Skandal Terlarang: Penghangat Ranjang Suami Tante

Skandal Terlarang: Penghangat Ranjang Suami Tante

last updateLast Updated : 2025-09-10
By:  DewilunaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
19views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Queen Fiore Wijaya mengalami kecelakaan yang membuatnya kehilangan gelar sebagai violinist muda terbaik. Seolah belum cukup, keluarga Wijaya ikut membuangnya. Fiore ternyata bukan anak kandung pasangan Wijaya. Posisinya sudah digantikan oleh Reina. Fiore yang tidak memiliki apa pun, mencoba bertahan. Ia melihat satu kesempatan pada Ethan, suami tantenya sendiri. “Oom tega liat aku tidur di jalanan?” Fiore mengambil alih ranjang Ethan.

View More

Chapter 1

Bab 1. Kecelakaan Sang Jenius

“Kamu mengalami pergeseran bahu, juga cedera pergelangan tangan yang parah. Pergerakan akan terbatas dan–”

“Tunggu, Dokter.” Fiore menyela.

Fiore tidak bisa mencerna semuanya sekaligus. Baru saja, ia terbangun di atas ranjang rumah sakit.

“Apa maksudnya … aku enggak akan bisa main biola lagi?” Tenggorokan Fiore tercekat.

Biola adalah dunianya. Satu hal yang paling Fiore banggakan. Ia adalah violinist pendatang baru terbaik.

Bahkan, kalau bukan karena kecelakaan yang menimpanya, ia sedang memainkan biola di Rising Strings Gala, konser paling besar di Negara Indravia!

“Tolong jawab, Dokter! Setelah sembuh, aku masih bisa bermain biola, kan?!” Fiore berteriak pilu.

Suaranya menyayat hati. Air mata sudah menumpuk di sudut matanya. Sejak kecil, ia sudah menggantungkan cita-cita pada biola. Tidak bisa seperti ini.

Dokter menarik napas berat. Bibirnya bergerak mengucapkan jawaban. “Setelah melakukan pengobatan, kami bisa melihat perkembangannya, mungkin–”

“Mungkin?!” Air mata mengalir di pipi Fiore yang penuh luka. Perih tidak cukup membuat Fiore berhenti menangis. Ia telah kehilangan biolanya.

Dokter di depannya menunduk dalam. “Maaf, kami akan terus pantau perkembangannya.”

Fiore hanya bisa meratapi punggung dokter yang perlahan menjauh. Salah satu perawat menyempatkan diri untuk menepuk lengannya, menghibur, sebelum ikut keluar ruangan. Namun, Fiore tidak merasa lebih baik.

“Permainan biolamu yang terbaik di Harmonia Royal University!”

“Kamu adalah jenius yang baru muncul setelah 20 tahun!”

Sorak sorai selalu menggema setiap kali Fiore memainkan biola. Pujian mengalir bagaikan air bah untuknya. Di umur yang masih 21 tahun, Fiore sudah berkeliling ke berbagai negara untuk mengikuti konser. Ia adalah bintang yang harusnya terus bersinar.

“Aku tidak bisa … tidak bisa lagi.…”

Ucapannya terpotong oleh isak yang menekan dada. Tubuhnya menggigil dalam pelukan kesedihan yang tak terbendung.

Malam itu, Fiore tersedu tanpa henti. Ia tidak tahu berapa banyak waktu yang berlalu sampai dokter membangunkannya untuk pemeriksaan keesokan hari.

Seluruh badannya sakit. Wajahnya kuyu. Matanya sembab dan rambutnya berantakan. Fiore sehancur itu.

“Selamat pagi.”

Suara dokter terdengar mengambang di telinganya. Fiore tidak menjawab. Ia hanya membiarkan tangan dingin dokter memeriksa lengannya yang dibalut perban, sementara matanya menatap kosong ke langit-langit kamar. Bau disinfektan menusuk hidungnya, mengingatkannya bahwa ini bukan mimpi buruk, tapi kenyataan.

