Share

Bab 11

Author: Liliana
Violen takut kalau terus menonton, dirinya akan kehilangan kendali dan menampar pasangan bajingan itu. Dia pun memakai kacamata hitamnya dan pergi.

Di dalam ruang VIP, Wiliam yang duduk di sudut melihat Mega yang wajahnya merah merona karena disoraki, dia pun tampak tidak senang menuangkan minumannya dan menegaknya sampai habis.

Saat meletakkan gelas kosong itu, Wiliam tidak sengaja melihat sekilas bayangan yang melintas di luar pintu dan berhenti sejenak, merasa bayangan itu sangat familiar.

“Rora, jangan main-main,” kata Marvel menarik kembali tangan yang ditaruh putrinya di atas punggung tangan Mega dan dengan tak berdaya menggendong putrinya turun, “Pergi ke dalam, main sama kakak.”

Rora pun jadi tidak senang.

Mega berlutut untuk menghiburnya, “Rora, Mama…”

Dia melihat Marvel, lalu mengubah kata-katanya, “Tante Mega ikut denganmu, mau?”

Rora memang selalu patuh pada Mega dan langsung mengangguk.

Wiliam melihat Mega menggendong Rora dan masuk ke ruangan dalam. Dia pun berdiri tanpa bicara dan duduk di samping Marvel.

“Marvel, bagaimana kondisi Violen sekarang? Dia sudah sadar?” tanya Marvel langsung.

Jari-jari Marvel yang sedang bermain ponsel itu berhenti sejenak. Beberapa saat kemudian, dia menjawab, “Dia sudah sadar kemarin.”

Wiliam pun terkejut.

Tanpa sadar, dia melihat ke arah pintu lagi.

Jadi, wanita yang mirip Violen yang dia tadi kemungkinan besar adalah…

“Lalu dia…”

Wiliam masih ingin bertanya, tapi Marvel dengan datar memotongnya, “Matanya buta, nggak tahu kapan bisa pulih kembali. Sebelum benar-benar sembuh, aku nggak mau umumin dia sudah sembuh dulu.”

Buta?

Seorang wanita buta jelas tidak mungkin berdiri di depan pintu ruang VIP mereka dan mengintip.

Sepertinya dia memang salah lihat tadi.

Wiliam menelan kembali kata-kata yang sudah sampai di ujung lidah.

Sementara itu, Marvel menunduk melihat pesan yang dikirim Bibi Lusi dua jam lalu.

Bibi Lusi, [Pak Marvel, nyonya dijemput mobil ini!]

Pesannya disertai foto plat nomor.

Sekilas saja Marvel sudah tahu itu mobil milik Tania.

Dia pun tidak terkejut.

Dunia pertemanan Violen memang kecil sekali, hidupnya selain berpusat padanya, satu-satunya teman dekat yang dimiliki hanyalah Tania.

Wanita itu orangnya ribut dan emosian, sedangkan Keluarga Berli sudah lama bangkrut, makanya Marvel selalu meremehkannya.

Violen sendiri cukup tahu diri. Meski bertahun-tahun ini diam-diam masih berhubungan baik dengan Tania dan sesekali bertemu, dia tidak pernah sekalipun menyebut nama temannya di depan Marvel.

Kali ini, dia berani keluar sendiri untuk bertemu Tania tanpa memberitahu lebih dulu, jelas karena takut membuatnya kesal.

Marvel menajamkan sudut bibirnya dengan rasa puas.

Bagi dirinya, pikiran Violen selalu mudah ditebak.

Marvel menyandar santai di sofa, cahaya lampu hangat terpantul di wajah tampannya yang lembut dan tenang seperti biasanya. Hanya saja, sorot matanya menunjukkan sedikit ketidakpedulian.

Violen sangat baik. Sebagai istri dan juga rekan kerja, dia sempurna dan nyaris tidak ada kekurangan.

Namun, wanita yang terlalu mudah dimengerti, sama seperti segelas air putih, tidak berarti, tapi juga sayang kalau dibuang…

Di sisi lain.

“Hachii…”

Violen bersin keras.

Dia menatap lorong bercabang di depannya, bibirnya tanpa sadar berkedut.

Sudah lima tahun, Garden Bay pun sempat direnovasi dan banyak area yang diperluas.

Tadinya, Violen berniat pulang lewat jalan yang sama, tapi karena pikirannya melayang, dia pun malah tersesat di lantai ini.

Violen sedang mencari petunjuk di dinding dan lantai, tidak sadar ada seorang pria yang muncul tiba-tiba di tikungan, nyaris saja menabraknya.

“Kamu buta?!” teriak pria itu dengan keras.

Perut buncit, leher hampir tak kelihatan dan di lehernya tergantung rantai emas setebal jempol.

Jelas orang kaya baru yang sedang berfoya-foya.

Violen mencium bau alkohol darinya. Untuk menghindari masalah, dia menundukkan kepalanya, mengayunkan tongkatnya dan mencari jalan, “Maaf, aku nggak bisa melihat.”

Pria itu malah semakin menjadi-jadi.

“Oh, ternyata benar-benar buta?”

Dari balik kacamata hitam, Violen bisa melihat wajah bulat itu mendekat dengan senyuman menjijikkan. Bau alkohol yang menusuk pun membuat perutnya mual.

“Hehe, wajahnya juga lumayan, harum pula. Kebetulan aku dokter, sini biar aku obati matamu.”

Violen menjawab dengan dingin, “Minggir!”

Pria itu sama sekali tidak menggubris Violen yang terlihat lemah itu, dia pun berkata dengan mesum, “Panggil aku Kakak, kau bakal membiarkanmu lewat, bagaimana?”

Violen sudah menahan amarah sejak tadi, pria cabul ini jelas sedang mencari gara-gara!

Violen melirik sekilas CCTV di dinding, lalu berpura-pura lemah tak berdaya.

“Aku nggak percaya kamu dokter. Jangan mendekat, aku takut…”

Sambil bicara, dia mundur selangkah demi selangkah, mengarahkan pria itu ke sudut yang tidak terjangkau CCTV.

Pria itu melihat tampangnya yang lemah dan ketakutan, dia pun semakin mabuk dan bernafsu. Sambil mengusap tangan, dia dengan semangat mengikuti Violen sampai ke pojokan.

“Hei cantik, jangan takut. Ikut aku ke ruang VIP saja, aku bakal mengobati matamu baik-baik malam ini!”

Tatapan mata Violen di balik kacamata hitam sudah berkilat dingin. Tangannya sudah menggenggam erat tongkatnya. Hanya cukup satu pukulan ke titik tertentu, pria cabul ini bisa lumpuh setengah badan, lalu dirinya tinggal memberikan satu tendangan untuk kaki ketiganya!

Saat tangan gemuk itu hampir menyentuhnya, Violen bersiap menyerang, tapi tiba-tiba seorang pria berjas rapi muncul dari belakang si cabul.

Dia mencengkeram tangan pria cabul itu, lalu memutarnya dengan keras.

“Aaa!!”

Teriak pria cabul itu dengan kesakitan.

Violen juga terkejut. Dia memperhatikan pria yang muncul tiba-tiba bagaikan pahlawan kesiangan itu. Usianya sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi dan Violen yakin belum pernah melihat orang ini.

Stevan sudah menahan kepala pria cabul itu, lalu menghantamkannya keras ke dinding.

Dengan dingin, Stevan berkata, “Pak, kalau mabuk, lebih baik ke ruangan saja. Perlu aku antar?”

Pria cabul itu langsung ketakutan. Dengan setengah sadar, dia buru-buru memohon,

“Nggak… nggak perlu… aku bisa balik sendiri… balik sendiri…”

Saat dia hendak kabur, tiba-tiba terdengar suara rendah dan datar di belakang.

Suaranya seakan ramah, tapi begitu menekan, bahkan sampai membuat merinding.

“Mau pergi begitu saja?”

