Abigail Jesslyn Gretta wanita yang dikenal judes, galak, dan sulit ditaklukkan. Ia bukan tipe perempuan manis yang rela menunduk demi siapa pun. Tapi dibalik sikap kerasnya, ada satu rahasia besar: ia pernah mencintai dengan bodoh—dan masih melakukannya sampai sekarang. Christian Abinaya Miller. Pria yang ia tunggu bertahun-tahun, hanya untuk kembali dengan membawa kabar pahit: ia sudah bertunangan. Dan lebih kejam lagi, tunangannya adalah Hanna… sahabat Jesslyn sendiri sejak sekolah. Jesslyn berusaha keras untuk terlihat kuat. Ia bisa menertawakan luka hatinya, bisa melontarkan kata-kata pedas, bahkan bisa berpura-pura baik-baik saja. Tapi bagaimana caranya berpura-pura, ketika setiap tatapan Christian membuat tembok yang ia bangun runtuh seketika?
View MoreDia harus bertindak profesional. Itu yang ada di pikiran Jesslyn sekarang. Wanita itu menarik nafasnya panjang, lalu meraih map biru dan memeluknya sebelum dia harus masuk ke dalam apartemen mewah di ibukota. Sabian baru saja menelponnya dan meminta Jesslyn untuk datang ke apartemen untuk mengantarkan dokumen penting. Karena Sabian tidak bisa datang untuk rapat, dia digantikan oleh orang lain. Dan materi penting dalam rapat ada ditangan Jesslyn.
Memasuki lift dan menekan tombol angka dalam lift. Jantung Jesslyn berdebar kencang, seperti sesuatu akan terjadi dengannya. Kehidupannya akhir-akhir ini cukup berantakan, dan sempat membuat Jesslyn pusing dengan hal itu. Dia mencoba untuk menghibur dirinya dengan belanja banyak barang tapi nyatanya tak mampu membuat moodnya kembali membaik. Dia kacau …. Tapi dia harus bertahan demi hidup. Dia bukan orang kaya yang resign kerja bisa hidup enak. Tapi dia harus banting tulang untuk mencukupi semua kebutuhannya.
Berdiri di depan pintu dengan nomor cantik, Jesslyn pun mengetuk pintu apartemen ini dengan sesopan mungkin. Satu ketukan, dua ketukan tidak ada jawaban. Jesslyn mencoba untuk mengetuk yang terakhir kalinya, jika tidak keluar juga dia akan menelepon Sabian dan meminta pemilik apartemen ini turun menemui Jesslyn. Dia tidak mungkin berdiri di depan pintu layaknya orang bodoh, kerjaan dia juga tidak hanya berdiri disini tapi juga ada yang lain.
Ketukan tiga tidak ada jawaban. Wanita itu membalik tubuhnya dan hendak pergi. Tapi ucapan seseorang membuat langkah kaki Jesslyn terhenti. Tubuh yang menegang, dan seolah untuk berbalik menatap siapa orang itu tak mampu.
“Maaf, ada perlu apa ya?” Tanya orang itu. Suaranya begitu deep dan membuat tubuh Jesslyn merinding seketika.
Menarik nafasnya panjang, dan menghembuskannya perlahan. Jesslyn membalik badannya dan melihat Christian yang berdiri diambang pintu dengan terkejut. Tak lama seorang wanita berdiri di belakang pria itu dengan senyum yang mengembang sambil menyapa Jesslyn.
“Hai Jes … ayo masuk, setelah acara tunangan aku sama Christian kenapa nggak pernah keliatan lagi sih.”
Jesslyn hanya diam, dia menatap tangannya yang ditarik paksa oleh Hanna untuk masuk ke apartemennya. Jesslyn ingin menolak tapi dia juga tidak enak dengan Hanna yang sudah menyambutnya dengan hangat.
“Aku sibuk kerja.” Jawab Jesslyn seadanya.
“Terus kamu kesini kenapa?”
Jesslyn memamerkan map biru yang dia bawa. Dia pergi kesini karena Sabian yang tidak bisa mengantar map ini untuk Christian. Dan menurut Sabian map ini begitu penting, sehingga Jesslyn harus mengantar kesini. Tapi tahu jika tempat ini adalah tempat tinggal Christian dan juga Hanna. Jika saja Jesslyn tahu, mungkin dia akan menolak atau mungkin meminta Rhea atau mungkin Elina untuk mengantar map ini.
