Bagaimanapun juga, Harlan dianggap sebagai salah satu tokoh besar dan sudah terbiasa berbuat sesuka hati di Kota Herburt. Kecuali beberapa orang tertentu, dia tidak pernah menghargai orang lain.Saat ini, dia takut pada kemampuan Bradford dan merasa bahwa lelaki sejati tak akan mengambil kerugian di depan mata. Karena itu, dia berniat mengakhiri masalah dengan damai.Namun, beberapa tamparan Bradford yang tampak ringan itu justru menginjak harga dirinya, membuatnya merasa dipermalukan."Anak Muda, jangan kelewatan biar ke depannya kita masih bisa berteman. Kamu sudah dengar namaku, berarti kamu juga tahu aku ikut siapa. Nama Tuan Hardara pasti pernah kamu dengar, 'kan?" Dia menggertakkan gigi sambil menatap Bradford dengan tajam.Bradford mengejek, "Kebetulan banget, aku juga kenal dengan Robby. Mau telepon dia nggak?"Mata Harlan menyipit, wajahnya tegang. "Malam-malam begini, Tuan Hardara sudah istirahat.""Kalau kamu nggak mau telepon, aku yang telepon." Bradford mengeluarkan ponsel
Read more