All Chapters of Jatuh Cinta Pada Kakak Tiri: Chapter 41 - Chapter 50

Alisya tetap diam di apartemen Andra, bahkan sampai malam pun dia masih di sana. Mereka sudah cukup puas bermesraan sejak pagi sampai menjelang malam. Karena sekarang, Axel datang ke apartemen Andra dengan tujuan menengok keduanya. Dia juga ada niatan membawa Alisya pergi, karena dia tak akan mengizinkan mereka tinggal bersama walau hanya satu malam saja. "Kak Axel belum makan malam kan? Bagaimana kalau kita makan malam bersama?" Alisya mengajukan sebuah ide. "Siapa yang masak?" tanya Axel dengan sebelah alis terangkat. Dia tahu betul kalau Alisya itu tak pandai memasak. "Beli saja lewat online. Kak Axel kan punya banyak uang," jawab Alisya dengan wajah sengaja dibuat imut untuk merayu Axel. "Dasar. Makanya belajar masak," cibir Axel. Dia pun mengambil ponselnya dari saku celana dan menyerahkannya pada Alisya. Membiarkan Alisya memesan makanan untuk mereka semua. Alisya mengabaikan cibiran Axel dan dengan semangat memesan beberapa makanan lewat ponsel Axel, yang artinya tagihannya

Alisya dan Aina duduk bersebelahan di kelas. Aina sengaja mendekatkan diri pada Alisya, ingin mendengar cerita dari gadis itu. Dia juga penasaran siapa sosok pria yang mengantar Alisya tadi. Karena Aina tahu, itu bukan Andra. "Jadi, ada cerita apa di balik hari liburmu kemarin?" tanya Aina. Matanya menatap lekat pada Alisya yang mengeluarkan ponsel. "Ceritanya panjang dan banyak, Na. Yang jelas sekarang hubunganku dengan Kak Andra membaik. Perjodohan Kak Andra sudah dibatalkan," jawab Alisya dengan senyuman lebar di wajahnya. Dia membuka ponselnya dan mengirim pesan pada Andra, memberitahu pria itu kalau dia sudah sampai ke kelas dengan selamat tanpa ada masalah. "Ayahmu tahu kamu pacaran dengan kakak tirimu sendiri?" tanya Aina tak percaya. Dan Alisya mengangguk, membuat Aina geleng-geleng kepala. "Semuanya jadi tak terkendali, Na. Hingga akhirnya semua rahasia dibongkar dengan sengaja. Kamu tahu? Keluarga ayahku tak sebaik yang aku kira selama ini. Banyak masalah di antara anak

Hendra dan Sarah kini berada di rumah mereka. Ada tamu spesial hari ini, yaitu David dan Diana. Tentu berkumpulnya mereka sekarang untuk membahas hubungan Andra dan Alisya. Sejak datang, Diana sudah memasang wajah yang kurang ramah. Dia masih tak percaya dengan kabar yang disampaikan oleh Axel. Sementara Sarah hanya bisa menunduk saja. Dia merasa malu dan merasa bersalah secara bersamaan. "Kenapa harus menikah? Mereka baru bertemu beberapa minggu, belum lama." Diana langsung melayangkan protes. Dia tak setuju dengan rencana Hendra yang akan langsung menikahkan Andra dengan Alisya. Walau Axel sudah menjelaskan semua alasannya, Diana masih keberatan. "Alisya tak mau tinggal di rumah ini lagi. Dan aku terlalu khawatir membiarkannya tinggal sendirian. Jadi kupikir, menikahkan mereka adalah jalan terbaik. Mereka saling mencintai, dan Alisya bisa aman dalam penjagaan Andra." Hendra berusaha memberikan penjelasan. Diana menghembuskan nafas kasar mendengar itu. Dia jadi teringat dengan semu

Alisya berangkat ke kampus bersama dengan Aina. Mereka naik taksi, dan saat keluar mereka terus mengobrol. Wajah mereka terlihat ceria dan semringah karena sebelum berangkat mereka mendapatkan banyak ucapan terima kasih dari tetangga kos Aina atas makanan yang mereka bagikan semalam. "Aku baru tahu loh ya kalau mendapatkan ucapan terima kasih yang tulus dari orang-orang ternyata bisa membuat bahagia juga. Rasanya, aku seperti jadi manusia yang berguna gitu," ucap Alisya semangat. Aina tertawa mendengar itu. "Sebenarnya, kebaikanmu semalam berada di tempat yang tepat. Maksudku, tetangga kosanku semuanya baik-baik jadi pemberian sekecil apapun mereka terima dengan baik. Sulit loh mendapatkan tetangga dan ibu kos yang baik," balas Aina. Mereka hampir dekat dengan gerbang, dan Aina langsung berhenti melangkah. "Sya, itu-" Aina tak melanjutkan perkataannya karena Alisya langsung melihat ke arah yang dimaksud Aina. Alisya memicingkan mata dan memutar bola matanya bosan. Benar sekali, i

Alisya menikmati malam di apartemen barunya sekarang. Dia belum selesai membereskan semua barangnya, dan lebih dulu membuat teh untuk seseorang yang bertamu ke tempat tinggalnya sekarang. Alisya sebenarnya sudah berkata tak ingin lagi bertemu dengannya, namun Alisya mengajak orang itu untuk masuk dan mampir. Hanya untuk mempertegas saja kalau sekarang mereka harus saling menjauh dan jangan lagi berkomunikasi. Kecuali jika ada sesuatu yang penting.Alisya membawa dua buah cangkir di atas nampan ke ruang tamu. Ruang tamunya hanya terisi sofa dan lemari hias saja. Sedangkan lemari hiasnya masih kosong, belum Alisya isi apa-apa."Minumlah. Maaf aku hanya bisa menyediakan ini. Aku belum membeli makanan apapun," ucap Alisya. Dia berusaha bersikap senormal mungkin walau sudut hatinya merasakan perih dan sakit."Terima kasih. Aku senang kamu mau menerima kunjunganku." Andra berkata. Ya, dia datang ke apartemen yang akan ditempati Alisya mulai hari ini. Dia datang sendirian, di saat Rama dan A