Sella menelan ludah pelan, masih menatap wajah Lea yang tak kunjung memberi jawaban. Ada rasa penasaran, juga sedikit cemas. Ia tahu, bosnya itu tidak pernah meminta ditemani kecuali untuk hal penting.“Kalau memang Ibu butuh saya, tentu saya ikut,” ucap Sella akhirnya, berusaha terdengar tenang meski matanya jelas menyimpan tanda tanya.Lea menoleh, menatap asistennya lebih dalam. Senyumnya tipis, namun matanya menyiratkan sesuatu yang tak ia ucapkan. “Terima kasih, Sel. Aku hanya butuh ada orang yang bisa kupercaya di sampingku.”Sella mengangguk, meski hatinya semakin dipenuhi rasa ingin tahu.“Baik, Bu. Saya ikut.”Lea melirik jam tangannya. Jarum sudah hampir menyentuh pukul satu. Ia menarik napas ringan, lalu meletakkan serbet di atas meja.“Sudah hampir jam masuk lagi,” katanya sambil berdiri. “Ayo, Sel. Kita kembali ke kantor.”Sella buru-buru menghabiskan tegukan terakhir minumannya lalu bangkit. “Iya, Bu. Saya
Last Updated : 2025-09-07 Read more