บททั้งหมดของ Gairah Terlarang Sepupuku: บทที่ 21 - บทที่ 30

Sky sudah kembali duduk di sebelah Jagad. Begitu pun dengan lelaki itu. Mereka meninggalkan rumah Sky dan meluncur di jalan raya."Kira-kira Oma ada kejutan apa ya, Mas?" Sky bertanya penasaran.Pria di sebelahnya mengangkat bahu. Ia juga tidak tahu. Tadi tidak bertanya banyak pada mamanya lantaran wanita itu keburu mengomel."Masa cuma kamu sendiri dikasih kejutan? Apa kira-kira kamu bakal naik jabatan ya?" Sky terus menduga-duga.Meskipun Oma Asoka tidak terlibat secara langsung di perusahaan, tapi wanita itu memiliki pengaruh yang sangat kuat. Ia bisa menaikkan atau melengserkan siapa pun yang diinginkannya.Jagad melirik kekasihnya sekilas. “Naik jabatan? Itu bukan Oma yang nentuin. Semua ada prosedurnya.”“Tapi Oma bisa ngomong apa aja sama Om Dewangga. Kalo Oma bilang iya, masa Om Dewangga nolak?” Sky menimpali dengan cepat.Dewangga adalah pemimpin tertinggi Astana Trading.Jagad terdiam. Ia tahu betul, meskipun Oma Asoka tidak tercatat di struktur resmi Astana Trading, satu

Sangat lama Sky di toilet. Ketika ia kembali ke depan, satu per satu keluarganya berangsur pergi meninggalkan rumah besar Oma Asoka.Riuh percakapan yang tadi memenuhi ruangan kini berganti dengan suara langkah kaki, salam perpisahan, dan pelukan singkat di depan pintu.Sky mengambil napas dalam-dalam, berusaha mengembalikan dirinya yang sempat rapuh di balik pintu toilet. Wajahnya tampak kembali sempurna. Makeup-nya masih awet di mukanya, begitu pun dengan bibirnya yang ia hiasi dengan senyum tipis. Tidak ada yang tahu ia hampir runtuh barusan.Tante Winny melambaikan tangan padanya. “Sky, Tante pulang dulu ya. Kapan-kapan kita ketemu lagi.”Sky membalas dengan anggukan dan senyum kecil. “Iya, Tante. Hati-hati di jalan.”Oma Asoka masih duduk di kursi panjang dengan penuh wibawa, mengawasi setiap tamu yang berpamitan. Sesekali beliau mengusap tangan Belinda sambil mengenalkan siapa-siapa yang baru saja pergi. Jagad ada di sana dengan ekspresi tenang. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia me

Jagad terbangun bukan oleh alarm, melainkan karena panggilan telepon dari Oma Asoka.Masih setengah terlelap, ia menggaruk kepalanya, menatap layar ponsel yang menampilkan nama ‘Oma’. Jantungnya berdetak lebih cepat. Jarang-jarang Oma Asoka meneleponnya pagi buta begini.“Halo, Oma," sapanya dengan suara khas bangun tidur dan setengah menguap."Sudah bangun kamu, Gad?""Sudah, Oma. Tumben Oma telepon pagi-pagi?" Jagad mengungkapkan keheranannya."Oma cuma mau mengingatkan kamu, jangan lupa jemput Belinda terus ke kantor sama kamu," titah wanita berkuasa itu memberi instruksi."Kenapa nggak suruh supir aja, Oma?""Kalau ada kamu kenapa harus menyuruh supir? Lagipula ini kesempatan bagus bagi kalian berdua untuk mengenal lebih dekat."'Shiiiit!!!' Jagad memaki sekeras-kerasnya. Makian yang hanya mampu ia lontarkan di dalam hati. Mana berani dia marah terang-terangan pada wanita itu."Kamu juga harus temani Belinda ke mana-mana. Diamasih baru di Jakarta. Oma nggak mau dia nyasar." Sang

Sky mengaduk-aduk overnight oats di mangkuknya dengan malas. Sendoknya lebih sering berputar daripada benar-benar menyuap makanan itu ke mulut. Wajahnya murung, sorot matanya gundah, dan sesekali bibirnya mengembuskan napas panjang. Kalau bukan karena perutnya yang sudah keroncongan sejak bangun tidur, Sky tidak akan memaksa dirinya duduk di meja makan pagi ini.Ayana, yang duduk di seberang sambil menikmati teh hangatnya, diam-diam mengamati putrinya. Gerak-gerik Sky jelas berbeda. Ia tampak gelisah tapi menahan diri untuk tidak bicara.“Sky,” panggil Ayana akhirnya. “Kenapa sarapan cuma diaduk-aduk begitu? Rasanya nggak enak?”Sky mendongak sebentar, lalu buru-buru mengalihkan pandangannya. “Enak, Ma. Aku lagi nggak selera aja.”“Hmm….” Ayana menaruh cangkir tehnya di meja. “Tapi wajah kamu itu lho, penuh mendung. Mama bisa lihat ada yang lagi bikin kamu kepikiran. Ada masalah di kantor?”Sky menggeleng, cepat sekali. “Nggak, Ma.”“Kalau sama Leo?” Ayana bertanya menyelidik.Sky men

'Pasti dia mau minta make out,' pikir Sky setelah membaca chat tersebut. Gadis berpayudara ranum itu mendengkus. Tanpa membalas chat dari Jagad, Sky melanjutkan langkah ke ruangannya dan mencoba membangun konsentrasi untuk bekerja. Sementara itu di ruangannya, Jagad terus menunggu Sky, tapi kekasihnya itu tidak kunjung muncul hingga Jagad mengirim pesan lagi dan lagi. [Aku udah di ruangan.] [Aku tunggu sekarang.] [Ayolah, Sky. Aku cuma minta waktu sebentar.] [Aku ngerti kamu marah, tapi tolong nggak usah diperpanjang. Ini bukan yang pertama aku dijodoh-jodohkan, tapi selama ini nggak ada yang jadi, kan?] [Please, Sayang, jangan begini. Jangan bikin aku nggak konsent kerja. Nanti aku bisa salah-salah.] Tidak satu pun dari chat Jagad tersebut yang dibaca Sky, membuat Jagad mengerang frustrasi. Ingin menyusul ke ruangan Sky dan memaksanya bicara di sana tapi situasinya tidak memungkinkan karena Asha sering bolak-balik ruangan tersebut. * "Permisi, sudah bisa memesan, Mbak?"