Pagi itu terasa berat bagi Jesslyn. Kepala berdenyut, mulut kering, dan cahaya matahari yang menyusup dari celah tirai membuat matanya semakin perih. Ia mengerang pelan, menarik selimut untuk menutupi wajah.Aroma roti panggang dan kopi menyeruak dari arah dapur. Sekilas, hatinya teriris—ada seseorang di rumah kontrakan kecil ini. Seseorang yang semalam menemaninya, mendengarkan semua omong kosongnya, dan tetap diam ketika ia melantur soal Hanna.Christian.Jesslyn menghela napas panjang, bangkit dengan langkah gontai menuju meja makan. Di sana, Christian sudah duduk dengan kemeja santai, lengan digulung hingga siku. Di depannya ada dua cangkir kopi, sepiring roti panggang, dan telur dadar yang masih mengepulkan uap.“Pagi,” sapanya datar, tanpa menoleh.Jesslyn menelan ludah. Suaranya serak saat menjawab, “Pagi…” Ia duduk perlahan, berusaha menghindari tatapan mata Christian. Tangannya gemetar ketika meraih cangkir kopi, menyesap sedikit cairan pahit itu.Tak ada yang berbicara beber
Última atualização : 2025-11-24 Ler mais