All Chapters of CALL ME NUMBER ONE: Chapter 21 - Chapter 30

Lucio perlahan dengan berani mengusap kepala Maya. Ia tak bisa berbohong bahwa sesungguhnya ia pun memiliki rasa yang sama seperti Maya.Hanya saja ia merasa tak pantas bersanding dengan Maya. Maya seorang pengusaha, ia punya segalanya. Maya orang kaya, sedangkan Lucio?Usianya jauh lebih muda. Dia hanya seorang anak kampung, perantau, tidak memiliki sesuatu keahlian khusus untuk dibanggakan.Tambah lagi sekarang, ia tidak lagi sama seperti laki-laki lain pada umumnya. Ia seorang lelaki panggilan. Lelaki pemuasa nafsu yang dibayar mahal sekali pertemuan.Menyadari posisinya itu membuat Lucio kemudian membisu lagi, menyender pada dinding lalu menatap Maya yang sedang menangis. "Aku harus gimana sekarang? Aku telah merusak romantic dinner pertamaku dengan Maya. Aku telah merusak kencan pertamaku dengan Maya. Dan Maya benar-benar kecewa bahkan sampai menangis sekarang."Lucio kembali berkutat dengan isi di kepalanya, memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi kedepannya, atau mungki

Tak ada suara yang keluar dari mulut Lucio dan Maya. Tak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya sejak keduanya sudah sama-sama berada di dalam kolam renang yang sama.Sama-sama tak mengenakan sehelai pun kain lantaran tak ada pakaian ganti. Tak ada juga rencana untuk menginap sebelumnya. Semuanya terjadi begitu saja.Lucio asyik berenang, membiarkan dirinya menikmati semua yang belum pernah ia rasakan. Terakhir kali ia berenang waktu ia masih SMP.Dan kali ini ia baru merasakannya lagi, dengan suasana yang berbeda jauh. Ia menahan matanya untuk menatap ke arah Maya. Namun...Berbeda dengan Maya. Ia justru sesekali mencuri pandang melihat Lucio yang tampak asyik menikmati moment saat ini.Sesekali juga Maya melakukan hal yang tak biasa ia lakukan. Ia membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air dan berusaha melihat adik kecil Lucio di dalam air meski samar-samar terlihat.Lucio tak menyadari semua yang Maya lakukan. Hingga ia merasa puas dan memutuskan untuk keluar terlebih dahulu

Bella baru saja selesai mandi. Ia masuk ke kamar dan berjalan menuju ke depan lemari pakaiannya, memilih pakaian yang akan ia kenakan malam ini.Sama seperti malam-malam sebelumnya, tak ada kegiatan istimewa yang ia lakukan. Ia habiskan waktunya di rumah seorang diri.Ia sama sekali tak menunjukan kerinduan sedikitpun pada suaminya yang selalu sibuk urusan kerja ke luar kota.Saat sedang memilah pakaian yang cocok untuk dirinya, gawainya tiba-tiba berdering. Ia pun meningalkan aktivitasnya dan mengintip ke layar gawainya. "Toni? Tumben video call? Mimpi buruk kali dia? Hampir tiga bulan gak ada kabar kemana aja sih?"Bella langsung meraih gawainya dan dengan segera menjawab panggilan video dari Toni. "Halo sayangku, sibuk ngga?" Tanya Toni di seberang via panggilan video.Dari layar gawai Bella nampak jelas bahwa lelaki itu hanya seorang diri sekarang dan sedang berada di atas ranjang; rebahan."Kemana aja sih? Tumben banget nelpon? Mimpi buruk ya semalam?" Tanya Bella judes."Lah, ko

Feren dan kelima rekannya baru saja tiba di kost. Sementara di dalam kost, Lucio telah berpakaian rapi. Ia masih mengenakan baju dan celana yang sama seperti saat ia bertemu dengan Maya."Widih, udah rapi aja nih. Mau ke mana?" Tanya Erik yang pertama masuk dan melihat Lucio yang telah rapi dan wangi."Kerja, bro. Masuk malam," sahut Lucio seadanya.Sementara di belakang Erik, Feren dan yang lainnya tak menggubris apa-apa. Mereka berlalu begitu saja masuk ke dalam kamar dan langsung mengganti pakaian kerja mereka."Percuma juga nanya, toh jawabannya pasti sama juga kan?"Feren masih tetap diam dan tak mau menghiraukan Lucio sama sekali. Lucio menyadari itu namun ia pun tetap masa bodoh.Ia kemudian berpamitan ke teman-temannya lalu pergi begitu saja. Ia mengendarai sepeda motornya agar tak meninggalkan kecurigaan pada teman-temannya jika ia harus berjalan kaki ke New Idola hotel.Malam ini akan kembali bekerja sebagai seorang gigolo, menepati janjinya dengan Maya. Namun yang tidak ia

Ayu perlahan berjalan mundur sambil tetap berada dalam dekapan hangat Lucio. Kedua bibir mereka masih terus beradu. Ayu sama sekali tak mau melepasnya karena ia mulai merasakan kenikmatan dari ciuman Lucio.Lucio tak butuh waktu lama untuk mengimbanginya meskipun baru pertama kali melakukannya dengan Maya seminggu yang lalu.Sesampainya di tepi ranjang, Ayu langsung berniat merebahkan tubuhnya namun Lucio menahannya, membuat tubuhnya sedikit miring ke belakang.Gunung kembarnya yang kenyal menekan dada Lucio sehingga membuat Lucio perlahan mulai mempercepat gerakan bibirnya.Ia memindahkan bibirnya ke bagian leher Ayu, menciuminya dan kembali lagi ke bibir Ayu."Ahhhh,,,," Ayu mendesah sekali lagi, membuat Lucio semakin memacu gerakan bibirnya, kali ini turun ke bagian dadanya lalu menyapu lidahnya pada belahan gunung kembar milik Ayu yang terbuka.Lucio kemudian menggendong tubuh Ayu, membiarkan kedua kaki Ayu melingkar pada pinggangnya sehingga ia dengan mudah mencium gunung kembarn