Share

Bab 3

Author: S.Q. Moon
“Gaun yang Non Larisa bawa itu sepertinya keluaran terbatas, ya? Aku pernah lihat di TV… pasti mahal!”

“Andai saja aku punya kesempatan pakai gaun edisi terbatas begitu, sekali saja, aku pasti sudah puas...”

Nada suaranya lirih, lalu menunduk. Ada bayangan kecewa di matanya.

Melihat itu, Dikta langsung melangkah ke arahku.

“Shafa suka gaun ini. Berikan saja padanya,” ucapnya tegas.

Amarahku meledak seketika.

“Atas dasar apa?”

Namun, dengan wajah tanpa dosa, Dikta menjawab penuh keyakinan.

“Bagaimanapun, kamu akan bertunangan denganku. Apa pun yang kamu pakai, ujung-ujungnya hanya untuk kulihat, ‘kan?”

“Lagipula, Shafa terluka juga karena dirimu. Kamu cuma kasih satu gaun, apa ruginya? Kalau cuma soal uang, aku bisa menggantinya untukmu!”

Aku tak kuasa menahan tawa dingin.

“Siapa bilang aku ingin bertunangan denganmu?”

Wajah Dikta sempat panik, tapi cepat-cepat kembali tenang. Dengan senyum sinis, dia menatap tajam padaku.

“Larisa, Larisa… semua orang tahu kamu selalu mengejarku. Kalau bukan aku… lalu siapa?”

“Jangan buang waktu. Cepat berikan gaun itu pada Shafa!”

Dia langsung merampas gaun itu dari tanganku dan menyerahkannya pada Shafa.

Tarikannya terlalu kasar, hiasan payet tajam mengenai kulit tanganku. Seketika darah mengucur deras.

Namun Dikta tak peduli. Dia justru membawa Shafa kembali ke kamar untuk mencoba gaun itu.

Sebelum masuk, Shafa sempat menoleh padaku. Senyum mengejek penuh tantangan terlukis di bibirnya, seakan ingin mengingatkanku, aku hanyalah pecundang.

Aku menarik sudut bibir, memaksa senyum hambar. Namun dalam hati... semuanya sudah membeku.

Menjelang malam pertunangan, ayah memanggil sembilan penjagaku.

“Besok malam, Larisa akan bertunangan dengan salah satu dari kalian.”

Begitu kata-kata itu keluar, suasana langsung berubah. Ada yang terkejut, ada yang gelisah, ada yang penuh perhitungan.

Di sudut ruangan, Tomi menenggak gelas demi gelas alkohol, seolah ingin menenggelamkan perasaannya.

Sementara Dikta tampak gelisah, matanya beberapa kali melirik ke arah kamar Shafa.

Tujuh orang lainnya serempak menoleh pada Dikta, lalu mengucapkan selamat.

“Selamat ya, Dikta. Mulai sekarang kamu akan jadi penerus Keluarga Sarapova!”

“Kamu harus menjaga Non Larisa baik-baik. Jangan kecewakan harapan Tuan.”

Ayah hanya tersenyum, menatapku tanpa berkata apa pun. Dengan sikap itu, semua orang mengira pilihanku memang jatuh pada Dikta.

Malam itu, Dikta tiba-tiba masuk ke kamarku.

Wajahnya suram. Tanpa peringatan, dia menarikku kuat-kuat dari ranjang. Tubuhku terbanting ke lantai, lalu tangannya mencekik leherku erat.

“Larisa! Kenapa kamu terus mengejarku, hah! Semua ini salahmu!”

Aku pun terkejut.

“Shafa kabur! Dia cuma tinggalkan sepucuk surat! Kalau terjadi sesuatu padanya, aku nggak akan melepaskanmu!”

Cengkeramannya makin kuat, membuatku hampir tak bisa bernapas.

“Kamu sudah gila, Dikta! Shafa kabur dari rumah, apa hubungannya denganku!”

Matanya memerah penuh kebencian.

“Kalau kamu nggak memaksa memilihku sebagai tunanganmu, Shafa nggak akan menderita dan pergi begitu saja! Dalam suratnya, dia tulis kalau hidupnya sudah nggak ada artinya. Kalau dia bunuh diri… aku nggak akan melepaskanmu! Camkan ini!”

Aku berusaha keras melepas cengkeramannya, lalu menatapnya dingin.