“Usahakan untuk tidak terlalu banyak bergerak.” Dokter memperbaiki letak shoulder immobilizer yang dipakai oleh Fiore.

Fiore tak merespon. Ia hanya menatap sang dokter dengan pandangan kosong.

“Kami berharap keadaanmu cepat membaik,” ucap dokter sebelum akhirnya berlalu.

Fiore masih tertegun, tubuhnya lemas tak berdaya. Bahunya berdenyut-denyut nyeri, dan shoulder immobilizer yang membebat dadanya terasa seperti sangkar yang mengungkung. Ia belum bisa menerima kenyataan. Tangan yang dulu lincah menari di atas senar biola, kini bahkan tak bisa menggenggam.

“Apalagi yang aku miliki?” Fiore masih tenggelam dalam kesedihan saat pintu ruang rawat terbuka.

Beberapa perawat melangkah masuk, membawa pasien baru. Saat itu, Fiore baru menyadari jika ada ranjang kosong di sampingnya.

Fiore menghapus air matanya cepat. Ia merasa tidak nyaman dengan kehadiran pasien baru itu.

“Suster!” Fiore memanggil salah satu perawat. “Kenapa orang ini masuk ke kamar saya?”

Perawat itu terkejut sejenak, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Fiore dengan sebuah senyum. “Ini kamar kelas dua, memang diisi lebih dari satu pasien.”

Fiore tersentak kaget. Ia tidak tahu kalau ruang rawat yang ia tempati bukan ruang VIP.

“Kenapa aku di sini? Enggak mungkin Ayah sama Ibu biarin aku sekamar sama orang lain. Mereka pasti….”

Kalimat Fiore tidak selesai. Suaranya berubah mencicit, perlahan tenggelam dalam gumaman.

“Ayah sama ibu ke mana?” Fiore baru menyadarinya.

Sejak kemarin, ia terlalu fokus pada biola. Hilangnya kemampuan Fiore untuk bermain alat musik kebanggannya itu membuat Fiore terpuruk. Ia sampai tidak memperhatikan hal lain, termasuk orang-orang di sampingnya.

“Mereka belum tau aku di sini?” Fiore berucap bingung.

Apa kabar kecelakaannya belum terdengar? Atau Ayah dan Ibunya sudah datang saat ia belum sadar?

“Nak! Untung kamu selamat!” Suara tangis dari seorang wanita sampai ke telinga Fiore.

Fiore menoleh. Ia melihat sosok ibu dari pasien yang dirawat di sampingnya. Sebersit rasa iri menyayat hatinya. Ibu itu menangis bersyukur melihat anaknya selamat, lalu dia? Siapa yang menangis dan bersyukur untuknya?

Saat itu juga, Fiore termenung. Apa benar ayah dan ibunya tidak tahu ia ada di sini? Apa mereka tidak mencarinya?

Fiore menggeleng keras. Mustahil.

“Aku putri keluarga Wijaya satu-satunya. Tidak mungkin Ayah dan Ibu tidak peduli padaku!” Fiore berucap lantang.

Selama ini, ia adalah anak kesayangan. Fiore tumbuh dengan limpahan cinta. Queen Fiore Wijaya, adalah simbol bahwa dirinya seorang ratu dalam keluarga Wijaya.

Ayahnya, Rudi Wijaya, yang memberikan nama itu. Ibunya, Yeni Wijaya, bahkan tidak keberatan memberikan posisi tertinggi pada Fiore. Lantas, kenapa? Kenapa sekarang Fiore sendirian?

"Aku harus menghubungi Ayah dan Ibu," gumam Fiore dengan suara serak.

Dengan sisa tenaga, ia mencoba mendorong tubuhnya yang berat dan sakit untuk bangkit. Tangannya meraba-raba mencari tombol panggil perawat.

Orang tuanya pasti belum tahu ia di sini. Mereka pasti sedang mencari dirinya. Harusnya begitu, kan?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status