Disini Hanna terlihat bahagia, dia tak henti-hentinya bercerita tentang pertunangannya dengan Christian yang berjalan dengan lancar. Sesekali melirik Christian yang diam saja di hadapan Jesslyn. Pria itu cukup ketara menatap Jesslyn terus-terus. Bahkan untuk berkedip saja tidak mau. Hanna yang tidak sadar dengan hal itu malah meninggalkan Jesslyn dengan Christian berdua. Wanita itu akan membeli sedikit cemilan dan juga minum untuk mereka dibawa. Masa iya tamu datang kesini tidak diberi apapun? Meskipun Jesslyn menolak dan ingin segera pergi, tapi Hanna melarang Jesslyn pergi begitu saja dengan perut kosong.
Setelah kepergian Hanna, Christian langsung mendekati Jesslyn duduk di hadapan wanita itu dengan tatapan sayu. Detik berikutnya dia pun memeluk tubuh Jesslyn dengan erat dan menangis. Wanita itu sudah menahannya untuk tidak ikut menangis tapi yang terjadi …
“Tian lepasin gak? Gue nggak mau Hanna salah paham sama kita.” kata Jesslyn setenang mungkin, meskipun jantungnya bereaksi berbeda begitu juga dengan tubuhnya. Hanya membeli minum tidak harus membutuhkan waktu satu atau lima jam ke depan kan?
“Apa peduli gue, kalau dia tau bagus dong. Gue nggak perlu lagi pura-pura di depan dia kalau kita nggak kenal.”
Jesslyn menarik nafasnya panjang, melepas pelukan itu dan mendorong tubuh Christian untuk menjauh. Tapi yang terjadi, pria itu seolah marah dengan sikap Jesslyn dan mendorong tubuh wanita itu hingga terlentang diatas sofa. Sorot matanya begitu tajam, dia marah, Jesslyn tahu hal itu. Tapi untuk sekarang tidak ada yang bisa Jesslyn lakukan selain berontak
“Jangan gila!! Lo itu tunangan temen gue.”
Peduli setan dengan hal itu, Christian malah melahap habis bibir Jesslyn dan menindih tubuh mungil itu di bawahnya. Tak memberinya space apapun, bahkan untuk bernafas saja tidak. Christian benar-benar menghukum wanita itu yang terus menolaknya sedangkan yang terjadi Jesslyn cukup sakit hati dengan sikap Christian yang tidak bisa tegas dengan keputusannya. Seharusnya dia bahagia dengan Hanna kenapa juga dia masih mengganggu Jesslyn dalam hal ini?
Jesslyn berontak, sesekali mendorong tubuh pria itu untuk menjauh darinya. Tapi yang terjadi Christian malam semakin menindihnya dan membuat wanita itu sesak napas. Menaikkan satu tangannya yang bebas untuk membuat tubuh Jesslyn menggeliat di bawah Kungkungan pria itu.
Sekuat tenaga Jesslyn pun berontak, sampai akhirnya dia bisa melepaskan diri dari pria itu. Merapikan penampilannya wanita itu bangkit dari duduknya, mengatur nafasnya sambil mengusap bibirnya yang basah karena ulah Christian.
“Gue kesini atas permintaan Sabian. Kalau gue tahu tempat ini milik Lo, guepastiin gue nggak akan mau datang kesini hanya untuk nganterin map. Permisi.”
Dengan cepat Jesslyn meninggalkan tempat ini, baru juga beberapa langkah dan memegang knop pintu apartemen ini. Pintu terbuka dengan lebarnya, menunjukkan Hanna yang datang dengan membawa banyak belanjaan. Wanita itu cukup terkejut melihat Jesslyn yang buru-buru pergi. Tapi yang ada, Jesslyn nyelonong pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Dia tidak peduli jika setelah ini Hanna menganggap jika Jesslyn tahu tidak tau diri.
“Apa ada? Kenapa dia pergi dengan keadaan marah, Tian?” Tanya Hanna heran.
