Sepuluh menit kemudian kakak iparku datang dengan mobil miliknya, dia terlihat buru buru keluar dan menemuiku."Bagaimana keadaanmu Mariana?""Baik, Mas," jawabku menyeka air mata."Apa rencanamu sekarang?""Gak tahu ...," jawabku sedih."Sebaiknya kuantar kamu ke rumah ibumu ya," ujarnya."Iya, aku memang tak punya pilihan, Mas," jawabku."Kalau kamu masih ingin tinggal di rumahku, maka, aku akan bicara pada Vina agar dia tak ikut campur lagi.""Ah, janga Mas, itu memperkeruh keadaan dan menimbulkan salah paham.""Tadi aku sudah menegurnya untuk tak lancang mengusirmu lagi, bagaimana pun urusanku, bukanlah bisnis hidupnya!""Janga Mas, jangan demi aku Mas dan istri bertengkar," cegahku menatapnya."Ya, ampun, jangan melihatku, begitu, rasanya iba sekali melihat seorang wanita menangis," ujarnya mengusap pipiku. Aku yang sedikit merasa malu dan canggung juga tak mampu menyembunyikan sensasi berputar di dalam perutku, seakan ada ribuan kupu-kupu berterbangan di sana. Aku bahagia di
Terakhir Diperbarui : 2025-08-16 Baca selengkapnya