Все главы PAWANG HATI SANG TUAN MUDA: Глава 61 - Глава 70

Setelah pertemuan para pengusaha selesai, Rayner berjalan santai menuju lobi hotel, senyum tipis menghiasi wajahnya. Malam itu, dia telah merencanakan sesuatu yang ingin dirinya lakukan sekarang yaitu waktu berdua dengan Deborah, istrinya. Sejak ayah Deborah, Tuan Riko, mencoba memisahkan mereka, kesempatan untuk bersama sangat sulit didapat. Namun, malam ini, semua rintangan itu tidak berarti. Rayner telah memastikan semuanya aman.Pengusaha muda itu telah merancang pertemuan para pengusaha dan memastikan jika istrinya akan menghadiri pertemuan itu. Sebentar sang ayah mertua, dibuat sibuk dengan kerja sama dengan perusahaan sahabat Rayner, yaitu Tuan Muda Samuel Anderson, CEO SPAD Corp.Di lobi hotel, Asisten Emir berdiri tegak dengan pandangan waspada, memastikan tak ada seorang pun yang mencurigai keberadaan Deborah di hotel tersebut. Sementara itu, bodyguard Endah, yang selama ini lebih berpihak kepada Deborah, telah memberikan izin kepada nona mudanya untuk menghabiskan waktu be

Setelah pertemuan rahasianya dengan Deborah di hotel, Rayner kembali ke rumah dengan perasaan penuh kebahagiaan. Senyum tak bisa lepas dari wajahnya saat dia mylsinl melangkah masuk ke dalam rumah mewah milik keluarganya. Malam itu, suasana rumah tenang, hanya beberapa pelayan yang masih berjaga di area ruang tamu.Saat Rayner baru saja melepas jasnya, suara lembut namun menggoda menyapanya dari arah ruang keluarga. "Oh, lihat siapa yang pulang dengan wajah penuh kebahagiaan ini?"Rayner menoleh dan mendapati sang ibu, Nyonya Olivia Brett, duduk dengan anggun di sofa. Wanita paruh baya itu menatapnya dengan tatapan penuh selidik, seolah-olah bisa membaca isi hati putranya.Rayner tersenyum tipis, lalu melangkah mendekat. "Mommy masih belum tidur?" tanyanya sambil duduk di sofa yang berseberangan dengan ibunya.Nyonya Olivia menyandarkan punggungnya dengan anggun, lalu menatap putranya dengan tatapan menggoda. "Bagaimana Mommy bisa tidur kalau putra Mommy pulang dengan wajah penuh k

Langit Jakarta siang itu cerah dengan awan tipis menggantung, dan angin berhembus lembut. Lea, dengan rambut dikuncir rapi dan blazer abu-abu, berdiri di depan gerbang sebuah sekolah tempat keponakannya belajar. Dia menengok jam tangannya, memastikan tidak terlambat menjemput Azrael dan Ailsa seperti yang dijanjikannya kepada kakaknya, Rebecca.Dari kejauhan, dua anak kecil berlari dengan penuh semangat. Azrael, anak laki-laki yang tampan, mengenakan seragam sekolah dengan tas biru tua di punggungnya. Di sampingnya, Ailsa, adik perempuannya yang cantik dan anggun, tersenyum lebar dengan dua kepang manis di rambutnya."Tante Lea!" seru Azrael, melambaikan tangan.Lea membuka tangan lebar-lebar, lalu merangkul keduanya dengan hangat. "Tante kangen banget sama kalian berdua!""Kita juga kangen, Tante!" jawab Ailsa sambil memeluk pinggang Lea.“Ha-ha-ha! Padahal baru tadi pagi kita ketemunya. Sudah kangen aja, nih!” celetuk Lea.“Ya, namanya kangen itu, nggak bisa diprediksi, Tante!” se

Kembali ke gedung Brett Corp,Sekitar satu jam kemudian, Lea berjalan cepat menuju kafetaria kantornya. Rambutnya sedikit berantakan dan napasnya agak tersengal karena barusan keluar dari ruang rapat yang penuh diskusi. Namun, senyumnya langsung mengembang begitu melihat dua keponakannya masih duduk manis di sofa pojok, masing-masing dengan tablet di tangan."Eh, anak-anak Tante yang manis masih di sini!" sapa Lea ceria.Azrael langsung berdiri dan menghampiri. "Tante! Udah selesai kerja?""Udah dong. Maaf ya nungguin lama. Tante tadi sempat ketahan karena presentasi mendadak."Ailsa memeluk tangan Lea. "Tante capek?"Lea tersenyum, memeluk Ailsa erat. "Capeknya langsung hilang lihat kalian berdua aman dan senang."Azrael menunjuk tablet di tangannya. "Aku tadi menang tiga kali di game puzzle loh!""Dan aku nonton dua episode 'Upin Ipin'!" timpal Ailsa.Lea mengangguk puas. "Hebat! Tapi sekarang ... saatnya menepati janji Tante!""Es krim!" teriak mereka berdua serentak.Tiga meni

Saat itu, sebuah mobil hitam berhenti mendadak di sisi jalan. Dari dalam, seorang pria muda berjas abu turun cepat. Wajahnya berubah tegang saat melihat tubuh Ailsa yang tergeletak.“Josh, parkir mobilnya! Cepat!” perintahnya.Pria itu mendekati kedua anak yang ada di pinggir jalan. “Azrael?”Azrael menatapnya bingung dan ketakutan.“Om Raynard! Ailsa, dia ditabrak oleh pengendara motor, dan sekarang pingsan.”Raynard langsung berlutut, memeriksa denyut nadi Ailsa dan mengamati luka di pelipisnya.“Ailsa masih bernapas,” katanya cepat. “Kita harus bawa dia ke rumah sakit sekarang juga.”Tanpa ragu, Raynard mengangkat tubuh Ailsa ke dalam gendongannya. Josh sudah siap di mobil.“Bukain pintunya!” teriak Raynard.Josh cepat membuka pintu belakang. Azrael naik juga, masih terisak dan memegang tangan Ailsa.“Josh, ke Rumah Sakit Siloam. Nggak usah ngebut tapi harus cepat,” ucap Raynard.Mobil melaju kencang. Raynard duduk sambil memangku Ailsa, satu tangannya menahan kepala gadis kecil