All Chapters of NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama : Chapter 71 - Chapter 80

"Terus orang tua kamu?? Kamu yakin mereka bakalan setuju??" cecar Nayanika."Pasti setuju kok. Cuma tinggal bilang, kalau mereka mau punya cucu sebentar lagi. Bisa-bisa, kita bakalan disuruh langsung nikah. Iya kan?" ucap Bumi sambil terkekeh geli sendiri. Gila dia ini.Kenapa bisa dengan entengnya bicara macam begitu?"Kamu...." Nayanika mengembuskan napas terlebih dahulu. "Kamu nekad banget. Kamu gila apa gimana??" ucap Nayanika yang tidak mau tanggung-tanggung dalam berucap, bisa saja laki-laki ini sedikit mabuk atau bisa juga dia berpikir sedang berbicara di dalam mimpi. Jadinya bisa seenaknya begini."Ya nggak tahu. Aku cuma ikutin kata otak aja. Terus juga ikutin kata hati. Kebetulan mereka kompak. Ya udah. Kenapa nggak iya kan?""Terus, kamu pikir mereka bisa langsung percaya gitu aja??""Ya... bisa aja. Aku kan sering main ke sini. Bahkan pagi-pagi buta juga aku udah sering dateng ke sini. Mereka juga tahu kok. Jadi aku rasa, mereka pasti percaya."Nayanika tak bersuara. Bati

Beberapa pekan berikutnya.Nayanika datang lagi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin. Dia sendirian dan ayah dari anaknya juga tidak menghubunginya sama sekali.Dia sedang sibuk beberapa pekan terakhir. Sibuk dengan pekerjaan dan sibuk juga dengan istrinya yang tidak mau ditinggal-tinggal lama. Dia belum pernah ke rumah Nayanika lagi juga, setelah terakhir bertemu di bulan sebelumnya, saat Nayanika memeriksakan kandungannya.Sekarang, Nayanika sudah waktunya melakukan pemeriksaan kandungannya kembali. Tetapi yang kali ini, tanpa dihubungi oleh Abiyaksa sebelumnya dan datang sendiri, sesuai perintah dokter pada bulan sebelum ini.Nayanika diam termenung di depan ruangan. Menunggu giliran sama dengan yang lainnya juga. Mendengarkan lagi percakapan antar suami dan istri, yang tengah menantikan kehadiran buah hati mereka ke dunia ini.Lagi-lagi ia hanya datang sendirian. Adiknya menawarkan untuk mengantar tapi siapa yang akan menjaga ibu mereka di rumah. Jadi tidak ada teman u

Abiyaksa menatap wanita yang berada di hadapannya, yang hanya diam saja tanpa bicara sepatah katapun, mulai dari ketika dia masuk ke dalam sini tadi."Bagaimana keadaan kamu? Maaf, saya belum bisa ke sana. Masih sibuk. Banyak pasien dan ya... Meisya agak sedikit manja belakangan ini. Maunya ditemani terus. Oh iya, kenapa kamu ada di sini? Apa kamu habis menemui dokter Anita lagi? Check up?" tanya Abiyaksa.Nayanika hanya mengangguk perlahan. Lalu kembali diam lagi. Dia tidak merespon satupun kalimat yang terucap dari mulut Abiyaksa dengan kata-kata. Di dalam kepalanya hanyalah tertanam, bagaimana mengatakan tentang anak ini. Dia cuma ingin ayah anak ini tahu saja, bila akan memiliki anak perempuan. Tapi sepertinya, dikatakan bagaimana pun juga akan terasa sia-sia serta percuma saja, kalau dia tidak tahu bila anak ini adalah anaknya."Aduh!" Nayanika melonjak kaget sambil memegangi perut, ketika merasakan sebuah pergerakan di dalam tubuhnya itu. Sementara Abiyaksa membeliak dan juga

Tetapi ia pun lupa, bila hal itu mustahil terjadi. Dia tidak pernah merasa menghamilinya. Dia juga sekarang ini, sedang menantikan seorang anak yang sah dari istrinya sendiri. Bukan dari wanita seperti dirinya. Yang sudah menjual harga diri demi uang saja. Tidak berpikir bila akan ada seorang anak yang akan jadi korbannya. Anak perempuan lagi.Anak yang seharusnya mendapatkan perhatian dari cinta pertamanya yaitu ayahnya sendiri. Tapi malah tidak bisa dan tidak boleh mengenal ayahnya sendiri.Napas berhembus kencang dari mulut Nayanika. Ia pejamkan matanya, untuk lari sejenak dari permasalahan di dunia nyata. Lupakan biar pun hanya sebentar, dengan terlelap di atas ranjang ini.Sementara itu di kediaman Abiyaksa dan juga Meisya. Abiyaksa tengah menunggu-nunggu istrinya menempatkan air seninya sendiri di dalam sebuah wadah. Tadi, sebelum kembali ke rumah Abiyaksa juga menyempatkan diri, untuk membeli alat tes kehamilan lagi.Bukan tidak percaya kepada istri sendiri. Hanya saja, ia but

"Iya, Mas. Nggak apa-apa," ucap Nayanika sambil mencoba tersenyum dan membukakan pintunya untuk kedua tamunya ini."Ayo silahkan duduk," ucap Nayanika."Saya mau langsung saja. Kebetulan, saya mau pergi ke rumah sakit lebih cepat hari ini. Mau sekali memeriksakan kandungan Meisya di sana," ujar Abiyaksa."Oh, ya udah. Kalau gitu silahkan ke kamar. Mama ada di dalam," ucap Nayanika sambil menoleh ke arah kamar tempat ibunya berada."Sayang, tunggu di sini ya? Kamu duduk-duduk dan ngobrol saja dulu dengan Nayanika. Kalian bisa sharing masalah kehamilan juga kan?" ucap Abiyaksa dan langsung dituruti oleh Meisya. Tidak ada alasan untuk suaminya itu meninggalkannya juga kan? Karena sekarang, ia pun sedang mengandung anak dari suaminya itu sendiri.Meisya segera duduk dan Abiyaksa pun masuk ke dalam kamar. Sementara Nayanika masih berdiri di dekat sofa, sambil menatap Meisya, yang meletakkan tangannya itu di atas perutnya sendiri."Duduk, Nay. Apa perut kamu itu, buat kamu jadi susah duduk?