All Chapters of SKANDAL PEWARIS CULUN: Chapter 11 - Chapter 20

“Apa kamu mengerti apa yang sedang dia bicarakan?” “Tidak. Aku bahkan tidak bisa mendengar dengan jelas karena suaranya yang seperti cicit tikus itu.” “Kukira hanya aku saja yang merasa seperti itu. Ternyata anak culun itu tidak ada apa-apanya.” Jemari Misha meremas kuat bulpoin yang ada di tangannya ketika mendengar bisik-bisik itu di sekitarnya. Telinganya panas dan berdengung, berusaha keras untuk menahan emosinya tetap di dalam agar dia tidak lepas kendali. Akan tidak baik baginya jika dia bersikap berlebihan di ruang meeting ini dengan banyak mata yang melihat karena itu akan menciptakan gosip murahan yang tidak terkendali dan Zayden semakin menjadi sasaran empuk. “Sialan mereka semua,” maki Misha dalam hati. “Aku ingin menutup mulut mereka semua dengan lakban!” Tidak hanya satu atau dua, namun hampir seluruhnya menatap Zayden yang saat ini sedang presentasi di ruang meeting bersama semua team divisi pemasaran. Tatapan mereka meremehkan, bahkan merendahkan. Misha hanya bis

Baru saja melangkahkan kaki ke dalam pantry untuk membuat kopi, reflek dia langsung mundur karena kaget. Zayden yang sedang membuat kopi menoleh, Misha langsung balik badan, berniat pergi dan kembali lagi nanti. “Pagi, Bu Misha.” Sapaan Zayden mau tidak mau membuat Misha kembali berbalik dan mengangguk. “Iya, Pagi.” “Mau membuat kopi?” Tanya Zayden. Niat awal Misha memang seperti itu, tapi berada terlalu dekat dengan Zayden bisa membuat otak Misha bermasalah lagi. Namun, kalau sudah seperti ini, dia tidak bisa mundur atau pergi begitu saja. Misha tidak mau Zayden berpikir kalau dia mencoba menghindar. Misha berusaha menenangkan diri dengan memasang ekspresinya yang seperti biasa meski detak jantungnya berdetak tidak beraturan. Semalaman dia berfikir dan belum bisa menemukan cara untuk memancing Zayden tapi dia sudah harus menghadapi pria itu secepat ini. “Iya.” “Silahkan kalau begitu, Bu Misha.” Misha mendekat, Zayden sedang membuka rak penyimpanan gelas yang berada di dekat

“Bagaimana pekerjaan kalian berdua? Apakah sudah selesai?”Misha berdiri di antara meja Juno dan Doni yang saat ini sedang serius menyelesaikan pekerjaan mereka. Malam ini mereka terpaksa lembur di kantor karena besok Misha bersama Doni akan menemui klien di luar dan semuanya harus segera dipersiapkan.Seharusnya sejak tadi siang, proposal yang harus dibawa sudah selesai dikerjakan. Namun ada beberapa perubahan yang diinformasikan mendadak, jadi mau tidak mau, mereka harus lembur malam ini.“Tenang, Bu Misha. Sedikit lagi,” ujar Juno, tanpa menoleh ke atasannya.“Oke, baiklah.”Misha melihat ke meja sebrang yang kosong karena Hana mungkin sedang ke kamar mandi. Setelah berpikir sejenak, dia pun melangkahkan kaki ke meja Zayden yang juga sedang serius mengetik sesuatu di komputernya.Misha maju mendekat, mendekatkan kepalanya ke depan untuk bisa melihat lebih jelas pekerjaan yang sedang Zayden lakukan. Misha tidak sadar jika posisinya agak dekat dengan Zayden sehingga pria itu bisa m

“Malam, Tuan Muda.”Zayden hanya mengangguk seraya masuk ke dalam mobil. Dibukanya kacamata serta satu kancing teratas kemejanya. Menyandarkan punggung untuk sekedar melepas lelah.“Mau langsung ke apartemen atau ke rumah?” Tanya Bimo, supir pribadinya.Supir yang sama yang mengantar Zayden dan Misha ke tempat klien tadi pagi. Zayden memang sengaja menggunakan mobil dan supir pribadinya agar dia lebih nyaman.Kalau menggunakan supir perusahaan, dia tidak akan berani bertindak terhadap Misha di mobil. “Apartemen saja.”“Baik,Tuan.”Zayden menoleh sesat ke dalam lobi yang sudah sepi, sengaja pulang agak malam dan berdiam diri di dalam ruangan Papanya agar dia bisa melepas lelah sejenak. Sungguh, semua pekerjaan yang dibebankan padanya seorang diri benar-benar menguras tenaga.“Tuan Muda…ini milik Nona yang tadi siang.”Zayden melihat Pak Bimo mengulurkan kaca rias kecil juga lipstik brand ternama ke belakang yang langsung diambil oleh Zayden dan ditatapnya selama beberapa detik.“Wani

Misha duduk di salah satu kursi dalam coffee shop yang berseberangan langsung dengan kantornya hanya untuk melepas lelah juga menyingkirkan bayang-bayang Zayden yang setengah harian ini mengganggunya.Mata Misha tidak bisa lepas dari pria itu. Dia akan mencuri-curi pandang saat melihat Zayden dan berusaha senatural mungkin agar tidak ketahuan.“Sudahlah. Lelah sekali menerka-nerka. Apa langsung aku tanyakan saja padanya?” Gumam Misha, menyendokkan sepotong kecil blackforest ke dalam mulutnya yang langsung terasa lumer membuat Misha tersenyum senang. Misha tidak mau memikirkan Zayden lagi, jadi dia akan bertahan sesaat disini sampai waktu makan siang habis. Setelah ini dia harus menghadap atasannya untuk membahas meeting dengan klien yang diagendakan beberapa hari lagi sebelum perjanjian kesepakatan. Misha harus fokus dan menyelesaikan semuanya dengan sempurna.Misha mencomot coklat batangan di atas kuenya yang sudah berantakan dan memasukkannya dalam mulut. Saat itu juga, matanya me