Di tengah rasa sakit yang begitu hebat, Bianca, dengan air mata membanjiri pipinya, justru memikirkan Keiran. "Keiran... bagaimana dia?" bisik Bianca, suaranya putus-putus. "Aku... maafkan aku membuat kekacauan ini."Ibu Keiran mengangguk, memahami kekhawatiran dan rasa bersalah yang dirasakan Bianca. "Dia baik-baik saja," jawabnya, mencoba meyakinkan Bianca. Tangannya masih memegang jemari Bianca erat. "Dan ini bukan salahmu. Kau sudah hebat karena bisa menahannya, Bianca.”Dokter Lim menoleh pada Ibu Keiran, ekspresinya serius. "Nyonya," kata Dokter Lim, "kita perlu mengurangi risiko dia menggigit lidahnya atau berteriak lebih keras. Bisakah Anda... memasukkan kasa ini ke mulutnya?"Keningnya berkerut dalam. Tak lama kemudian Ibu Kieran mengangguk dengan kaku, seolah ada yang memaksanya.Ia menatap Bianca, meminta izin dengan matanya. Bianca hanya mengangguk, memberikan persetujuan, matanya penuh kepasrahan.Dengan lembut, Ibu Keiran memasu
Last Updated : 2025-10-20 Read more