Semua Bab Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!: Bab 11 - Bab 20

Pria seperti Billy, begitu muncul sekali akan menjadi sorotan paling mencolok dalam hidup seseorang. Tidak mungkin melupakannya hanya dengan sekali bertemu.Apalagi, Violen dan Billy dulunya adalah musuh bebuyutan, bahkan profesor Hardi pernah bercanda bahwa mereka adalah dua bintang yang bersinar terang, tapi tidak bisa berada di tempat yang sama…Sosok Billy yang tinggi dan tegap semakin mendekat. Setelan jas gelap yang pas di badan membuat wajahnya yang sudah tajam dan tegas itu tampak seperti pahatan patung, memancarkan aura yang nyaris tak berani ditatap langsung.Dibanding tujuh tahun lalu, Billy jauh lebih tenang dan berbahaya, seperti pusaran air tak berdasar, yang bisa melahap segalanya tanpa mengeluarkan suara.Violen hanya ingin melarikan diri sekarang.Di saat titik terendahnya, malah bertemu dengan musuh bebuyutannya dulu dan melihat dia jelas-jelas sangat sukses, adakah hal yang lebih memalukan dari ini?Dengan penampilannya saat ini, jika Billy mengenali dirinya yang beg

Marvel mengira renovasi yang dimaksud Violen adalah paling-paling membersihkan rumput liar di taman.Bagaimanapun juga, taman yang penuh dengan bunga tulip itu ditanam sendiri oleh Violen saat mereka menikah!Melihat wajah Marvel memuram dan tidak berbicara, Violen maju meraba dan menarik ujung bajunya, lalu pura-pura bertanya dengan nada bersalah, “Marvel, kamu marah, ya?”Pertanyaan itu membuat Marvel kesal, tapi juga tidak bisa melampiaskannya.“Mana mungkin, aku nggak mungkin marah sama kamu,” jawabnya dengan suara yang sehangat mungkin. Dia mengelus wajah Violen dan melanjutkan, “Kenapa tiba-tiba mau tanam mawar kuning? Bukannya kamu suka tulip selama ini?”Kata-kata itu terasa menusuk di telinga Violen.Saat kuliah dulu, dia pernah bilang pada Marvel kalau dirinya suka mawar. Waktu itu, Marvel tidak menanggapinya dan kemudian tanpa sengaja Violen mendengar dia menelepon temannya, dengan nada meremehkan berkata bahwa mawar terlalu norak.Karena Marvel tak suka, dirinya pun tak per

Di luar kamar, Violen mendengar semuanya dengan jelas. Dia menutup mata dengan perasaan yang menyakitkan, dadanya sakit sampai dirinya hampir tak sanggup berdiri stabil.Setelah menenangkan diri sejenak, dia tetap memaksa melangkah maju. Dia sengaja mengeluarkan suara ketukan dengan tongkatnya.“Rey, Rora, bolehkah mama masuk?”Pintu itu hanya setengah tertutup, begitu didorong langsung terbuka.Saat Violen muncul, dia jelas melihat Rora langsung lari ke ranjang, buru-buru menarik selimut dan menutupi kepalanya, seolah tidak mau meladeninya.Seketika, perasaan Violen terasa hampa.Melihatnya muncul tiba-tiba, Rey tampak agak kepanikan. Dia pun mengepalkan erat tangannya, bola matanya yang bulat berputar gelisah.Mungkinkah… wanita ini mendengar apa yang barusan dia katakan?Anak lima tahun, semua pikirannya tertulis jelas di wajahnya, tidak perlu ditebak.Violen tentu menangkap rasa bersalah itu, hatinya jadi melunak. Dia sengaja berkata lembut, “Pendengaran Mama belum sepenuhnya pulih

Di sisi lain, Marvel keluar dari lift pribadi dan berjalan cepat menuju ruang kantornya. Dia membuka pintu dan melihat Wiliam sudah duduk di sofa, menunggunya sejak tadi.“Kamu terlambat,” kata Wiliam sambil menyesap kopi.Marvel menjawab dengan tak berdaya, “Violen bersikeras ikut ke kantor. Jadi butuh waktu untuk mengurusnya.“Violen?” Wiliam langsung mengerutkan kening begitu teringat wanita itu, “Bukannya matanya masih buta? Kok masih saja menempel denganmu?”Dengan nada sinis, William melanjutkan, “Dia benar-benar sama seperti dulu. Sulit sekali menyingkirkannya, seperti plester yang menempel erat…”Dia teringat kembali pada hal-hal yang dulu pernah dilakukan Violen, lalu tertawa dingin dan berkata, “Tapi iya juga, kalau bukan karena cara-caranya yang nekat dan muka tebalnya, mana mungkin wanita seperti dia bisa menikah masuk ke keluarga besar seperti Keluarga Lous?”Mendengar ucapan Wiliam itu, Marvel tidak membantah. Wajahnya justru perlahan berubah, seakan memastikan sesuatu.I

Tak perlu diragukan, wanita ini adalah Violen yang telah menjadi mayat hidup selama lima tahun!Setelah memastikan identitas Violen, Lina menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan jijik dan permusuhan yang tak bisa disembunyikan.Violen tidak peduli.Jelas sekali, Lina adalah anak buah Mega. Jadi, wajar saja kalau Lina tidak menyukainya.Lina berjalan santai menghampirinya dan berkata, “Nona Violen, aku sudah lama mendengar namamu…”Violen mengangkat alisnya dan tersenyum, “Nona Violen? Sejak tujuh tahun lalu, semua orang di kantor ini memanggilku manajer Violen atau Nyonya Lous. Kamu nggak mengakui jabatanku sebagai manajer atau nggak menganggapku sebagai istri Pak Marvel?”Saat Violen mengatakan ini, senyuman tipis terukir di wajahnya. Nadanya terdengar lembut, tetapi sebenarnya mengandung sindiran yang tajam. Lina langsung canggung karena diserang balik seperti itu.Tiba-tiba, dia melihat seorang wanita berjalan dari belakang, matanya langsung berbinar dan melamb