Revan menatap Regina dengan tatapan yang menusuk, matanya gelap, dingin, penuh tanya yang disembunyikan di balik wajah tenangnya. Dia harus tetap waspada, apakah ucapan Regina adalah sebuah pengakuan, atau justru pancingan.Regina menunduk, jarinya meremas serbet di pangkuannya. Wajahnya kehilangan pesonanya, berganti pucat dan resah. Nafasnya pendek.Revan masih diam, lalu perlahan bertanya, suaranya rendah tapi terdengar begitu tajam mengorek informasi.“Kau menabrak orang? Tabrak lari?”Regina mengangkat wajahnya, bola matanya membulat panik. “Bukan, bukan tabrak lari!” sangkal Regina dengan cepat, nyaris terbata.“Lalu?”“Aku langsung bawa dia ke rumah sakit,” jawab Regina tergesa, kedua tangannya gemetar kecil. “Aku berikan semua barang yang dia bawa ke pihak rumah sakit untuk mencari informasi, setelah tahu dia tidak mati… aku pergi. Aku panik, Van. Aku cuma… takut.”Revan mendekat sedikit, menyandarkan siku di meja, menurunkan suaranya jadi bisikan yang hanya bisa didengar ole
Huling Na-update : 2025-10-21 Magbasa pa