Share

PENGAKUAN (3)

last update Last Updated: 2025-08-22 23:56:34

Tak ada suara yang keluar dari mulut Lucio dan Maya. Tak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya sejak keduanya sudah sama-sama berada di dalam kolam renang yang sama.

Sama-sama tak mengenakan sehelai pun kain lantaran tak ada pakaian ganti. Tak ada juga rencana untuk menginap sebelumnya. Semuanya terjadi begitu saja.

Lucio asyik berenang, membiarkan dirinya menikmati semua yang belum pernah ia rasakan. Terakhir kali ia berenang waktu ia masih SMP.

Dan kali ini ia baru merasakannya lagi, dengan suasana yang berbeda jauh. Ia menahan matanya untuk menatap ke arah Maya. Namun...

Berbeda dengan Maya. Ia justru sesekali mencuri pandang melihat Lucio yang tampak asyik menikmati moment saat ini.

Sesekali juga Maya melakukan hal yang tak biasa ia lakukan. Ia membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam air dan berusaha melihat adik kecil Lucio di dalam air meski samar-samar terlihat.

Lucio tak menyadari semua yang Maya lakukan. Hingga ia merasa puas dan memutuskan untuk keluar terlebih dahulu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • CALL ME NUMBER ONE   PERCAKAPAN MENJELANG PAGI

    Setelah pertengkaran di perjalanan pulang dari Bandung, Maya memilih diam. Ia masih kesal dan marah pada Number One yang seakan tidak percaya dengan apa yang ia katakan. Namun Maya tak tahu yang sebenarnya. Number One diam-diam meyakini itu karena ia sendiri telah melihat sendiri apa yang dikatakan oleh Maya itu. Karenanya, setibanya di kontrakannya ia tak bisa tidur. Hampir semalaman ia memikirkan hal itu. Selama ini ia tak pernah tahu dengan jelas latar belakang semua wanita yang menggunakan jasanya. Ia tak pernah bertanya sejauh itu. "Apa sebaiknya aku tanya ke Maya langsung aja kali, ya?" Lucio, yang masih dipanggil Number One oleh wanita-wanitanya itu sempat berpikir untuk menanyakan itu langsung kepada Maya namun ia tak mau Maya tahu. Karena itu ia memutuskan untuk diam saja dan mencoba mencari tahunya sendiri. "Ngga ah, yang ada ntar Maya juga ikut-ikutan merasa takut kalau tau ada yang diam-diam ikutin aku. Dia juga jelas gak aman dong kalau itu beneran terjadi?" Dan kin

  • CALL ME NUMBER ONE   HOME SWEET HOME

    Setelah urusan singkatnya di Bali - mengunjungi restoran miliknya - dan sesuai janjinya pada putri semata wayangnya, Maya pun kembali ke rumah.Ia juga tak lupa mengabarkan putrinya tentang kepulangannya sehingga pada waktu yang bersamaan, keduanya kembali ke rumah. "Mau Mama jemput atau gimana, sayang? Sopir Mama udah antarin mobil ke bandara," tanya Maya pada Nancy putrinya. "Gak usah, Ma. Kita ketemu di rumah aja, ya. Aku minta temen aku aja yang antarin," balas Nancy lembut. Sudah bisa dipastikan bahwa saat ini Nancy tak lagi ada kemarahan pada ibunya. Meskipun masih ada kekesalan dalam dirinya tentang semua yang telah Maya lakukan di belakangnya, Nancy tetap memaklumi itu. Dan kini, saat matahari mulai terbenam, Maya dan Nancy kembali ke rumah di saat yang hampir bersamaan. Nancy menjadi orang pertama tiba di rumah. Ia sempat melirik ke dalam area rumah, memastikan keadaan di dalam sana kalau-kalau ada Fred ayahnya yang