“Dikta! Aku nggak memilihmu! Terserah kamu mau sama siapa saja!”

“Dan satu hal lagi… kalau kamu nggak segera keluar dari kamarku, aku akan lapor ke ayah!”

Ancaman itu membuatnya sedikit sadar. Cengkeramannya terlepas. Dengan wajah suram, dia berbalik dan pergi.

Keesokan paginya, Dikta kembali membawa Shafa.

Wajahnya pucat dan letih, seakan semalaman tak tidur. Sementara Shafa tampak berantakan, lesu, seperti habis melewati siksaan panjang.

Dikta berdiri di hadapanku, sorot matanya tajam, dingin menusuk.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Balik Gunung, Ada Bulan yang Menunggu   Bab 9

    Hari pernikahan itu, doa dan restu tulus mengalir dari keluarga dan sahabat.Di tengah kebahagiaan yang sederhana, aku menerima sebuah surat… dari jauh.Surat itu datang dari Dikta.Isinya singkat. Dia berharap kami bisa hidup bahagia selamanya. Selama bertahun-tahun ini, dia terus merenungi kesalahannya. Dia bahkan memohon maaf padaku. Meski dia tak mengharap pengampunan dariku, tetap saja dia menulis satu kalimat sederhana: [Maafkan aku.]Membaca surat itu, aku tahu semuanya sudah berakhir.Semua kenangan di masa lalu hanyalah bunga sesaat yang cepat layu.Sementara aku… akhirnya menemukan kebahagiaan milikku sendiri.Setelah mengambil alih bisnis Keluarga Sarapova, Tomi mengurusnya dengan teliti. Meski pekerjaannya menyita banyak waktu, dia selalu menyisihkan ruang untukku. Menemani, menjaga, dan mencintaiku.Suatu sore, aku sendirian di rumah. Karena bosan, aku masuk ke ruang kerjanya, berniat mencari sebuah buku untuk mengisi waktu. Tanpa sengaja, sebuah kotak kayu menarik perhati

  • Di Balik Gunung, Ada Bulan yang Menunggu   Bab 8

    Nafsu bejat para pria itu sudah terbangkitkan. Mana mungkin mereka masih peduli dengan teriakan Shafa?Salah satu dari mereka langsung mendorongnya. Tubuhnya terhempas ke lantai, berguling beberapa meter. Rasa sakit membuat air matanya tumpah.Menyadari tak mungkin melawan, Shafa akhirnya memilih mengalah. Sudut bibirnya terangkat, senyuman licik terukir di wajahnya.“Bagus juga! Meski ada yang datang menyelamatkanmu, setelah melihatmu nggak suci lagi, aku yakin mereka nggak akan menerimamu!”Pria-pria itu mendekat dengan wajah bengis. Aku berteriak minta tolong, tapi tak ada gunanya.“Lepaskan dia!”Suara itu terdengar tepat saat pakaianku hampir terkoyak. Pintu gudang mendadak terbuka.Dikta!Dengan tiga pukulan, dua tendangan, semua pria itu langsung terkapar tak berdaya. Dia melepas jaketnya, menyelimutiku yang berantakan, lalu membopongku hati-hati.Namun, mata Shafa mendadak memerah penuh kegilaan. Dia mencabut sebilah pisau dari balik tubuhnya dan menerjang ke arah kami seperti

  • Di Balik Gunung, Ada Bulan yang Menunggu   Bab 7

    Hari itu, kudengar Dikta berlutut di depan rumahku begitu lama sampai tubuhnya tak sanggup lagi dan akhirnya dibawa ke rumah sakit.Aku? Tak merasakan gelombang emosi apa pun. Semua yang terjadi… akibat tindakannya sendiri.Sejak itu, Dikta tak pernah muncul lagi.Sementara hubunganku dengan Tomi semakin erat dan stabil. Dulu, seluruh perhatianku hanya tertuju pada Dikta. Namun melalui kebersamaan dengan Tomi, aku sadar satu hal… cinta yang sehat tak bisa hanya datang dari satu pihak. Perasaan itu harus tumbuh dari dua orang yang sama-sama memberi dan berkorban. Baru tercipta hubungan yang indah. Dan cinta sejati… tak akan membiarkan pihak ketiga masuk.Aku sempat berpikir hidupku akan damai dan bahagia seperti ini. Namun… kemunculan seseorang menghancurkan ketenangan itu.Hari itu adalah ulang tahun Tomi. Aku keluar sendiri untuk menyiapkan kejutan. Namun di pintu mal, aku bertemu dengan Shafa.Tubuhnya tampak kurus, wajah cekung seolah menua puluhan tahun, sangat berbeda dengan gadi

