All Chapters of Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan: Chapter 91 - Chapter 100

“Kau sadar, kan? Sudah lama sekali aku tidak menyentuhmu,” bisik Jason sebelum bibirnya turun ke leher Ariana. Jason sudah lama menahan diri. Hari-hari penuh kesibukan, rapat, dan kegelisahan akibat pernyataan cinta Ariana. Dan malam ini, saat akhirnya Ariana datang ke apartemennya, kendali itu hancur. Tanpa basa-basi, Jason meraih pergelangan tangan Ariana dan menariknya ke dalam pelukan. Bibirnya langsung melumat dengan rakus dan penuh gairah yang ditahan sekian lama. Ariana sempat terkejut, tapi tubuhnya langsung melemah saat ciuman Jason menuntut lebih. “Jason…” desah Ariana di sela napasnya yang berat. “Aku sudah terlalu lama menunggu ini,” gumam Jason serak dan tangannya menjelajahi lekuk tubuh Ariana dengan ganas. Ia merobek mini dress tipis yang dipakai Ariana, hingga kain itu terjatuh ke lantai. Ariana terengah dan wajahnya memerah. “Kau… kasar sekali…” Jason menempelkan bibir ke telinganya lalu menggigit lembut. “Karena aku menginginkanmu, Ariana. Setiap detik, setiap

Mereka melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah megah itu dengan Jason menggenggam tangan Ariana dan membawanya ke dalam kamarnya.“Jason? Kau … tidak bercanda soal ini?” tanyanya gugup.Jason menoleh menatap Ariana. “Kapan aku pernah bercanda soal ini, hm?” bisik Jason dan tanpa menunggu jawaban dari Ariana, dia menyeret Ariana membawanya masuk ke dalam.Kamar Jason bagaikan istana modern: luas, temaram, dinding kaca besar memperlihatkan lampu kota, ranjang king-size dengan sprei putih yang sudah tampak kusut.Ariana berdiri canggung di ambang pintu, tubuhnya gemetar karena tatapan Jason yang membakar. Pria itu sudah setengah telanjang, hanya celana tidur tipis yang menutupi gairah menonjol tak sabar.“Aku sudah menahan terlalu lama, Ariana,” ucapnya dengan suara serak yang menggetarkan udara.Ia berjalan perlahan ke arahnya, tubuh kekar berkilau diterpa cahaya lampu.“Malam ini, kau tidak akan kuizinkan bernapas tanpa aku di atasmu.”Sebelum Ariana sempat menjawab, Jason meraih pin

Siang itu, langit kota berwarna biru pucat dengan awan-awan tipis yang melayang tenang.Dari lantai atas gedung perusahaannya, Jason berdiri tegak di depan jendela kaca besar yang menjulang tinggi.Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, rahangnya tampak mengeras, matanya menatap lurus ke arah panorama kota yang sibuk.Mobil-mobil berlalu-lalang di jalanan, orang-orang kecil tampak seperti semut yang terus bergerak tanpa henti.Namun, semua itu tak benar-benar dilihatnya. Tatapannya kosong dan pikirannya terbang jauh. Satu nama, satu wajah, satu suara terus berputar di kepalanya. Siapa lagi kalau bukan Ariana.Apa yang paling dia takutkan kini benar-benar terjadi.Dia, Jason Lubis, pria yang selama ini mengendalikan segalanya, yang selalu yakin dirinya bisa mengatur siapa pun sesuai kehendaknya—ternyata jatuh.Dia jatuh pada seorang wanita yang seharusnya hanya menjadi permainan singkat, pelampiasan hasrat semata.Jason menghela napas berat. Bahunya menegang dan dadanya teras

Suasana rumah malam itu berbeda dari biasanya. Ariana tidak menyangka, Jason akan pulang lebih cepat dari jam kerja seperti biasanya.Bahkan, pria itu mengganti setelan kantornya dengan kemeja santai warna gelap dan celana panjang bahan.Kehadirannya yang tiba-tiba membuat para pelayan bergegas menyiapkan meja makan besar di ruang makan utama.Ethan yang baru selesai mandi berlari kecil dengan piyama bergambar mobil-mobilan dan angsung berseru riang, “Daddy! Kau pulang lebih awal!”Jason menunduk sedikitn lalu menepuk kepala anak itu dengan lembut. “Ya, malam ini aku makan di rumah,” ucapnya dengan nada tenang dan juga hangat.Ariana yang berdiri tak jauh, merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Sudah lama dia tidak melihat Jason duduk bersama mereka untuk makan malam.Biasanya, dia hanya menemani Ethan makan, sementara Jason sibuk di kantor atau makan di luar.Meja makan telah dipenuhi hidangan: sup hangat, ayam panggang dengan saus, sayur tumis, hingga dessert sederhana.Ariana sibu

Brak!Suara meja dipukul begitu keras hingga gelas di atasnya bergetar. Ariana yang berdiri di sisi belakang ikut terlonjak kaget.Jason berdiri di ujung meja dan tubuh tegaknya menjulang dengan tatapan membara.Matanya berkilat tajam seperti bara api yang siap membakar siapa saja yang berani menentangnya.Rahangnya mengeras, urat di pelipisnya menonjol, dan nada suaranya menggelegar, memecah keheningan pagi.“Cukup sudah kesabaranku kalian buat!” seru Jason dengan nada marahnya membuat udara serasa menipis.“Aku sudah memperingatkan kalian semua. Jangan sekali pun ikut campur dengan urusanku. Jangan pernah menyentuh Ariana! Tapi apa yang terjadi semalam?!” pekik Jason begitu menggelegar di dalam rumah megah tersebut.Semua pelayan menunduk semakin dalam. Aroma ketakutan menyelimuti mereka bahkan tubuh mereka sangat bergetar. Mereka berempat, tidak termasuk Berta dan Ariana bingung kenapa Jason begitu marah.Padahal mereka sudah tidak pernah lagi menggunjing apalagi menjauhi Ariana se