Di kursi kayu berukiran yang menghadap ke pekarangan luas, Jagat duduk bersandar, kakinya disilangkan. Di tangan kanannya, sebuah cerutu menyala, asapnya melingkar di udara, bergerak pelan sebelum menghilang karena angin malam. Suara jangkrik mulai ramai. Di kejauhan, terdengar sesekali gonggongan anjing kampung. Pria itu menikmati keheningan seperti biasa. Tetapi entah mengapa malam ini, ia tidak segera masuk ke kamar. Ia terlihat santai, tidak seperti biasanya yang dingin dan kaku seperti kanebo kering. Sementara sorot matanya kosong menatap gelapnya malam.Tidak lama kemudian, langkah pelan terdengar dari dalam rumah. Gadis berkulit pucat itu muncul dari balik pintu, rambutnya tergerai dengan indah. Ia mengenakan daster tipis berwarna kalem, membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat dan potongan kecil singkong goreng.“Saya buatkan teh, Mas,” ujarnya pelan dan sedikit ragu. Tentu saja, Sukma merasa ragu jika kehadirannya ditolak
Last Updated : 2025-08-28 Read more