasa tenang setelah mendapatkan restraining order dari NYPD dan dia pun tidak masalah jika Amelie mulai macam-macam mendekati dirinya. Shana pun juga merasa lega karena dengan begitu, ada kekuatan hukum untuk bisa menghukum jika dilanggar oleh Amelie. Xander pun lebih tenang karena bisa meninggalkan Prudence di New York sendirian. "Aku harus pulang Pru." Xander menatap Prudence dengan wajah tidak nyaman. "Aku kepikiran kamu.""Tidak apa-apa Xander. Soalnya kamu kan harus mengurus semua pekerjaan disana bersama dengan Papa Xavier," jawab Prudence. "Aku sudah punya restraining order jadi kamu tenang saja."Xander mengangguk. "Aku minta kamu jangan sering pergi-pergi. Bukan apa-apa, kita tidak tahu apa yang akan terjadi bukan? Apalagi kamu kan tidak mau ada pengawal. Jadi kalau kamu mau pergi, lebih baik minta pada mama atau papa untuk temani kamu.""Iya Xander. Kalau ada Asha, aku pasti akan minta tolong ditemani." Prudence tersenyum ke Xander yang langsung cemberut. "Sayang

Shana dan Rodrigo melongo saat mendengar ucapan dokter yang mengoperasi Prudence sementara Asha langsung jatuh terduduk. Vokalis band rock itu menangis tersedu-sedu karena merasa dialah penyebab semua ini."Kalau saja aku tidak mengajak Pru pergi ...." ucapnya berulang kali."Ke ... keguguran? Indung telurnya ru ... sak satu?" suara Shana terdengar tercekat sedangkan Rodrigo tampak mengepalkan tangannya. Dirinya sangat marah dengan pelaku yang diyakininya adalah Amelie."Iya Mrs Diaz tapi Puji Tuhan, rahimnya tidak apa-apa, tidak ada kerusakan. Seperti yang kita tahu, jika indung telur rusak saat hamil, dampaknya sangat tergantung pada apakah kerusakan tersebut terjadi sebelum atau sesudah terjadi pembuahan, serta tingkat kerusakannya. Jika kerusakan sel telur terjadi sebelum pembuahan dan pembuahan tidak berhasil terjadi, kehamilan tidak akan terjadi. Namun, jika kerusakan terjadi setelah sel telur yang telah dibuahi menempel di dinding rahim, janin yang mulai tumbuh dapat terpengaru

Shana masuk ke dalam kamar rawat Prudence dan melihat putrinya sudah tidur dengan dipeluk Xander. Shana tahu keduanya dalam keadaan hancur dan patah hati. Bagaimana tidak, dua hal dalam diri Prudence, satu indung telur dan janin yang di dalam rahimnya. Shana rasanya marah besar dan ingin membunuh Amelie dengan tangannya sendiri. Bagaimana bisa sesama perempuan tega melakukan itu?"Mama ...." Xander menoleh ke arah Shana yang berdiri di depan pintu."Bagaimana dengan Pru, Xander?" bisik Shana sambil menghampiri Xander yang tampak berantakan. Rasa sedih, amarah, terluka dan kehilangan terlihat di wajah pria berdarah Norwegia itu."Hancur Mama ... Dia takut tidak bisa hamil lagi," jawab Xander sambil mengelus rambut Prudence."Mama tahu rasanya ... Kehilangan kalian berdua itu sangatlah berat dan tidak bisa dimaafkan semua perbuatan Ammelie." Shana mengambil kursi dan duduk di seberang Xander. "Mama merasa bersalah tidak bisa melindungi Pru, Xander. Mama juga malu dengan almarum Grandma

Di Sebuah Apartemen di Pinggiram kota New Jersey"Jadi aku belum aman?" Tanya Amelie saat asistennya menghubungi dirinya."Belum Ammie. Ini saja aku menelpon kamu dengan nomor telepon terenkripsi dan VPNkarena FBI mencari kamu juga!" jawab asistennya. "FBI? Apa hubungannya?" tanya Amelie bingung."Kamu tidak tahu? Paman dan Opa Prudence adalah chief dan direktur FBI New York! Ammie, kamu menyerang orang yang memiliki keluarga berpengaruh!" seru asistennya.Amelie melongo. "Apakah itu benar?""Iya Ammie!" Keringat dingin mengalir di kening dan leher Amelie. Jika FBI sudah turun tangan dan masih ada hubungannya dengan Pru, bukan tidak mungkin mereka akan mengirimkan banyak agen untuk mencari dirinya! Pantas asistenku harus memakai telepon terenkripis dan VPN karena berhubungan dengan FBI! Apakah mereka akan bisa menemukan aku? Bagaimana dengan transaksi perbankan? Sudah pasti akan dilihat ... Tunggu! Aku punya dana di crypto bukan! Biar dicairkan. Aku punya emas, biar asistenku yang m

Amelie hanya bisa mengangkat kedua tangannya karena semua orang yang masuk ke dalam apartemennya, menodongkan pistolnya ke arahnya. Wanita itu hanya menatap tajam ke arah asistennya yang tampak takut. Dirinya tidak menduga akan diikuti FBI dari New York."Bagaimana kamu bisa diikuti oleh Fed!" bentak Amelie ke asistennya yang hanya menunduk dengan pengawalan ketat dari dua agen FBI."Aku sudah berhati-hati, Ammie!" balas asistennya."Sudah! Sudah!" bentak Mavendra kesal. "Anda berhak untuk tetap diam. Apa pun yang Anda katakan dapat dan akan digunakan untuk melawan Anda di pengadilan. Anda berhak berkonsultasi dengan pengacara untuk mendapatkan nasihat sebelum kami mengajukan pertanyaan apa pun. Anda berhak didampingi pengacara selama pemeriksaan. Jika Anda tidak mampu membayar pengacara, pengacara akan ditunjuk untuk Anda sebelum pemeriksaan jika Anda menginginkannya. Jika Anda memutuskan untuk menjawab pertanyaan sekarang tanpa didampingi pengacara, Anda berhak untuk berhenti menjaw