Aku dan Dokter Janu seketika panik saat Ibu tiba-tiba pingsan. Beruntung di tengah kepanikan, Dokter Janu masih bisa berpikir jernih untuk segera membawa Ibu ke rumah sakit. Awalnya, aku menyarankan agar Ibu dibawa ke puskesmas saja, mengingat jarak rumah sakit terlalu jauh dari kampungku. Namun, Dokter Janu menolak karena fasilitas kesehatan di puskesmas belum lengkap."Lebih cepat lagi, Dok," desakku. Entah sudah berapa kali aku berbicara seperti itu pada Dokter Janu. Aku benar-benar sudah khawatir karena Ibu tak kunjung sadar sejak tadi.Kini, aku hanya bisa memeluk wajah Ibu dengan air mata yang tak berhenti mengalir. Membayangkan kehidupanku sejak kecil hingga sebesar ini. Aku akui, Ibu memang tak memberi kasih sayang. Namun, dialah satu-satunya wanita yang mengurusku sejak bayi meski dengan terpaksa. Jika Ibu mau, bisa saja Rindu bayi dia buang, kan? Atau, Ibu simpan di panti asuhan. Tapi, tidak! Ibu lebih memilih membesarkanku hingga dewasa."Ayo, bangun, Bu. Lihat Rindu dulu
Last Updated : 2025-08-15 Read more