Keesokan harinya, tepat pada waktu yang dijanjikan, aku berdiri di depan pintu vila.Devan keluar sambil menuntun Keira dengan hati-hati.Melihatku, ekspresinya sempat goyah canggung.“Viona, Keira seumur hidup belum pernah mengenakan gaun pengantin. Dia cuma ingin ikut melihat. Tenang, kehadirannya nggak akan mengganggu kita.”Aku hanya mengangguk pelan, tak mengatakan apa-apa.Sepanjang jalan menuju mobil, satu tangannya selalu melingkari pinggang Keira, melindungi wanita itu seperti harta tak ternilai.“Hati-hati, ada tangga.”“Matahari terik, pakai topinya.”“Jalan pelan-pelan, jangan sampai capek.”Setiap ucapannya bagai pisau tumpul yang mengiris hatiku sedikit demi sedikit——tak mematikan, tapi menyiksa.Bahkan di dalam mobil, dia tak hentinya menjejali Keira dengan perhatian lembut.“Nanti di butik jangan keluyuran, ikuti saja apa yang aku bilang.”Sesampainya di butik, Devan memerintahka pegawai mengeluarkan gaun-gaun pengantin untukku, tapi dirinya justru sibuk menempel di sis
Baca selengkapnya