Runa akhirnya mengangkat tangannya, ragu sejenak sebelum menyentuh wajah Kian yang penuh luka lama. Jemari halusnya berhenti di rahang kokoh itu, yang kini terasa menegang di bawah sentuhannya. Kedua tangannya menahan sisi wajah Kian, seolah ingin memastikan bahwa lelaki di hadapannya nyata, bukan sekadar bayangan masa lalu yang datang lagi untuk menghantuinya.Kian terkejut, matanya membesar sesaat, lalu perlahan melembut ketika ia merasakan hangat yang sudah lama ia rindukan. Pandangan Runa menelusuri tiap garis wajahnya yang tegas, bekas luka samar di pelipis, hingga mata gelap yang bergetar menahan emosi.“Runa …” suara Kian nyaris pecah, serak dan tak berdaya.Namun Runa menundukkan wajahnya sedikit, matanya menatap lurus, dalam, seakan ingin menembus seluruh lapisan yang Kian sembunyikan. “Aku percaya kamu, Kian.”Kalimat itu sederhana, tapi bagi Kian, terasa seperti cahaya yang menembus pekat paling gelap dalam hidupnya. Napasnya tersengal, bibirnya bergetar, lalu dengan reflek
Last Updated : 2025-09-25 Read more