Semua Bab Pria Tampan Alat Balas Dendamku: Bab 131 - Bab 140

 Bella memberikan segelas air pada Adeline. Dia memberikan ucapan di bahu dan lengan wanita itu berharap dengan begitu Adeline bisa lebih tenang."Tenanglah, Nyonya. Semua pasti akan baik-baik saja," ucap Bella menenangkan."Bagaimana aku bisa tenang, Bella? Ayah Mertuaku pergi dengan membawa surat yang seharusnya aku musnahkan!" Adeline menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia menangis meratapi betapa bodoh dia karena tidak bisa cepat bertindak untuk membuang surat kontrak pernikahannya dengan Leo.Adeline mengeratkan kepalan tangannya. Dia mengangkat wajah dan menatap Bella dengan tajam."Apa kamu yang menaruh surat kontrak itu di sana?" Rahang Adeline mengencang di akhir kalimat.Kedua tangan arah yang sedang mengusap bahu Adeline terhenti. Wanita itu perlahan mundur dengan kepala yang menunduk."Maafkan saya, Nyonya. Saya berniat untuk merapikan beberapa berkas yang ada di meja Anda. Saya melihat hubungan Anda dan Tuhan Leo

Adeline sangat kesal sampai tidak menyadari bahwa dia sudah meremas berkas di tangannya. "Lihat saja jika sampai ketahuan olehku! Aku akan langsung mengajukan gugatan cerai!"Adeline menaruh laptopnya di atas ranjang kemudian bangun dan berjalan menuju pintu kamar. Dia membuka pintu seketika aroma harum masuk ke dalam indera penciumannya.Adeline terpikir bahwa apa yang dia pikirkan sebelumnya adalah salah. Wanita itu langsung berjalan menuju dapur dan benar saja tebakannya. Saat ini sang suami sedang menyiapkan makan malam.Adeline tersenyum dengan tubuh bersandar di dinding. Memerhatikan sang suami yang sangat sibuk sampai tidak menyadari kehadirannya.Beberapa saat kemudian Leo terbalik dan meletakkan dua porsi potluck macaroni and cheese. Seketika napsu makan Adeline meningkat melihat makanan itu tersaji di meja makan.Dan yang membuat Adeline terkejut adalah beberapa saat setelahnya Leo mengangkat kepala dan kedua mata coklatnya menatap tepat diiris hitam miliknya. Adeline bisa t

Begitu sampai di apartemen, Adeline langsung masuk ke dalam kamar. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Masalah yang dihadapi kali ini jauh lebih besar dari yang saat itu dia jalani.Saat itu Adeline masih memiliki Leo sebagai sebuah harapan untuk bisa kembali membangun perusahaan. Namun, sekarang punya itu juga memiliki masalahnya sendiri. Dan Adeline tidak mungkin meminta bantuan ketika Leo juga sedang tersandung sebelum masalah.Adeline menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia yang sedang duduk di pinggir ranjang, langsung merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar."Ya Tuhan! Apa yang harus aku lakukan? Kepada siapa Aku harus meminta bantuan?" tanya Adeline bermonolog.Drrrtttt.... Drrrtttt....Drrrtttt.... Drrrtttt....Ponsel Adeline berdering. Dia bangkit dan mengambil ponsel dari dalam tas tangan miliknya. Melihat nama yang tertera dan ternyata panggilan itu berasal dari Clara. Sahabatnya yang sedang dalam misi kemanusiaan di Afrika.Seketik

"Kenapa kamu bisa berpikir bahwa ini adalah kesalahanmu? Jelas-jelas kita menikah karena kamu berniat untuk membantu ku perusahaanku," ucap Adeline dengan bingung.Leo terdiam memandangi wajah sang istri. Dia ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Takut jika Adeline akan marah dan menjauh darinya.Adeline juga diam saja memandangi Leo. Bukan karena menunggu jawaban dari pria itu, melainkan karena dia menduga bahwa ada sesuatu yang belum Leo ceritakan padanya."Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?" Adeline menebak.Tangan Leo yang berada di wajah perlahan turun. Kepalanya tertunduk malu karena sudah membohongi istrinya itu."Sebenarnya ...."FLASHBACK ON—Dua tahun yang lalu sebelum perceraian Adeline dan Brandon. Ketika itu Leo sebenarnya sudah hilang harapan untuk bisa mendapatkan Adeline. Dia pun sudah menyerah dengan harapan itu. Hanya bisa berharap semoga wanita itu bahagia dengan pilihannya.Namun, suatu hari Leo mendapat kabar dari Danny bahwa Brandon sedang menjual sah

"Setelah masalah ini selesai, nasib pernikahanku juga pasti kalau saya.""Kenapa harus selesai?"Adeline membalikkan tubuhnya. Melihat seorang pria sedang berdiri dengan senyum yang terkembang manis di wajahnya."Kak Ethan?" Adeline bergumam."Hai! Sudah lama sekali kita tidak bertemu," sapa pria yang Adeline panggil Ethan tersebut.Adeline hanya bisa membeku dan tidak membalas sapaan pria itu. Dia terkejut dengan kedatangan Ethan yang tiba-tiba. Padahal baru kemarin dia membicarakan dengan Clara, namun dengan cepat pria itu muncul di depannya."Hei ...," panggil Ethan ketika Adeline tak kunjung menjawab sapaannya. Pria sampai mengibaskan tangan di depan wajah Adeline.Adeline mengerjakan kedua mata. Kini dia percaya bahwa Ethan benar-benar ada di hadapannya.Ethan terkekeh melihat reaksi yang Adeline berikan. "Kenapa tatapanmu seperti seseorang yang sedang melihat hantu?" tanyanya dengan senyuman hangat seperti yang terakhir Adeline ingat."Ehmm ... Kak Ethan, kenapa Kakak bisa ada d