Christian tak menjawab, dia pergi begini saja dan masuk ke kamarnya mengganti bajunya yang baru dan pergi meeting. Sejujurnya hal ini dia lakukan untuk bisa bertemu dengan Jesslyn, beberapa hari lalu wanita itu sempat mengundurkan diri. Tapi Sabian menolak karena permintaan Christian. Dia sudah kecintaan dengan Jesslyn, tapi ibunya malah meminta menikah dengan Hanna. Wanita yang hanya menemani Christian selama di luar negeri saja. Entah apa yang Hanna lakukan sehingga ibunya begitu percaya dengan apa yang Hanna katakan.
Mengendarai mobilnya dengan cepat, Christian memilih di salah satu restoran dekat dengan apartemennya. Matanya menatap Jesslyn yang ternyata ada disini juga bersama dengan pria lain. Christian yang tidak terima pun menghampiri mereka dan mengetuk meja mereka sebanyak dua kali.
“Jadi … ini yang Lo lakuin di belakang Gue, Jesslyn Gretta?” ucapnya penuh dengan penekanan, dan membuat wanita itu menelan salivanya dengan kesulitan.
Sebenarnya tidak begitu Jesslyn tanggapi, tapi dia juga menyesal setelah mengatakan hal itu pada Sabian. Seolah disini yang kelihatan cintanya cuma Jesslyn bukan Christian. Kan yang ngejar dia Christian kenapa jadinya semalam dia curhat isi hatinya pada Sabian. Sialan memang!! Belum lagi pria itu meminta Jesslyn untuk membantunya melupakan Avasa? Orang Jesslyn saja masih terbayang-bayang Avasa apalagi Sabian. Dan lagi … ucapan itu kenapa begitu aneh di telinga Jesslyn, apa mungkin selama ini Sabian itu menyukai Avasa secara diam-diam? Dan kenapa Jesslyn tidak peka dengan sikap itu? Mengusap dagunya dengan jari Jesslyn seraya berpikir banyak kemungkinan selama ini. Apalagi waktu Avasa meninggal Sabian yang terlihat sangat terpukul. Dia sampai tidak pergi ke kantor selama satu bulan kehidupannya berubah total, lebih dingin, lebih kejam dan lebih tidak peduli apapun. Dan sekarang dia meminta Jesslyn untuk membantunya? Bukannya terasa aneh? Atau mungkin setelah Avasa mati dia ingin berpa
Kafe hampir kosong. Hanya denting sendok dan musik pelan yang menemani. Jesslyn duduk menunduk, jemarinya sibuk meremas tisu sampai hancur berantakan. Sabian menatapnya dalam diam, menunggu sampai ia mau bicara. Hampir satu jam lamanya Jesslyn hanya diam saja dengan tatapan yang kosong. Seolah banyak sekali hal yang wanita itu pikirkan setelah pulang dari tempat pertemuan mereka. Ada apa? Apa karena Christian? Tentu saja bodoh, ada hal lain kah yang membuat Jesslyn galau dan sedih selain adiknya itu? Akhirnya, suara Jesslyn pecah pelan, wanita itu menatap Sabian sendu.“Ada apa? Mau bicara? Kayaknya tadi lo kurang nyaman waktu ada Tian sama Hanna.” Tanya Sabian akhirnya. Dia tak tahan, dia ingin tahu sejauh mana hubungan mereka sampai-sampai Christian tidak ingin melepas Jesslyn sedikitpun.“Gue capek, Pak… gue bilang ke semua orang kalau gue kuat. Gue marah, gue terkenal galak, gue tertawa keras-keras… tapi kenyataannya? Gue cuma nunggu dia. Selama ini. Sampai bodoh.”Sabian hanya
Melihat dari unggahan di sosial media Jesslyn, Christian langsung melakukan mobilnya ke sebuah tempat yang begitu dia kenal. Dimana dia sering kali berkumpul di sana bersama saudaranya. Dimana lagi jika bukan tempat tongkrongan keluarga Miller. Membanting pintu mobilnya Cristian berlari kesana kemari ke ruangan itu. Menatap Sabian yang duduk di bawah lukisan mahal koleksinya sambil membaca berkas. Begitu juga dengan Jesslyn yang duduk di hadapannya dengan tatapan yang menggoda. Menatap hal itu Christian pun tidak suka. Pria itu melonggarkan dasinya dan berdehem membuat keduanya menoleh menatap Christian dengan bingung. Secara, tidak ada yang mengundang pria itu dan kenapa dia bisa datang kesini? “Bang … kok Lo kok berdua sama Jess, habis ngapain lo?” Tanya Christian kesal. Dia lebih memilih duduk disamping Jesslyn ketimbang duduk disamping Sabian.Pria itu hanya menatap, karakter yang dingin dan cuek, tak membuat Sabian buka mulut untuk menjelaskan kenapa mereka berdua aja disini.
