Retno memejamkan mata, seolah menahan ledakan emosi yang meluap di dadanya, lega, bahagia, sekaligus kaget. Masih pagi, dia sudah mendapat kabar yang menggembirakan.“Ya Tuhan…” gumam Retno lirih. Dalam sekejap, nada suaranya berubah penuh semangat. “Cucuku sudah lahir!” serunya, lalu memutus sambungan telepon sebelum Aditya sempat berkata lebih jauh.“Pak! Bapak!” panggil Retno sambil menuruni tangga dengan cepat-cepat, seolah dia lupa usianya tidak muda lagi. “Cucumu sudah lahir! Naira sudah melahirkan!”Arya yang sedang membaca informasi pergerakan saham dari ponselnya, kaget sekaligus bahagia. “Serius?”“Ayo, cepat, kita ke rumah sakit!” seru Retno dengan mata yang dipenuhi binar bahagia. Ia bergegas ke kamar, mengambil tas dan sedikit merapikan dandanannya, lalu menggamit tangan suaminya. “Aku tidak sabar melihat cucu pertamaku.”Arya pun tak kalah bahagia. Dia teringat dengan sahabatnya, Dasar, ayah Naira yang dahulu mendonorkan ginjalnya, hingga membuatnya tetap hidup sampai sa
Huling Na-update : 2025-10-29 Magbasa pa