Short
Manis di Bibir, Pahit di Takdir

Manis di Bibir, Pahit di Takdir

Oleh:  NoraTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
11Bab
14Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Devan Atmadja, pria yang katanya mencintaiku sepenuh hati. Di mata orang lain, dia adalah suami teladan… pria idaman. Namun, dia telah mengkhianatiku tiga kali. Pertama kali, tiga tahun lalu. Sahabatnya, Dion Prasetya, meninggal demi menyelamatkannya. Devan menyembunyikan semuanya dariku, lalu diam-diam menikah dengan pacar Dion, Keira Maheswari. Hatiku saat itu hancur. Aku sudah bersiap pergi. Namun, malam itu juga, dia mengirim wanita itu ke luar negeri, lalu berlutut di hadapanku, memohon dengan penuh kesedihan. “Viona… Dion mati demi aku. Aku harus menjaga istrinya. Surat nikah itu hanya jaminan untuk Keira. Setelah membalaskan dendam Dion, aku akan menceraikannya. Satu-satunya wanita yang kucintai… hanya kamu!” Dan bodohnya… aku memaafkannya. Setahun kemudian, Devan justru mengumumkan status Keira sebagai nyonya besar keluarga di depan semua media. Dia kembali memberiku penjelasan. “Keira adalah putri tunggal Keluarga mafia Maheswari. Pernikahan ini adalah bentuk aliansi demi membalas dendam untuk Dion! Kami sudah sepakat, setelah semua selesai, aku akan menceraikannya… lalu menikahimu!” Lagi-lagi aku percaya padanya. Kemudian setahun lalu, di sebuah pesta, Devan dijebak dan menghabiskan malam bersama Keira. Dia menutupinya dariku. Sampai dua minggu lalu, ketika aku melihatnya sendiri, dia menemani wanita itu melakukan pemeriksaan kehamilan di rumah sakit. Dengan tatapan yang tak sanggup bertemu denganku, dia berbisik, “Viona, ini cuma kecelakaan. Setelah dia melahirkan, aku akan mengirimnya pergi. Anaknya akan diasuh orang tuaku, dan seumur hidup mereka tak akan pernah muncul di hadapanmu.” Dengan dalih cinta, Devan membuatku terus mengalah. Tapi hari ini… aku sadar. Tak ada lagi masa depan untuk kami. Sudah saatnya… aku pergi.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

“Devan…”

Suara teriakan panik Keira terdengar dari belakang. Dia menekan perutnya, wajahnya meringis menahan kesakitan.

Tubuh Devan menegang. Tanpa pikir panjang, dia refleks mendorongku menjauh, lalu berbalik menggendong Keira.

Aku yang lengah seketika terdorong hingga terhuyung, bahuku membentur dinding. Rasa nyerinya membuat air mataku langsung mengalir.

“Viona, keadaan Keira mendesak. Aku harus segera membawanya ke dokter. Kamu pulang dulu, nanti aku akan jelaskan semuanya,” ucap Devan tergesa, bahkan tanpa menoleh.

Dia berlari masuk ke ruang medis sambil memanggil dokter, mendekap Keira erat.

Aku bersandar di dinding, air mata mengalir semakin deras.

Hutang nyawa, status sebagai nyonya besar yang sudah diumumkan ke publik, ditambah anak yang akan menjadi milik mereka… Devan, kamu takkan pernah bisa melepaskan Keira seumur hidupmu.

Masih mungkinkah kita memiliki masa depan?

Menahan sakit di bahu, aku melangkah keluar rumah sakit dan naik ke mobil.

“Nyonya, apa kita kembali ke vila Keluarga Atmadja?” tanya sopir hati-hati.

Aku bersandar lemah di kursi.

“Nggak… antar aku ke Kantor Imigrasi lebih dulu.”

Dua jam kemudian, paspor dan berkas aplikasi visa Negara Nusavara sudah di tanganku.

“Permohonan visanya butuh antrean, tujuh hari lagi baru bisa diambil,” kata petugas.

“Tujuh hari lagi… tujuh hari lagi, aku takkan punya hubungan apa pun lagi dengan Devan,” gumamku lirih.

Sesampainya di vila Keluarga Atmadja, aku langsung mulai mengemas barang.

Benda-benda milikku tak terhitung banyaknya.

Karena pekerjaannya, Devan sering bepergian ke berbagai tempat, dan ke mana pun dia pergi, selalu membelikanku tas mewah, perhiasan, serta barang-barang mahal lainnya.

Di vila ini ada tiga ruangan penuh—semuanya untuk menyimpan hadiah darinya.

Setiap sudut rumah menyimpan kenangan kami.

Setiap bulan kami selalu berfoto di bilik stiker dan menempelkannya hingga memenuhi dinding.

Setiap hari anniversary di tiap tahunnya, dia selalu memberiku cincin berlian—kotak-kotak penyimpannya kini sudah penuh sampai tiga lapis.

Ada juga boneka edisi terbatas dan figur langka yang sudah tak diproduksi lagi.

Semua itu menjadi bukti betapa dia memanjakanku tanpa batas.

Sebelum Keira muncul, aku sungguh percaya kami akan menua bersama.

Aku mengusap air mata. Foto-foto di dinding kucabut satu per satu, lalu kuhempaskan ke tempat sampah.

Semua hadiah darinya kubungkus ke dalam kardus.

Sebelum pergi, aku akan mengembalikan semuanya.

Saat tengah mengemas barang, tiba-tiba terdengar suara ramai dari lantai bawah.

Dari koridor lantai dua, aku mengintip ke ruang tamu. Para pelayan mengangkut kotak-kotak perhiasan yang tampak berat.

Keira berdiri di sana, menggeleng lembut pada Devan.

“Ini terlalu banyak. Aku cuma bilang suka, tapi kamu hampir memborong semua barang di tempat lelang,” ujarnya manja.

“Aku hanya ingin kamu senang. Kalau kamu senang, proses persalinan juga akan lancar,” balas Devan dengan tatapan lembut.

Lalu dia mendongak dan melihatku berdiri di lantai dua, di balik pegangan balkon. Wajahnya langsung menegang.

“Maaf, Viona… barusan setelah periksa dokter, Keira mood-nya buruk, jadi aku membawanya ke tempat lelang. Ada sesuatu yang kamu suka? Nanti aku belikan untukmu.”

Aku terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata pelan.

“Hadiah darimu sudah terlalu banyak. Belikan saja untuk Keira.”

Devan tampak hendak bicara, tapi Keira lebih dulu menarik lengannya.

“Aku ngantuk… mungkin bayi ini ingin tidur. Bisa antarkan aku ke kamar?”

Devan langsung panik, lalu menopangnya dengan hati-hati.

“Pelan-pelan, jangan sampai jatuh! Kalau ngantuk kenapa nggak bilang dari tadi? Kalau sampai tertidur tiba-tiba dan terjatuh, gimana?”

Dia tak lagi sempat bicara padaku, merangkul Keira dan membawanya menuju kamar utama.

Hatiku seperti tertusuk—nyerinya samar, tapi terasa begitu menusuk jiwa.

Kamar itu dulunya adalah kamar pengantin kami. Devan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk menatanya, bahkan dengan sungguh-sungguh pernah berkata, “Tak seorang pun boleh masuk sebelum hari pernikahan. Aku ingin jadi orang pertama yang menuntunmu masuk ke sini.”

Namun nyatanya… kamar pengantin yang dulu dia siapkan dengan sepenuh hati, kini telah diberikan pada wanita lain.
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
11 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status