Christian pulang ke rumah ketiban ibunya menelepon. Pria itu bersiul sambil melewati banyak maid yang menundukkan kepalanya. Hanya meliriknya sejenak, langkah kaki Christian berhenti di depan seseorang yang baru saja keluar dari ruangannya.“Mommy mama?” Tanya pria itu dengan santai.“Ada di ruang keluarga Tuan.” Christian mengangguk, dia langsung menuju ruang keluarga dimana ibunya berada. Christian sudah tahu kenapa dia diminta pulang, sedangkan selama ini tidak ada masalah jika Christian mau pulang atau tidak.“Mommy … .” Panggilan itu membuat sang ibu menoleh. Yoora tersenyum kecil sambil merentangkan kedua tangannya kepada Christian, seolah dia ingin dipeluk oleh putranya ini. Christian yang mendapat perlakuan itu pun langsung memeluk ibunya dengan hangat. Entah karena rindu atau mungkin dia ingin membahas berita yang lagi viral tentang dirinya sekarang. Perasaan Christian tiba-tiba saja terasa aneh dan tidak nyaman. “Tumben banget minta peluk, ada apa?” tanya Christian yang mul
Christian pulang ke rumah ketiban ibunya menelepon. Pria itu bersiul sambil melewati banyak maid yang menundukkan kepalanya. Hanya meliriknya sejenak, langkah kaki Christian berhenti di depan seseorang yang baru saja keluar dari ruangannya.“Mommy mama?” Tanya pria itu dengan santai.“Ada di ruang keluarga Tuan.” Christian mengangguk, dia langsung menuju ruang keluarga dimana ibunya berada. Christian sudah tahu kenapa dia diminta pulang, sedangkan selama ini tidak ada masalah jika Christian mau pulang atau tidak.“Mommy … .” Panggilan itu membuat sang ibu menoleh. Yoora tersenyum kecil sambil merentangkan kedua tangannya kepada Christian, seolah dia ingin dipeluk oleh putranya ini. Christian yang mendapat perlakuan itu pun langsung memeluk ibunya dengan hangat. Entah karena rindu atau mungkin dia ingin membahas berita yang lagi viral tentang dirinya sekarang. Perasaan Christian tiba-tiba saja terasa aneh dan tidak nyaman. “Tumben banget minta peluk, ada apa?” tanya Christian yang mul
Turun dari mobil dengan nafas terengah, Jesslyn mengusap keningnya yang masih banjir keringat. Padahal di dalam juga ada AC tapi entah kenapa hawanya begitu panas menurut dia. Melirik sejenak kbarah Christian yang menarik nafasnya lega, pria itu tersenyum kecil sambil mengedipkan matanya. Sungguh, jika saja ini bukan tempat ramai mungkin Jesslyn adalah orang pertama yang akan mencolok kedua mata Christian sampai buta. “Ayo masuk. Gue mau habisin sisa tenaga gue disini.” ucap Christian dengan bangga. Sumpah demi apapun tolong kutuk pria brengsek itu menjadi dinosaurus yang lucu. Agar Jesslyn bisa mematahkan lehernya hingga tewas dan mengenaskan. Dengan penampilan yang amburadul, Jesslyn masuk ke tempat gym ini yang mulai ramai dengan pria-pria berotot. Mulut Jesslyn mengangga, menatap satu persatu orang di hadapannya yang simpang siur sambil tersenyum manis. Sudah pasti jika Elina ikut hari ini dia akan suka sekali disini. Bahkan Jesslyn bisa ramal jika Elina tidak akan mau pulang ce
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments