“Devan, cinta itu seperti cermin. Sekali pecah, dia akan tetap pecah. Tak peduli sekeras apa pun kamu mencoba merekatkannya, atau seberapa banyak kompensasi yang kamu berikan, bekasnya akan selalu ada.”Aku menatapnya tajam, dingin, penuh tekad.“Pergilah. Aku dan Bima akan menikah. Jadi, kumohon… jangan lagi mengganggu kami.”“Menikah?”Tatapannya membeku seketika. Seperti seseorang yang terperosok ke dasar jurang es.“Kalian… akan menikah?”Dia melangkah maju, mencengkeram pergelangan tanganku begitu kuat, seolah ingin mematahkannya. Aku meringis menahan sakit.“Ya. Kami akan menikah. Jangan ganggu kami lagi.”“Nggak! Aku nggak mengizinkannya! Viona, aku tahu aku salah di masa lalu. Beri aku satu kesempatan lagi. Aku bersumpah nggak akan pernah menyakitimu lagi. Aku akan kembali menjadi Devan yang dulu… yang hanya mencintaimu, seutuhnya…”Tangannya mencoba menarikku ke pelukannya, tapi tiba-tiba Bima muncul dari arah luar.Dengan gerakan cepat, dia mencengkeram pergelangan tangan Dev
Baca selengkapnya