  • CALL ME NUMBER ONE   PERDEBATAN DI JALAN PULANG

    Nancy mengabari ibunya bahwa ia sementara ini menginap di rumah teman kelasnya. Dan untuk sementara, tak ada kebencian dalam diri Nancy.Maya tentu bahagia. Putrinya telah memaafkannya. Terlebih lagi, putrinya memintanya untuk segera pulang.Namun masalahnya ialah Fred, lelaki bangsat yang sangat ia benci itu benar - benar nekat untuk terus kembali ke dalam kehidupannya.Sama seperti saat ini, alasan Nancy tak pulang ke rumah adalah lelaki itu. "Nancy gak mau pulang, Ma. Nancy nginap sementara di rumah teman.""Tapi besok kamu kan sekolah, sayang. Kenapa gak pulang ke rumah aja?" Tanya Maya balik."Ngga, Nancy gak mau ketemu ayah," jawab Nancy kekeh."Maksudnya?" Tanya Maya lagi penasaran."Ayah tadi datang ke rumah. Makanya Nancy buru - buru langsung pergi.""Sayang, dengerin Mama ya, Nak. Nancy gak boleh benci sama Ayah. Biar gimanapun dia itu ayah kamu, Nak.""Kalau aku gak boleh benci kenapa Mama boleh? Kenapa Mama selalu ngajarin yang gak bener buat Nancy?""Bukan gitu, sayang. M

  • CALL ME NUMBER ONE   MISI GAGAL

    Setelah keduanya selesai mandi, Maya mengajak Number One ke luar untuk makan malam. Maya memilih makan di luar ketimbang makan makanan yang disediakan restoran.Maya terus berusaha mencari kesempatan yang tepat untuk bisa memberitahu Number One namun masih belum bisa ia lakukan."Aku boleh nanya sesuatu gak sama kamu?" Tanya Maya membuka percakapan saat keduanya sedang makan."Banyak juga boleh," ucap Number One sambil tersenyum."Ngga, aku serius," ucap Maya lagi."Yaudah, mau nanya apa?"Maya menarik kursinya agar semakin dekat dengan Number One. Ia menarik nafas dalam - dalam dan mengumpulkan keberaniannya.Sesuatu yang seharusnya tak susah untuk dilakukan oleh Maya. Karena apa yang akan ia katakan saat ini demi kebaikan Number One sendiri."Kamu ngerasa ada yang aneh ngga beberapa minggu terakhir ini?" Tanya Maya pelan."Aneh? Maksudnya?" Tanya Number One balik keheranan.Maya kembali menarik nafasnya dalam - dalam sebelum kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama."Iya, kayak

  • CALL ME NUMBER ONE   BANDUNG

    Setelah tiba di rumah, Lucio ingin sekali langsung tidur. Ia tidak menemukan Feren dan teman - temannya yang lain.Ia masuk ke kamar dan langsung mengganti pakaiannya dengan celana pendek dan baju rumahan.Baru saja hendak merebahkan tubuhnya di kasur, suara telepon mengagetkannya. Lucio ingin sekali mengabaikannya namun tak kuasa melakukannya."Ya, halo...." Ucap Lucio menjawab panggilan telepon dari Maya."Halo, Number One. Maaf ya ganggu pagi - pagi. Kamu sibuk ngga? Temani aku dong.""Mau ke mana?" Tanya Lucio lagi."Ada lah, biasa mau cek lokasi. Tapi kali ini agak jauh," jawab Maya dari seberang. "Kamu sibuk ngga?" Tanya Maya lagi."Ngga sih, berangkat kapan?""Sekarang sih, kamu siap aja dulu nanti aku jemput ya.""Okelah, nanti aku kabarin ya kalau udah siap."Dengan sangat berat hati, Lucio akhirnya menerima ajakan Maya. Ia kemudian memaksa

  • CALL ME NUMBER ONE   JAWABAN BARU

    Sudah hampir lima jam ia menunggu di depan halte namun sia - sia. Tak ada tanda - tanda bahwa orang yang ia nantikan akan keluar dari hotel.Nancy kemudian memutuskan untuk pindah ke cafe sebelah hotel agar bisa sambil memesan minuman dan juga agar lebih nyaman untuk menunggu.Sementara di dalam sana, sosok lelaki yang ia ikuti sedang asyik bermesraan. Tetapi bukan dengan ibunya melainkan teman dekat dari ibunya.Seharusnya, jika Nancy menurunkan ego dan amarahnya sedikit saja dan memutuskan untuk menghubungi ibunya, ia tentu sudah tahu di mana keberadaan ibunya saat ini.Ia membiarkan amarah menguasai dirinya dan terus mencurigai bahwa ibunya saat ini sedang berada di dalam hotel bersama lelaki brondong tersebut yang ia lihat minggu kemarin."Mau sampe pagi juga tetap aku tunggu, Ma. Aku gak main - main. Aku harus pastiin kalau lelaki itu kembali lagi ke sini buat ketemuan sama Mama.Iya, kan?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status