All Chapters of Skandal Terlarang: Penghangat Ranjang Suami Tante : Chapter 11 - Chapter 20

“Aduh!” Fiore terbangun dengan seluruh tubuh yang terasa sakit. Entah bagaimana ia bisa menutup mata semalam. Fiore berhasil melewati hari di dalam ruang sempit penuh debu itu. “Aku lemas,” lirih Fiore pelan. Ia begitu lapar. Sudah semalaman perutnya kosong. Fiore perlu mengisinya. “Masih belum ada balasan!” Fiore mengecek handphone dan benda pipih itu tidak membuat notifikasi apapun. Pesannya, jelas diabaikan oleh Ethan. “Aku harus keluar dari sini.” Fiore memutuskan untuk mengandalkan kekuatannya sendiri.Ia terhuyung saat mencoba untuk berdiri. Butuh waktu sampai akhirnya Fiore bisa berdiri tegak. Ia berjalan ke arah pintu, dan mencoba menggerakkan handle. “Masih dikunci,” ujar Fiore seraya berdecak keras. Fiore melihat ke sekeliling ruangan, mencari apapun yang bisa membuka pintu itu. “Enggak ada apapun!”Hasilnya nol. Hampir tak ada barang yang berguna.“Buka!” Fiore akhirnya menggunakan cara lama. Ia menggedor pintu menggunakan tangannya, lalu kakinya. Fiore membuat ker

“Lepaskan!” Reina kehabisan napas karena Fiore mencekiknya.Wajah Reina berubah pucat, dan pukulannya melemah. Fiore belum ingin menghilangkan nyawa Reina, jadi ia melonggarkan cengkeramannya. Namun, kebaikan hatinya itu disambut oleh teriakan. Reina melolong memanggil Yeni dan Rudi. “Ayah!” Fiore tertangkap basah saat sedang menyudutkan Reina. Rudi menatapnya penuh kemarahan. Buk.Fiore terhuyung ke belakang. Rahangnya ngilu. Pipinya terasa panas seperti terbakar. Telinganya berdengung nyaring, dan pandangannya buram sesaat. Fiore mengerjap beberapa kali sebelum menyadari apa yang terjadi. Rudi … memukulnya. “Ayah,” panggil Fiore dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Rudi bergeming sesaat. Di sampingnya, ada Yeni yang sedang memeluk Reina yang menangis. “Ayah memukulku?” Fiore menatap Rudi dengan pandangan tak percaya.Rudi mengepalkan tangannya erat. “Kau mencekik Reina!” teri

“Akhirnya aku kembali ke tempat ini.”Fiore menatap bangunan megah di depannya. Harmonia Royal University memang tidak pernah terlihat sederhana. Sebagai universitas musik terbaik dalam negeri, Harmonia Royal University tidak memiliki cela. Terbentang di atas tanah seluas 100 hektar, Harmonia Royal University lebih mirip istana seni daripada kampus. Gedung-gedung di Harmonia dibangun dengan gaya arsitektur Eropa klasik dengan sentuhan modern. Dikelilingi pepohonan rimbun dan taman yang tertata seperti lukisan, Harmonia menunjukkan kemewahannya. Fiore menarik napas dalam sebelum melangkah di atas jalan setapak berbatu, menuju gedung fakultasnya. “Aku sudah berusaha keras untuk bisa sampai di sini. Harusnya aku enggak kembali dengan tangan kosong.” Fiore sudah berjalan jauh dari kediaman keluarga Wijaya. Ia menjual handphone miliknya yang sudah remuk untuk mendapat uang tak seberapa.Uang itu Fiore gunakan untuk menaiki transportasi umum setelah bertanya kepada banyak pejalan kaki y

“Kamu mau tambah lagi?” Emily membawa lebih banyak makanan. Jujur, Fiore malu. Tapi rasa malunya kalah dengan rasa lapar. Sudah lama sekali ia tidak bisa makan dengan baik. Makanan sisa, atau makanan atas nama belas kasihan yang sering Fiore dapatkan. “Maaf, aku agak lapar.” Fiore tersenyum canggung. Emily menepuk lengan Fiore pelan. “Enggak apa-apa. Nanti aku pesan lagi kalau kurang. Aku pun masih mau pesan dessert.” “Aku juga mau!” Fiore ikut bersemangat. Ia menghabiskan makanannya cepat, lalu menunggu makanan penutup yang dipesan Emily secara online. Mereka makan bersama sambil menonton film. Fiore merasa lengket setelahnya. Ia mungkin perlu membersihkan diri. “Aku mau mandi. Apa boleh pinjam bajumu?”Fiore tak enak hati membuat permintaan lagi setelah makan sebanyak itu. Hanya saja, untuk terus memakai pakaian lusuh begini, ia merasa tak nyaman. Apartemen Emily, entah kenapa lebih mewah daripada yang ia kira. Penampilan Fiore benar-benar tidak cocok di sini. Ia perlu memper

“Malam begini?” Pada penjaga mengerutkan kening. Fiore melangkah mundur. Ia bersembunyi di belakang Ethan saat penjaga itu menatap tajam padanya. “Iya. Aku memintanya membantuku mencari istriku, yang ternyata ada di sini,” sahut Ethan.Penjaga itu menatap lama, seolah sedang menebak kebohongan yang diucapkan. Sadar dengan keadaan yang mungkin berubah merepotkan, Ethan mulai bertindak.“Kenapa kamu begitu ingin tau?” sinis Ethan kemudian. “Itu bukan urusanmu.”Ethan meraih tangan Fiore dan menariknya pergi. Mereka naik ke dalam mobil dan Ethan gegas berkendara keluar. Saat itu, Fiore tidak mengajukan protes sama sekali karena Ethan sudah membantunya. Ia duduk diam tepat di samping Ethan yang ada di kursi kemudi. “Makasih, Om. Turunin aja aku di sini,” ujar Fiore sambil menunjuk sisi jalan. Baru saja mereka melewati minimarket tempat Fiore menunggu sebelum ini. Fiore ingin turun di sana saja. Ia akan kembali