Tatapan Tritan tak pernah lepas dariku.Dia memperhatikanku bergerak lincah di laboratorium perkemahan, membahas rencana penelitian bersama tim, mencatat data dengan penuh fokus.Setiap kali mataku bertemu dengan matanya, aku bisa membaca perjuangan batin dan rasa sakit di balik sorot matanya.Kini dia mulai menyadari, aku sudah bukan lagi istri yang pasif dalam dunianya. Aku seorang peneliti mandiri, berbakat, dan penuh semangat.Seorang wanita yang selama ini belum pernah benar-benar dia pahami.Kesadaran itu, bagi Tritan, mungkin lebih menyakitkan daripada luka fisik mana pun.Dunia lamanya, benteng yang dibangun dari kekuasaan dan keinginan mengontrol, perlahan runtuh.Dia mencoba menggunakan logika lama untuk memahami semuanya, tapi sadar, logika itu tak lagi berguna.Dia tak bisa membeli maafku dengan uang, juga tak bisa memaksaku tetap tinggal dengan kekuasaannya.Di perkemahan ini, dia hanyalah seorang asing sepenuhnya.Tritan menutup matanya, perihnya merambat ke seluruh hati.
Magbasa pa