Malam itu rumah besar terasa sepi, hampa, dan menekan. Ariana tengah duduk di ruang tamu, tubuhnya tak henti bergerak gelisah.Ia lalu bangkit, berjalan mondar-mandir, lalu kembali duduk, hanya untuk berdiri lagi beberapa detik kemudian.Jantungnya berdegup cepat, seakan setiap detik membawa berita buruk.Telepon genggam yang dia genggam terasa dingin, seolah tak lagi menjadi alat komunikasi, melainkan jembatan tipis antara harapan dan kehilangan.Jemarinya gemetar ketika layar menyala — panggilan masuk dari Jason.Dengan cepat Ariana menggeser layar, menempelkan ponsel ke telinga. “Jason? Halo, Jason! Bagaimana keadaan Ethan? Katakan padaku!” ucapnya dengan suara cemas dan panik.Namun yang terdengar hanyalah suara terputus-putus, bercampur statis.“Ari … ana …,” lalu hilang.“Jason! Jangan diam, jawab aku!” Ariana nyaris menjerit.Kemudian, samar terdengar suara tangisan. Tangisan kecil, pilu, penuh ketakutan.Ariana tertegun dan matanya melebar. Ia mengenali suara itu tanpa ragu. “
Huling Na-update : 2025-09-21 Magbasa pa