บททั้งหมดของ Gairah Terlarang Sepupuku: บทที่ 41 - บทที่ 50

Sejak tadi Sky bermalas-malasan di kamarnya. Seharian ini ponselnya sunyi. Tidak ada chat atau telepon dari Jagad. Yang masuk berkali-kali hanyalah notifikasi e-commerce, iklan makanan, dan pesan dari grup kantor yang sama sekali tidak menarik perhatiannya.Ia menatap layar ponselnya yang gelap, lalu mengembuskan napas berat.“Lupa sama aku ya?” gumamnya lirih.Biasanya, bahkan di sela-sela kesibukan, Jagad selalu sempat mengirim satu pesan singkat, sekadar mengatakan 'Jangan tidur terlalu malam' atau 'Udah makan belum?'. Tapi hari ini tidak ada satu pun kabar darinya.Sampai sore berganti dengan malam, ponselnya tetap diam.Sky memeluk bantal, mencoba menepis rasa gelisah yang semakin menebal di dadanya. Tapi semakin ia menunggu, semakin kuat perasaan tidak tenang itu.Baru saja ia berniat menutup mata, suara notifikasi terdengar. Refleks, Sky meraih ponselnya dengan cepat, berharap nama Jagad yang muncul di layar.Tapi bukan. Nama yang muncul justru Leo.[Aku di depan rumah kamu.

Sky memandangi wajahnya di cermin toilet. Matanya terlihat merah. Bukan. Itu bukan karena Sky menahan tangis, melainkan karena menahan sesuatu yang seharusnya tidak ia rasakan malam ini.Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memejamkan mata sejenak. Bayangan Jagad di bar tadi masih menari di benaknya, bersama tawa Belinda, bersama semua kata Leo yang terus terngiang di telinga.'Buaya juga si Jagad. Sana-sini diembat."Sky membuka matanya lagi. Ia tersenyum miring pada bayangan dirinya di cermin. 'Kenapa aku harus marah?' bisiknya di dalam hati. 'Dia bahkan bukan siapa-siapa.'Kebohongan itu terasa begitu kental di lidahnya, hingga hampir membuatnya tertawa.Tangannya agak menggigil saat mencoba memperbaiki rambut. Ia ingin terlihat tenang ketika kembali ke meja walau bagian di dalam dirinya sedang berantakan.'Mas Jagad bukan buaya,' batinnya menegaskan. 'Aku tahu siapa dia.'Pintu toilet tiba-tiba terbuka. Dua perempuan masuk sambil tertawa kecil. Salah satunya sempat melirik Sky sebel

Sky dan Jagad saling melepas dengan cepat. Wajah Sky pucat. Jantungnya berdegup semakin liar tak terkendali. Sedikit pun tidak pernah ada dalam pikiran Sky kalau mamanya belum tidur.Lalu untuk apa wanita itu memanggilnya tengah malam begini?"Sky? Mama mau bicara sebentar!" Suara Ayana terdengar lagi bersama ketukan yang berulang di pintu."Mas, cepat sembunyi," bisik Sky ketakutan. Keringat dingin menyembul di pelipisnya."Tenang, Sky, jangan panik," balas lelaki itu lalu bergerak cepat, bersembunyi di bawah tempat tidur Sky yang tinggi.Sementara itu Sky merapikan bajunya yang kusut sebelum melangkah untuk membukakan pintu."Ada apa, Ma? Kenapa bangunin aku tengah malam begini?" tanya Sky sambil berusaha tetap terlihat wajar di depan Ayana."Kamu udah tidur tadi?" Wanita itu balas bertanya."Udah." Sky pura-pura menguap lalu membekap mulut dengan telapak tangan, sebagai tanda bahwa dirinya sangat mengantuk."Nanti bisa kamu lanjutin lagi tidurnya. Ada yang penting mau Mama liatin

"Ya, Mas, Di situ. Lebih dalam lagi, Mas. Jangan dilepas. Ouuh ...." Sky melenguh manja meningkahi sesapan Jagad di antara kedua pahanya.Lelaki itu terus mencumbunya di bawah sana yang membuat Sky tidak tahan. Desahan, lenguhan, serta erangan terus berlontaran keluar dari bibirnya.Saat mereka sedang menyatukan tubuh, pintu tiba-tiba didobrak dari luar. Ayana berdiri di sana. Wanita itu terkejut bukan main melihat Sky dan Jagad sedang bergumul di tempat tidur. Sepasang mata besarnya terbelalak. Mulutnya ternganga lebar. Tidak percaya pada apa yang disaksikannya."Skyyy!!! Jagad!!! Apa yang kalian lakukan?!!!" Suara menggelegar itu membuat Sky kaget. Wajahnya pucat pasi. Napasnya sesak. Dadanya naik turun. Dahinya basah sudah oleh keringat.Sky terduduk dengan cepat sambil mengatur irama napasnya yang memburu. Perlahan matanya menangkap suasana kamar. Pintu masih tertutup dengan rapat. Tidak ada mamanya di di sana. Dan juga tidak ada Jagad di sebelahnya."Astaga, ternyata cuma mimpi.

Ingin sekali rasanya Jagad membawa Sky ke pelukannya dan menenangkan kekasihnya itu. Ia tidak tahan untuk mengatakan bahwa meskipun hubungan mereka tidak mungkin, perasaannya tidak akan pernah berubah. Dan ia akan selalu ada meskipun dari jauh."Sky, aku--""Gimana, Sky?" Tiba-tiba saja Ayana datang, membuat Jagad gagal meneruskan perkataannya. "Lho, Leo mana?" herannya karena tidak menemukan calon menantunya di sana."Leo di depan, Tante, lagi ngeliat gaun lain sama Lyra." Jagad yang menjawab."Aduh, gimana sih? Sky, kan, di sini, kenapa malah lihat-lihat yang lain?""Biar aku panggil Leo, Tante," kata Jagad berinisiatif."Aku nggak mau nikah, Ma, aku mau lanjutin kuliah S2."Celetukan Sky yang tiba-tiba spontan membuat Jagad mengurungkan niatnya. Sedangkan Ayana juga terkejut oleh ucapan putrinya yang begitu mendadak."Kamu ini kenapa nggak ada angin nggak ada hujan malah ngomong yang aneh-aneh!" omel wanita pemaksa itu jengkel."Nggak ada yang aneh dengan keinginanku, Ma. Aku masi