  • Di Balik Gunung, Ada Bulan yang Menunggu   Bab 6

    Sejak saat itu, perasaanku pada Dikta mulai berubah. Dia… begitu perhatian padaku.Ayah sibuk dengan pekerjaannya, sementara ibuku sudah tiada sejak lama, dan Dikta selalu ada di sisiku. Menemani, menghibur, bahkan menjagaku. Aku pernah berpikir, kelak saat dewasa, semuanya akan berjalan wajar. Kita akan hidup bersama... seperti yang selalu kubayangkan.Namun semuanya berubah ketika Shafa datang. Tanpa disadari, Dikta mulai memihak Shafa. Bahkan pernah berkata kalau gadis itu “malang, sama sepertinya”.Awalnya, demi membuat Dikta senang, aku bersikap baik pada Shafa. Namun Shafa… perlahan kelewat batas.Dia sering menuduhku menindasnya, berpura-pura lemah, mencari simpati Dikta. Seberapa pun aku menjelaskan, Dikta tak pernah percaya padaku.Di kehidupan sebelumnya, aku tahu Dikta menyimpan perasaan pada Shafa, tapi aku tetap memilihnya. Kupikir perasaan yang tumbuh sejak kecil akan menjadi fondasi kuat… yang tak bisa digoyahkan siapapun.Ternyata… aku salah. Salah besar. Hanya menginga

  • Di Balik Gunung, Ada Bulan yang Menunggu   Bab 5

    Tomi jelas tertegun, menatapku dengan mata yang hampir tak percaya.Aku hanya mengangguk, dan perlahan dia melangkah ke atas panggung.Sementara Dikta? Dia hanya terpaku di tempat, bibirnya bergetar pelan.“Nggak… ini nggak mungkin…”Tatapan semua orang langsung tertuju pada Tomi. Dikta seakan lenyap dari perhatian mereka.Tiba-tiba, Dikta meraung marah. Dia berlari menghampiriku, mencengkeram lenganku dengan keras.“Larisa! Kamu sengaja, ‘kan? Kamu sengaja ingin memancing kemarahanku, ‘kan?”Aku menatapnya datar.“Karena cemburu sama Shafa, kamu sengaja memilih Tomi supaya aku kesal, ‘kan?”Aku benar-benar tak mengerti. Bukankah dia yang lebih dulu memilih Shafa? Sekarang aku sudah merelakan mereka, tapi kenapa dia malah tak rela?Tomi yang berdiri di sisiku segera mendorongnya menjauh.“Dikta! Larisa sekarang tunanganku. Menjauhlah darinya!” Suaranya dingin dan lantang.Dikta hanya melirik Tomi dengan pandangan meremehkan, lalu kembali menatapku penuh tanya.“Larisa… aku tahu kamu me

  • Di Balik Gunung, Ada Bulan yang Menunggu   Bab 4

    “Larisa! Meski aku dipaksa menikahimu, jangan harap aku akan mencintaimu!”Tatapannya penuh kebencian, suaranya dingin menusuk.“Kalau berani pamer di depan Shafa seolah-olah sudah mendapatkanku, lebih baik lupakan! Aku nggak akan pernah menikahimu!”Begitu ucapnya, dia langsung menggenggam tangan Shafa dan melangkah pergi. Tak sedikit pun menoleh ke belakang.Aku hanya menatap punggung mereka yang menjauh dengan senyum dingin.Untuk pertama kalinya, aku benar-benar tak mengerti. Di kehidupan sebelumnya… kenapa aku bisa jatuh cinta pada pria seperti itu?…Pesta pertunangan belum juga dimulai. Aku baru selesai berdandan ketika Shafa tiba-tiba muncul di kamarku.Tatapannya penuh dengki, matanya merah membara penuh kebencian.“Larisa, atas dasar apa?!” Suaranya pecah.“Aku nggak terima! Kenapa kamu terlahir dengan kedudukan terhormat, sementara aku cuma gadis miskin yang dipandang rendah!”“Bahkan Bang Dikta yang kucintai… akhirnya tunduk pada kekuasaan ayahmu dan bertunangan denganmu!”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status