Cahaya jingga memantul di kaca-kaca kastil, aku pikir semuanya akan tetap canggung, dan tenang, tapi ternyata tidak.Saat kami hendak kembali ke dalam, langkahku tergelincir di jalan batu yang licin oleh embun. Aku hampir saja terjatuh, tapi dalam sepersekian detik, Abiyasa sudah memegang lenganku dengan cepat menarikku ke arahnya. Tubuhku menabrak dadanya dan untuk beberapa detik dunia benar-benar berhenti lagi."Aku bisa jalan sendiri," kataku cepat, menunduk dan mencoba melepaskan diri, tapi genggaman tangannya tak langsung dilepaskan."Aku tahu," bisiknya pelan. "Tapi aku juga tahu kamu nggak akan mengaku kalau kamu sebenarnya butuh pegangan."Nada suaranya lembut tidak seperti dulu yang selalu terdengar dingin sebelum jarak dan waktu menjadikan kami orang asing.Ia melepas tanganku perlahan, tapi bukannya menjauh, ia merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan sapu tangan putih kecil, lalu mengusap noda tanah di ujung rokku."Seharusnya kamu lebih berhati-hati lagi."Aku diam, tidak
Last Updated : 2025-10-16 Read more