Tritan mencengkeram bahu gadis itu, suaranya rendah tapi tergesa-gesa.“Dia di mana? Isabel… sekarang ada di mana?!”Gadis itu terkejut, beberapa detik terdiam sebelum akhirnya menjawab terbata-bata.“Dia… dia minggu lalu pergi ke Norevia, ikut program pertukaran penelitian.”Norevia?Mendengar kata itu, dada Tritan terasa sesak.Dia teringat perkataannya dulu, saat menertawakanku ketika melihat formulir permohonan untuk ikut pertukaran itu.“Norevia? Di sana cuacanya begitu dingin, iklimnya buruk… kamu pasti nggak akan betah.”Saat itu, aku hanya menundukkan kepala, diam tak bersuara.Kini, kenangan itu menusuknya, semua harapanku yang dulu tampak konyol di matanya, kini benar-benar nyata.Tritan merasa dadanya sesak luar biasa. Perlahan, dengan napas berat, dia melepaskan genggaman dari bahu gadis itu dan mundur beberapa langkah, tergopoh-gopoh.“Kamu… baik-baik saja?” tanya gadis itu cemas.Tritan tak menjawab. Dia hanya menarik napas panjang, dalam, dan berat, lalu berbalik melangk
続きを読む