Semua Bab Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin: Bab 11 - Bab 20

Elaine menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis. "Nggak apa-apa. Kali ini gagal mendapatkan proyek Galaxy Group, lain kali aku akan berusaha lagi. Selama aku bekerja keras memperbaiki diri, semuanya pasti perlahan akan menjadi lebih baik."Gunther ikut tersenyum. "Betul, memang begitu. Sikapmu sekarang sudah sangat bagus. Dengan mentalitas seperti ini, rintangan apa pun bukan masalah."Elaine mengangguk pelan. Dia baru hendak bicara lagi, tetapi Gunther menambahkan, "Tapi, untuk proyek Galaxy Group kali ini, mungkin kamu belum benar-benar kehilangan kesempatan."Elaine sempat tertegun, lalu bertanya heran, "Kenapa kamu bilang begitu?"Gunther tersenyum bangga. "Seingatku, aku pernah bilang padamu, 'kan? Rektor Fakultas Kedokteran Universitas Herburt, Profesor Wallace, adalah guruku.""Ya, aku tahu soal itu. Profesor Wallace memang otoritas di bidang bedah otak di Kota Herburt. Tapi apa hubungannya dengan proyek Galaxy Group?" tanya Elaine bingung.Gunther menjelaskan, "Beberapa hari

Mata Kimmy berkilat, lalu dia menoleh sebentar pada Bradford. Tanpa ragu dia berkata, "Itu nggak perlu ditanyakan lagi. Mereka saling mengenal, bahkan hubungannya sangat dekat."Keenan hanya menggumam, "Oke, aku sudah tahu harus bagaimana." Setelah itu, telepon pun diputus.Kimmy sendiri tidak tahu kenapa Keenan menanyakan hal itu, tetapi suasana di tempat ini sudah terlalu tegang, sehingga dia juga tidak berani banyak bicara lewat telepon."Kenapa diam saja? Apa yang kukatakan barusan semuanya benar? Kamu merasa bersalah, jadi nggak bisa membantah, 'kan?" Melihat Bradford tetap terdiam, Ferona mencibir dengan dingin.Bradford menarik napas panjang, lalu berkata perlahan, "Ibu, aku nggak merasa bersalah. Bagaimana pun hubungan dan pernikahanku dengan Elaine, aku bisa bilang bahwa aku nggak menyesal sedikit pun.""Omong kosong! Nggak menyesal apa? Kami sudah menangkap basah, masih saja berani bicara begitu! Kenapa aku selama ini nggak tahu kalau kamu pandai sekali berbohong?" Ferona men

"Kalau kamu mau mati, jangan bawa-bawa aku!"Melihat sikap Arden yang lancang ini, Harimau Hitam langsung gemetaran hebat. Dia langsung menepuk belakang kepala Arden dengan keras. Saking kerasnya, pukulan ini membuat Arden terjatuh ke tanah dan kepalanya berkunang-kunang.Tak lama kemudian, Harimau Hitam berlari terburu-buru ke hadapan Robby, lalu berlutut di tanah. Tubuhnya gemetaran dan suaranya bergetar saat memohon, "Tuan Robby, saya benar-benar nggak tahu kalau orang itu adalah adik Anda .... Mohon ampuni saya ...."Anak buah Harimau Hitam pun ikut-ikutan ketakutan. Wajah mereka pucat pasi dan semuanya berlutut di depan Robby, bahkan bersujud penuh hingga tubuh mereka menempel di lantai.Mereka semua tahu, di Kota Herburt dan di tiga provinsi lainnya, ada seseorang yang sangat berkuasa. Orang itu adalah Robby! Jangankan Harimau Hitam, bahkan jika Ketua Organisasi Barmore datang, dia tetap harus hormat di depan Robby.Saat melihat ke arah Robby yang tampak ramah dan penuh welas asi

Pagi itu, Bradford dan Elaine baru saja bangun dari ranjang yang sama. Seperti biasa, mereka masing-masing mencuci muka dan bersiap-siap. Bradford lebih dulu menyiapkan sarapan, lalu Elaine makan sebelum berangkat kerja.Namun ketika malam bertemu kembali, semuanya sudah berbeda.Bradford hanya melirik Elaine sekilas, lalu segera mengalihkan pandangan. Dia melangkah cepat, melewati Elaine begitu saja tanpa berhenti.Berhubung Elaine sudah memutuskan untuk bercerai, Bradford pun tidak akan lagi menahannya. Meski bertemu kembali, tidak ada lagi yang perlu dikatakan."Tunggu." Elaine mengerutkan kening, lalu memanggil Bradford."Karena kamu sudah datang, naiklah sebentar. Tadi aku pulang untuk mencari akta keluarga, tapi nggak menemukannya. Lagi pula, banyak barang di rumah ini yang kamu tata sendiri. Lebih baik kamu jelaskan semuanya sekarang, supaya aku nggak harus sering-sering menelepon dan merepotkanmu nanti."Bradford mengangguk. "Oke."Selama tiga tahun menikah, mereka menjalani po

Bagaimana rasanya kebetulan bertemu dengan artis besar? Bagi Bradford, perasaan itu tak berdaya, geli, sekaligus lucu.Sebab Sherine tampak agak polos, bahkan sedikit kikuk. Baru saja menabraknya saat berjalan, lalu saat berjongkok untuk mengambil barang, kepala mereka malah kembali terbentur. Tidak mudah sekali terjadi kontak fisik sedekat ini dalam waktu singkat.Namun karena sikap Sherine saat meminta maaf begitu tulus, Bradford pun merasa tidak pantas untuk marah. Dia membantu memunguti hadiah-hadiah itu satu per satu dan menumpukkannya kembali ke dalam pelukan Sherine, lalu menasihati, "Jalannya jangan terlalu buru-buru. Kerjakan sesuatu lebih tenang, jangan ceroboh.""Aku memang orangnya begini ... maaf banget ya. Terima kasih atas peringatannya, lain kali aku pasti lebih hati-hati." Sherine tersenyum malu dan mengangguk berkali-kali.Bradford tidak berbicara lagi, dia berbalik menuju Vila A1. Namun saat baru berjalan beberapa langkah, dia merasa aneh. Sebab, rumah itu ternyata m