Suara itu…

Seketika Violen membeku. Pandangannya perlahan bergeser ke arah belakang. Beberapa meter jauhnya, sosok Billy yang tinggi dan tegap berjalan mendekat.

Cahaya koridor yang agak putih menembus kacamata hitamnya menjadi kuning yang lembut, sangat mirip dengan sinar senja.

Seketika, Violen merasa dirinya seolah-seolah kembali ke bandara tujuh tahun yang lalu.

Sosok Billy saat itu, tumpang tindih dengan pria di depannya sekarang.

‘Violen, pantaskah?’

Kalimat itu menyeruak di ingatannya, menghantam hatinya keras sekali dan membuat jiwanya bergetar.

Sudah tujuh tahun…
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 25

    Marvel sedang berada di ruangan kantor. Dia baru saja membantu Mega mengobati punggung tangannya yang memerah karena terjepit. Tiba-tiba, ponsel di sampingnya bergetar.Marvel mengambilnya, sekilas melihat pesan dari Wiliam, dia pun langsung merasa tak tahu harus bilang apa.Wiliam memang sudah lama meremehkan Violen. Jadi, Marvel juga tak menanggapinya, hanya meletakkan ponselnya begitu saja.Hanya waktu sebentar, Mega sudah dengan cekatan membereskan kotak P3k yang baru saja dikeluarkan.“Biar aku saja,” ujar Marvel, mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi Mega menghindar.Dengan senyuman nakal, Mega berkata, “Kalau luka sekecil ini saja perlu diobati Pak Marvel, aku khawatir besok aku bakal langsung dipecat.”Marvel terhibur oleh candaannya, alisnya yang tadi sedikit mengerut pun perlahan mengendur.Mega tiba-tiba mendekat, mengangkat tangan dan menyentuh keningnya.Marvel terdiam dan tidak bergerak.“Kakak senior,” bisik Mega sambil berjinjit, sepasang mata indahnya menatap lur

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 24

    Dulu, Violen pernah berusaha keras untuk menyenangkan teman-teman di sekitar Marvel, berharap mereka bisa menerima dirinya. Tapi sudah habis tenaga, hasilnya tetap sia-sia.Violen masih ingat, pernah suatu kali saat ulang tahun Wiliam, dirinya melihat kondisi tubuh Wiliam yang kurang bertenaga, jadi dia dengan sepenuh hati meracik sebuah resep obat penambah energi dan darah.Dia bahkan menghabiskan waktu seminggu penuh untuk merebus dan mengolahnya menjadi pil yang mudah diminum, lalu membungkusnya satu per satu dengan rapi.Di hari ulang tahun Wiliam, Violen memberikannya langsung padanya.Saat itu, ekspresi Wiliam sangat sulit ditebak. Dia menerima dengan senyuman setengah mengejek dan berkata, “Terima kasih sudah repot-repot.”Namun saat hendak pulang, Violen malah melihat pil-pil obat itu tergeletak di tempat sampah dekat pintu.Yang pertama muncul dalam hatinya saat itu hanyalah rasa sedih dan tersinggung. Dia bahkan sempat menyalahkan diri sendiri, apakah hadiah yang dia berikan

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 23

    “Pak Marvel, jangan mempersulit nyonya. Aku benar-benar baik-baik saja. Nyonya juga nggak sengaja menyakitiku,” ujar Mega yang baik hati meredakan situasi.“Sebentar lagi ada rapat, aku pergi menyiapkan ruang rapat.”“Aku ikut denganmu,” ujar Marvel yang menatap Violen dengan dalam. “Violen, aku sangat kecewa dengan kejadian hari ini. Renungkan baik-baik. Kita bicarakan lagi nanti di rumah.”Usai bicara, Marvel berbalik dan memerintahkan Vicky, “Nanti, antar nyonya pulang.”“Biak.”Violen berdiri di tempatnya, melihat Marvel dan Mega berjalan pergi berdampingan. Punggung mereka terlihat serasi. Saat berjalan, ujung rok Mega bergesekan dengan celana jas Marvel.Di tengah-tengah itu, kaki Mega terkilir dan Marvel langsung reflek memapahnya.Meskipun tahu Violen tak bisa melihat, Vicky pun merasa iba dan menghalangi pandangan Violen.“Nyonya, ayo aku antarkan pulang.”“Pak Vicky, bisa tolong buatkan aku kopi? Aku mau tinggal sebentar di kantor lamaku, boleh?”“Tentu saja boleh. Kalau beg

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 22

    Detik berikutnya, terdengar suara Marvel yang penuh amarah,“Violen, apa yang kamu lakukan?”Violen menatap lewat kacamata hitamnya, melihat Marvel melangkah cepat menghampiri. Alisnya yang indah berkerut, sorot matanya penuh rasa sayang pada Mega dan tidak puas pada dirinya. Karena dirinya ‘tak bisa melihat’, Marvel bahkan tak berusaha menyembunyikan ekspresinya.“Pak Marvel, ini bukan salah nyonya!” Mega buru-buru meraih lengan Marvel dengan lembut dan melanjutkan, “Aku sendiri yang nggak sengaja terjepit pintu.”Vicky melihat semuanya dengan jelas sejak awal hingga akhir. Dia pun tak tahan dan membela Violen, “Pak Marvel, kamu salah paham. Ini benar-benar hanya sebuah kecelakaan.”Marvel selalu mementingkan citra dan harga diri. Dia pun diam dan tidak berbicara lebih banyak, hanya mengulurkan tangan ke arah Mega.“Biar kulihat.”Mega yang tadinya berusaha menyembunyikan tangannya di belakang, ragu sebentar, lalu tetap menyerahkannya, meletakkannya dengan lembut di telapak tangan Ma

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 21

    Sudut bibir Mega yang tadinya terangkat, kini membeku.Delis juga membelalakkan matanya. Seketika, dia tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Tapi, setelah sadarkan diri, dia hampir berteriak kegirangan.Violen melanjutkan dengan tenang, “Saat aku bergabung tujuh tahun yang lalu, aku tanda tangan kontrak sepuluh tahun dengan perusahaan. Kecuali aku sendiri yang mengundurkan diri secara sukarela, posisi manajer divisi riset ini akan tetap menjadi milikku selama sepuluh tahun. Beberapa hari lagi, aku bakal kembali bekerja seperti biasa.”Dia meninggikan suara agar semua divisi dapat mendengarnya dengan jelas, “Tentu saja, kalau ada yang ingin mengikuti Bu Mega, aku nggak akan menghalangi. Aku akan menyarankan Pak Marvel untuk buka divisi riset kedua. Kalian terserah mau tetap tinggal atau pergi.”Jika sebelumnya semua yang dia lakukan dalam pekerjaan adalah demi Marvel, maka mulai hari ini, dia hanya berjuang untuk dirinya sendiri!Posisi manajer divisi riset adalah posisi yang

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 20

    Tak perlu diragukan, wanita ini adalah Violen yang telah menjadi mayat hidup selama lima tahun!Setelah memastikan identitas Violen, Lina menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan jijik dan permusuhan yang tak bisa disembunyikan.Violen tidak peduli.Jelas sekali, Lina adalah anak buah Mega. Jadi, wajar saja kalau Lina tidak menyukainya.Lina berjalan santai menghampirinya dan berkata, “Nona Violen, aku sudah lama mendengar namamu…”Violen mengangkat alisnya dan tersenyum, “Nona Violen? Sejak tujuh tahun lalu, semua orang di kantor ini memanggilku manajer Violen atau Nyonya Lous. Kamu nggak mengakui jabatanku sebagai manajer atau nggak menganggapku sebagai istri Pak Marvel?”Saat Violen mengatakan ini, senyuman tipis terukir di wajahnya. Nadanya terdengar lembut, tetapi sebenarnya mengandung sindiran yang tajam. Lina langsung canggung karena diserang balik seperti itu.Tiba-tiba, dia melihat seorang wanita berjalan dari belakang, matanya langsung berbinar dan melamb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status