Semua Bab Misi Memikat Bos Wanita : Bab 91 - Bab 100

Arnold terkejut dan tidak menyangka jika Khahitna akan di sini. Omong-omong, sejak kapan Khahitna di sana? Apakah wanita itu mendengar semua ocehan suaminya yang mabuk? "Dia mabuk." Arnold berkata. "Terima kasih, Arnold. Aku berhutang banyak kepadamu." Khahitna menatap pria yang sudah dua kali menolong Rafael dari Angel. "Tidak masalah. Besok dia akan baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir." Arnold meyakinkan. Khahitna mengangguk, lalu memberi isyarat kepada Albert untuk membawa Rafael yang mabuk. Albert dengan ragu-ragu, takut-takut, dan jelas canggung memapah Rafael yang nyaris tidak bisa berjalan dengan benar. Alex tidak tahu harus apa, apalagi Max. Mereka seperti anak-anak singa yang kehilangan ayah, ketakutan dan kebingungan. Sangat menyedihkan. "Kembali ke keluarga Adiwara. Biar bagaimanapun juga, Tuan Adiwara akan menuntut penjelasan. Katakan situasi yang sebenarnya, akui kesalahan, dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Tuan Adiwara tidak mungkin tidak mengingat j

Seringai Khahitna semakin dalam. Dia membenamkan wajah ke leher Rafael yang putih dan bersih, menciumi dan menjilatinya, mengisap dan memberikan tanda. Dari leher turun ke dada. Tangannya tidak menganggur, menyentuh sana dan sini, lalu lainnya melepas celana Rafael. "Uh, Khahitna." Rafael merasa nikmat menjalar seperti sengatan listrik. Rafael membuka mata. Hijau dan cemerlang dengan sapuan uap napsu yang menggoda. Dia menatap Khahitna yang menciumi dada ke perutnya. Rafael terengah-engah. Dia menangkap wajah Khahitna, membawanya untuk saling berhadapan, lalu menuntut ciuman. "Puaskan aku. Puaskan aku." Rafael berbisik dan menjulurkan lidahnya untuk diisap oleh Khahitna. "Mari saling memuaskan," balas Khahitna yang menarik tangan Rafael untuk menyentuh dadanya. Rafael jelas pertama kali menyentuh wanita. Dihadapkan dengan godaan mematikan yang melempar diri sendiri ke dirinya, dia tidak bisa menolak; meremas dan mengisap dengan pengalaman pertama yang bodoh. Khahitna yang diisap

Alex berdiri di luar kediaman utama bersama Max dan Rolly juga Albert semalaman. Mereka menantang dingin yang menusuk hingga tulang. Pakaian dan rambut empat pria itu sudah basah oleh embun. Akan tetapi, tidak ada yang menyerah. Bahkan, Albert yang paling tua menahan kakinya yang gemetar. Tidak berapa lama, ketika matahari pecah di balik gunung, Tuan Besar keluar dari rumah. Di belakangnya, ada pelayan pribadi yang memegang jubah tebal. Tuan Adiwara hanya mengenakan sandal rumah dan masih dibungkus pakaian tidur. Akan tetapi, wajahnya jelas bukan seperti orang yang baru bangun tidur. Sebaliknya, itu seperti sang tuan sudah menghabiskan seluruh malamnya dengan terjaga. Ada kekusaman di wajah yang masih menunjukan betapa tampan dia ketika muda. Lingkaran hitam menumpuk di bawah mata yang menatap tajam dan garang. Ekspresi begitu marah, hampir-hampir membuat Alex berlutut. Tuan Besar tidak akan melepas mereka! Itu jelas sudah. Akan tetapi, mereka harus bertanggung jawab. Alex menjunjun

Tidak peduli seberapa sering Khahitna menciumnya atau mereka berciuman, Rafael tetap kewalahan dan berakhir kalah. Untungnya, dia orang yang cepat belajar meski selalu bodoh. Dia mencoba meladeni daripada melawan. Lagipula, semakin melawan, semakin tersiksa. Jadi, mengapa tidak menikmati dan memanjakan diri sendiri dengan sensasi luar biasa dari rangsangan wanita ini. "Tuan, makan siang sudah siap!" Di luar, suara Albert terdengar dan mengingatkan. Rafael baru dilepaskan dan terengah-engah dengan bibir yang mati rasa. Dia mendorong Khahitna yang kurang lebih sama. Tapi, dia lebih dirugikan oke. Wanita itu selalu menang banyak. "Aku lapar." Rafael mengeluh dan menjilati bibirnya yang kebas. "Aku ingin yang tadi pagi. Bisakah?" Khahitna masih belum ingin beranjak. "Tidak." Rafael sekilas tahu apa yang tadi pagi itu. Ah, dia sudah kelewatan batas. "Kenapa? Kau jijik?" Khahitna bertanya dengan dingin dan kemarahan yang lebih besar melintas di matanya. Rafael terdiam. Dia benar-bena

Bahkan, setelah yang 'tadi' poin minus itu hanya kurang 40? "Persetan! Apa Khahitna hanya memikirkan seks setiap hari? Bajingan!" [Mohon bersabar, Tuan Rumah. Mengapa Anda tidak berhubungan seks saja dengan Bos Wanita? Coba Anda pikirkan, satu seks bernilai 10 poin. Jika Anda melakukannya sepuluh kali, Anda sudah mengumpulkan 100 poin. Bukankah saya masuk akal] Sistem memberi solusi dengan emoticon wajah tersenyum. "Persetan denganmu! Kau dan Bos Wanita sama saja. Kalian berdua sama-sama mesum! Sistem mesum!" Rafael begitu marah kepada Sistem yang memberikan cara tidak masuk akal itu. [Tuan Rumah, Anda sangat normal. Tidak ada tanda-tanda Anda akan melenceng. Sebagai pria normal, cobalah hal-hal normal. Berhubungan ranjang tidak akan membuat poin Anda berkurang jika itu bersama Bos. Malah sebaliknya. Dengan keuntungan dua arah ini, bukankah Anda layak mencobanya? Saya memberikan saran yang baik. Tolong, jangan marah. Saya Sistem. Saya tidak punya napsu, tetapi kalau saya jadi manus