All Chapters of Penyesalan CEO Cantikku yang Dingin: Chapter 301 - Chapter 310

"Eh?" Melihat Sherine kembali menciumnya, Bradford buru-buru menahan kepala mungilnya. "Kamu kenapa? Bukannya ini latihan dengan angle miring?""Eh? Iya ya? Maaf, tadi aku kebawa suasana, jadi lupa." Kaki Sherine agak lemas. Wajahnya merah padam penuh rasa malu. Dia duduk kembali dan berkata, "Kalau begitu ... kita ulang lagi.""Aku rasa jangan dilanjutkan." Aroma bibir Sherine masih tercium di hidung Bradford. Melihat wajah manisnya, Bradford pun merasakan godaan yang sulit ditahan. Jika latihan ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin mereka akan kebablasan."Jangan begitu dong, ini baru mulai. Adegan ranjangnya saja belum sampai. Tadi itu cuma karena aku terlalu masuk ke emosinya. Yuk, kita ulang sekali lagi. Tolong bantu aku ya ...." Sherine menatap Bradford seperti serigala besar menatap kelinci kecil, membujuknya sedikit demi sedikit."Baiklah. Tapi hati-hati, jangan main serius lagi. Aku 'kan laki-laki, aku jelas nggak akan rugi. Kamu sendiri yang harus hati-hati, jangan sampai

"Kamu benar-benar berniat rujuk dengan Bradford?"Mata Ferona membelalak. Dia duduk tegak, bahkan hampir merangkak ke depan untuk memastikan apakah putrinya kerasukan atau tidak.Kata-kata tentang menunduk dan mengalah itu ... bagaimanapun terdengarnya bukan kalimat yang mungkin keluar dari mulut Elaine."Tentu saja benar. Aku nggak bodoh. Bradford itu sebenarnya sangat baik. Dulu memang aku yang bermasalah. Kami berdua juga punya dasar perasaan yang sangat dalam," Elaine menjawab sambil tersenyum manis.Sejak beberapa hari lalu Bradford menyelamatkannya dari Yansen, lalu bermalam dengannya, semua ganjalan di hati Elaine tentang Bradford langsung hilang total.Dalam kondisi apa pun, saat dia menghadapi masalah, hanya Bradford yang akan menolongnya tanpa peduli konsekuensi.Karena itu beberapa hari ini, Elaine terus mencari dan membaca berbagai informasi di internet tentang bagaimana cara rujuk dengan mantan. Melihat berbagai postingan orang, dia ingin belajar dari pengalaman.Setelah d

"Kieran, dasar kurang ajar. Kamu bikin ribut apa lagi di sana?" Tak jauh dari situ, Sekar menunjuk Kieran dengan ekspresi kesal.Elaine segera menahan kata-kata selanjutnya dengan canggung, lalu menyapa Sekar bersama Bradford.Kieran tadi pergi menjemput Sekar untuk makan di rumah. Di tangannya, dia masih membantu membawa sebuah toples kaca berisi acar buatan Sekar sendiri. Jauhar memang suka sekali makan itu.Sekar berjalan mendekat, menjewer telinga Kieran, menyalahkannya karena tidak peka. Kemudian, dia tersenyum ramah pada Bradford dan Elaine, bertanya, "Kalian berdua sudah baikan?"Dengan sedikit rasa malu, Elaine hendak mengiakan. Namun, Bradford menggeleng dan berkata, "Belum, tadi aku dan Elaine cuma ngobrol sebentar saja. Nenek, biar aku bantu papah Nenek naik."Sambil berkata begitu, dia menuntun Sekar masuk.Senyuman di wajah Elaine pun sedikit menegang."Kak, ayo." Kieran yang polos memanggil Elaine, lalu mengikuti langkah Bradford sambil mengobrol dengan akrab dengannya.E

Ekspresi Salsa sedikit berubah. "Kalau dipikir-pikir, ini juga bukan salah Franklin saja, 'kan? Menurutku, itu masalah yang nggak mungkin terjadi kalau bukan karena kedua pihak sama-sama ada masalah.""Franklin susah payah masuk Dragon Group, membantu pimpinan memperjuangkan lahan proyek kawasan industri. Dia harus tampil bagus. Tapi kamu malah harus bersaing dengan Dragon Group. Bukankah itu sama saja bikin dia malu?""Dia masih muda, jadi panik dan emosi. Mendorongmu itu masih bisa dimaklumi. Kamu sebagai kakak, kok pendendam sekali? Hal sepele begitu masih diingat sampai sekarang? Kamu nggak bisa memahami dia sedikit?"Tadi Salsa masih berbicara dengan ramah, bahkan sedikit memuji. Namun, begitu menyangkut anaknya sendiri, emosinya langsung naik. Dia bahkan balik menyalahkan Elaine dan mulai memarahinya.Elaine pun mengerutkan alis. Di hatinya, dia sudah sejak lama menahan kekesalan pada kedua adik sepupunya, Franklin dan Yolanda. Dua anak itu bisa menjadi seperti sekarang tidak lep

Melihat sikap Jauhar terhadap Bradford, mantan menantu keponakannya, bukan hanya tidak ada sedikit pun sikap dingin, bahkan justru lebih hangat daripada sebelumnya. Semua orang di rumah itu pun merasa agak heran.Salsa tidak menyangka Bradford ada di kamar. Begitu teringat ucapan-ucapannya barusan, menyebut Bradford sebagai sampah, Bradford pasti mendengarnya. Jadi, dia langsung mengejek dengan sinis, "Kak, hari ini acara kumpul keluarga. Kamu bawa orang luar ke sini buat apa?"Sekarang Bradford sudah bercerai dengan Elaine. Dia sama sekali tidak menganggap Bradford sebagai kerabat, terlebih lagi beberapa hari lalu Bradford memukul Franklin cukup parah di lelang amal. Di hati Salsa, kebencian terhadap Bradford sudah meletup-letup.Bradford menatap Salsa dengan dingin. "Siapa yang orang luar di sini?""Siapa yang orang luar?" Jauhar juga hampir bersamaan menoleh pada Salsa dengan dingin, mengulang kata-kata yang sama.Salsa membeku, seolah-olah tenggorokannya tiba-tiba dicekik. Setelah