“Gaun yang Non Larisa bawa itu sepertinya keluaran terbatas, ya? Aku pernah lihat di TV… pasti mahal!”“Andai saja aku punya kesempatan pakai gaun edisi terbatas begitu, sekali saja, aku pasti sudah puas...”Nada suaranya lirih, lalu menunduk. Ada bayangan kecewa di matanya.Melihat itu, Dikta langsung melangkah ke arahku.“Shafa suka gaun ini. Berikan saja padanya,” ucapnya tegas.Amarahku meledak seketika.“Atas dasar apa?”Namun, dengan wajah tanpa dosa, Dikta menjawab penuh keyakinan.“Bagaimanapun, kamu akan bertunangan denganku. Apa pun yang kamu pakai, ujung-ujungnya hanya untuk kulihat, ‘kan?”“Lagipula, Shafa terluka juga karena dirimu. Kamu cuma kasih satu gaun, apa ruginya? Kalau cuma soal uang, aku bisa menggantinya untukmu!”Aku tak kuasa menahan tawa dingin.“Siapa bilang aku ingin bertunangan denganmu?”Wajah Dikta sempat panik, tapi cepat-cepat kembali tenang. Dengan senyum sinis, dia menatap tajam padaku.“Larisa, Larisa… semua orang tahu kamu selalu mengejarku. Kalau
Read more