Juwita terdiam, bola matanya gelisah, kedua tangannya meremas ujung blazernya sendiri. Ia menelan kasar salivanya, suaranya bergetar saat akhirnya bicara. “Aku cuma nggak mau kamu tambah kusut, Run. Kamu udah sering banget dijadiin sasaran. Gosip kemarin bahkan sampai membuat beberapa sponsor seminar kabur. Bukan cuma itu, karirmu sebagai duta anti selingkuh juga dicopot. Aku takut —”“Terlambat, Juw.” Suara Runa pecah, namun tegas. Matanya basah tapi tak ada air mata jatuh, hanya kilatan amarah bercampur luka. Rahangnya menegang, dagunya terangkat seakan menantang dunia. “Aku sudah pernah hancur. Waktu masih sama Darrel. Jadi … nggak ada lagi yang bikin aku takut.”Nama itu meluncur begitu saja, dingin, berat, namun penuh luka. Dan seakan takdir mendengar, ketukan pelan terdengar dari pintu. Suara berderit lembut mengiris keheningan yang baru saja jatuh.Juwita sontak menoleh, alisnya terangkat, wajahnya panik. Sementara Runa membeku di tempatnya. Dadanya naik-turun cepat, seolah det
Terakhir Diperbarui : 2025-09-15 Baca selengkapnya