Все главы PAWANG HATI SANG TUAN MUDA: Глава 71 - Глава 80

Tiga hari telah berlalu sejak kejadian kecelakaan yang menimpa Ailsa. Hari ini, suasana ruang rawat anak itu terasa lebih tenang. Ailsa masih terbaring lemah, meski kondisinya jauh lebih baik berkat transfusi darah dari Raynard. Azrael duduk di kursi kecil di samping tempat tidur adiknya, menggambar sesuatu di buku sketsanya, sementara Rebecca, Lea dan Zevan mengobrol pelan di dekat jendela.Pintu kamar mendadak diketuk pelan. Tak lama, Lea membukanya. “Eh, Anda Bos?” serunya“Bos Raynard datang,” ucapnya lagi, menyambut ramah kedatangan atasannya .Semua kepala langsung berpaling. Rebecca berdiri dari kursinya, sedikit gelisah. Zevan menyipitkan mata curiga, sementara Azrael hanya tersenyum tipis melihat sosok pria yang mulai dirinya kagumi itu.Raynard melangkah masuk dengan wajah serius. Tangannya menggenggam sebuah amplop coklat bertuliskan logo resmi laboratorium rumah sakit. Dia berdiri di tengah ruangan dan memandang Rebecca.“Aku nggak datang untuk mengganggu. Tapi aku harus

Malam itu, langit di atas rumah keluarga Tuan Zay Brett dipenuhi bintang. Udara dingin menghembus lembut melalui celah-celah jendela ruang keluarga yang besar, tempat seluruh anggota keluarga sedang berkumpul. Raynard baru saja pulang dari rumah Rebecca, setelah menghabiskan waktu bersama dua anak kecil yang mengisi hidupnya dengan kebahagiaan baru yaitu Azrael dan Ailsa.Di dalam rumah bergaya klasik modern itu, aroma teh chamomile buatan Nyonya Olivia memenuhi udara. Rayner duduk di salah satu sofa, masih mengenakan kaus abu-abu dan celana santai, sedang menonton berita malam bersama ayah mereka, Tuan Zay. Sementara Nyonya Olivia duduk di sisi lain ruangan, merajut syal sambil sesekali tersenyum pada suaminya.Raynard berdiri di ambang pintu, menatap keluarganya dengan hati berdebar. Dia sudah lama ingin mengungkapkan kebenaran ini, tapi baru malam ini sang pria merasa siap."Mom, Dad, Rey. Aku ingin bicara," ujar Raynard, suaranya tenang tapi tegas.Ketiganya menoleh bersamaan. Ray

Rebecca tak ingin terlihat cemburu. Tapi sejak Raynard datang tadi, dia sulit menatap matanya. Wajah Sarah yang ceria dan perhatian pada Raynard membuat dadanya terasa panas.“Azrael, Ailsa, ayo keluar dulu, ada tamu,” panggil Rebecca dengan lembut.Dua anak kembar itu segera muncul, Azrael membawa gambar T-Rex dan Ailsa menggenggam boneka kelinci.“Papi!” seru Ailsa, langsung berlari ke Raynard.Azrael menyusul dengan langkah tenang. “Hai, Papi.”Raynard memeluk mereka dengan hangat. “Kenalkan, ini Tante Sarah. Teman lama Papi dan Mami waktu kuliah.”Sarah pun jongkok di depan mereka. “Hai Azrael, hai Ailsa. Tante bawa hadiah buat kalian.”“Hadiah?” Mata Ailsa langsung berbinar.Sarah memberikan bungkusan mainan. “Ini untuk kalian. Semoga suka, ya.”Azrael dan Ailsa membukanya dengan antusias. “Terima kasih, Tante Sarah!” seru keduanya bersamaan.Rebecca berdiri di belakang mereka, tersenyum. Tapi dalam hatinya, dia masih bertanya-tanya,“Apa hubungan Raynard dan Sarah sebenarnya?

Restoran Michelin La Bravura di kawasan elite Jakarta sore itu tampak ramai, namun tetap tenang dan eksklusif. Interior bergaya modern klasik dengan dominasi warna krem dan emas memancarkan suasana mewah. Meja panjang di sisi jendela besar telah dipesan atas nama Keluarga Tuan Zay Brett, lengkap dengan kursi tambahan untuk anak-anak.Raynard memegang tangan Rebecca erat, sementara di sisi lain, Azrael dan Ailsa berjalan berdampingan, mengenakan pakaian terbaik mereka. Azrael dengan jas kecil berwarna biru tua dan Ailsa dengan gaun putih dengan pita merah muda di pinggang. Mereka terlihat gugup namun penasaran.“Papi, Mami, nanti kita ketemu siapa?” tanya Ailsa sambil menatap ke arah Rebecca.Rebecca tersenyum lembut. “Kalian akan ketemu, Opa dan Oma. Ayahnya Papi Raynard dan ibunya Papi.”Azrael mengangguk kecil. “Mereka tahu tentang kita?”Raynard menatap putranya dan mengangguk mantap. “Sekarang mereka tahu. Oma dan Opa sudah nggak sabar buat ketemu kalian.”Saat mereka mendekati

Hari ini, sinar matahari menerobos kaca jendela besar ballroom Hotel JW Marriott, sebuah hotel bintang lima di kawasan elit Jakarta Selatan. Ballroom megah itu dihias dengan tema royal wedding yang memesona, dengan bunga mawar putih dan merah muda menggantung dari langit-langit berdekorasi kristal, dan karpet merah yang terbentang megah hingga ke altar berlapis emas. Lampu gantung raksasa berkilau di tengah ruangan, menyinari para tamu yang berdandan anggun dalam gaun dan jas terbaik mereka.Semua mata tertuju ke pintu utama ballroom saat musik klasik mulai mengalun lembut.Dua anak kecil berjalan lebih dahulu, Azrael, bocah lelaki tampan, yang mengenakan tuksedo kecil, dan Ailsa, gadis mungil nan cantik, mengenakan gaun putih berenda seperti peri kecil. Keduanya membawa kelopak bunga mawar dalam keranjang, menaburkannya di sepanjang jalan menuju altar.Tak lama kemudian, pintu terbuka lebar. Raynard Brett berdiri gagah, mengenakan setelan jas putih gading dengan dasi kupu-kupu hitam