Semua Bab Mencuri Calon Suami Adikku: Bab 191 - Bab 200

“Tidak, terima kasih.” Leland menolak pelayan yang menawarkan champagne. Tidak perlu Silas mengingatkan, Leland tidak akan mengacau di rumah Catherine.Meski terlalu ingin tahu, Catherine selalu baik padanya. Leland tidak pernah bermimpi untuk mabuk di acaranya.“Tidak.” Kali ini Leland menolak nampan penuh kue-kue kecil meski aromanya memikat, gurih dan manis. Sepertinya baru matang. Leland keluar pada bagian taman yang mendekati dapur. Kini ia bisa mencium aneka aroma makanan di udara, juga melihat pekerja dapur yang mondar-mandir memakai seragam putih dengan badge yang berbeda-beda. Catherine tidak memesan katering dari satu tempat.Leland agak menjauh, berdiri di bawah pohon dan mengeluarkan rokoknya. Leland menatap ke belakang, mencari Silas—ingin menawarkan rokok padanya, tapi tidak ada.“Aneh.” Leland menjulurkan kepala, mencari sekali lagi karena tidak percaya. Leland tidak pasti selalu melihat Silas, tapi selalu ada. Silas seharusnya menguntit dirinya saat ini. Ada banyak alk

“Luna? Kau mau apa?” Suri langsung berusaha melepaskan diri saat menyadari kalau Luna yang menangkapnya.Luna terus menariknya ke area taman yang agak sepi. Rumah besar itu penuh tapi ada beberapa sudut yang pastinya kosong. Luna berusaha menemukannya.“Lepaskan! Aku sedang tidak ingin mendengar apapun darimu!”Diantara semua waktu yang dimilikinya, Suri saat ini paling tidak ingin berurusan dengan Quinn. Leland lebih penting daripada memikirkan Quinn.“Kau jangan macam-macam!” Luna akhirnya mendorong Suri sampai punggungnya menghantam tembok berbatu menonjol di bagian samping taman. Gelas champagne yang ada di tangan Suri terjatuh menghantam lantai dan pecah.Tapi tidak ada yang datang, sepi memang. Hanya tampak Lottie dan Mark yang berwajah lelah mengikuti Luna.“Jangan berlebihan, Luna.” Lottie memperingatkan Luna sambil menatap sekitar. Agak khawatir ada yang melihat, tapi mendukung apa yang dilakukan Luna.Perbuatan Suri memamerkan 'kekuatannya' di depan tadi juga membuat mereka m

Leland harus tertegun saat melihat bagaimana Suri dengan berani menantang semakin keras. Leland tertegun karena apapun yang dilihatnya itu tidak buruk. Suri seolah menyala, setelah sekian lama redup, tertutup oleh tabir nasib mengenaskan yang dibawa oleh keluarganya sendiri, Suri terlihat.Suri mengeruk seluruh energinya dan terlihat jelas, lebih menakjubkan dan tampak berkilau. Leland sampai mengusap matanya sendiri karena merasa ada cahaya berlebihan di sekitar Suri.Leland melihat keindahan yang mendekati keajaiban seperti saat melihat Suri menari di bawah hujan. Membuat Leland kembali mempertanyakan kewarasan otaknya sendiri. Alasannya jauh berbeda padahal.Suri yang ada di bawah hujan menunjukkan aroma liar yang ajaib, Suri yang saat ini menunjukkan aroma kekuatan yang pekat dan logika.Tapi akibatnya sama, membuat Leland semakin tidak ingin berpaling. Ingin menikmati seluruh detik di mana ia memandang keindahan itu.“Cih! Merusak suasana!” Leland kesal, karena penyebutan nama Yo

“Dari mana kau tahu akan menemukan kunci di situ?” Leland tentu saja melotot saat melihat Silas mengambil kunci apartemen suri dari dalam kotak penerimaan barang. Tempat persembunyian yang lumayan, karena Suri bukan hanya meletakkannya begitu saja.Saat Silas mengambil, terlihat perekat pada kunci itu, mengindikasikan kalau kunci itu kemungkinan dilekatkan pada salah satu dinding kotak. Saat orang mencoba meraba bagian bawah kotak, mereka tidak akan menemukan kunci itu. Orang yang benar-benar tahu akan meraba pada bagian samping, dan baru bisa menemukannya. Silas sangat tahu berarti.“Apa Suri yang memberitahunya padamu? Kenapa dia harus memberitahukan padamu? Aku saja tidak tahu!” Leland semakin tidak terima.“Sir, Sarah yang memberitahu saya.” Silas menjelaskan sambil memutar bola matanya, tidak habis pikir pada seluruh prasangka konyol yang ada di kepala Leland.“Oh… oke. Aku tidak tahu kau berhubungan dengan Sarah.” Leland kembali rileks dan ikut masuk saat Silas membuka pintu.

PLAK!“AGH!”Terdengar jeritan nyaring dari dua orang secara bersamaan, dari Luna dan juga Lottie, karena Mark baru saja menampar pipi Luna. Mereka baru saja masuk ke rumah Quinn setelah pulang dari pesta itu. Pintu baru saja tertutup saat Mark langsung berbalik dan menampar Luna.“Kau menamparku?!” Luna memegang pipinya, menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca, antara percaya dan tidak. Tapi memang pipinya sakit, jadi benar kalau Mark baru saja menamparnya.“Kau menamparku?!” Luna mengulang karena masih sulit menerima kenyataan itu.“Kau berani sekali menamparnya?!” Lottie ikut marah sambil menunjuk suaminya dengan mata melotot, tidak terima. “Apa hakmu menampar anakku?!” Lottie menarik Luna menjauh dari Mark yang tampak bergetar, memerangi emosi yang berpusar dalam tubuhnya.“Kau ingin aku melakukan apa setelah semua itu? Kau ingin aku memujinya?! Kau ingin aku mengatakan dia pinta?” Mark membentak istrinya juga sambil menunjuk Luna.“Dia bodoh! Bodoh sekali! Dia melukainya di rum