Semua Bab Jatuh Cinta Pada Kakak Tiri: Bab 21 - Bab 30

Alisya berdiri di dekat rak buku, melihat-lihat isinya. Mungkin saja ada buku menarik yang bisa dia baca untuk membunuh rasa bosannya. Namun setelah menyisir setiap sudut rak tersebut, Alisya tak menemukan apapun. Hanya buku-buku tebal tentang bisnis yang dari sampul saja terlihat membosankan.Setelah melihat-lihat buku, Alisya pun memilih duduk di sofa panjang. Mengeluarkan ponsel dan berselancar di dunia maya. Jarinya terus bergerak melihat postingan teman-temannya. Dan kebanyakan dari mereka memposting tentang kuliahnya. Mereka juga terlihat senang dengan teman-teman baru mereka.Tak ada yang aneh ataupun istimewa. Berselancar di dunia maya pun ternyata tidak membunuh rasa bosannya. Alisya mulai sebal. Kira-kira apa yang harus dia lakukan?Tak sengaja, mata Alisya melirik Andra yang duduk di kursi kerja. Alisya melihat Andra dengan senyum yang terukir di bibirnya. Oke, kesan pertama sosok Andra bagi dirinya memang menyebalkan. Alisya bahkan sampai sempat enggan bertemu pria itu. Ta

Alisya mengajak Andra untuk jalan-jalan sebelum matahari terbenam. Karena itu, Andra pun berusaha menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin. Walau ya, tidak selesai semua, saat jam kerja selesai Andra tetap pulang. Alisya mengajak Andra untuk ke mall, cari makanan untuk ngemil sekaligus melihat-lihat saja. Jika ada barang yang disukai, maka Alisya akan membelinya. Tentu saja Andra yang membayar semuanya. "Siapa yang akan curiga jika melihat kita jalan berdua seperti ini?" Alisya bertanya. Mereka berjalan menyusuri toko demi toko, mencari tempat makan yang menurut Alisya cocok. "Menurutmu?" Andra bukannya menjawab, malah balik bertanya. Namun, Alisya juga tahu jawabannya. "Kak Radit kan? Kalau Alvina, sepertinya akan merasa iri saja. Kalau ayah dan ibu malah senang kita bisa akrab seperti ini." Alisya berkata dengan senyuman. Tangannya setia menggandeng lengan Andra, membuat mereka terlihat layaknya pasangan yang mesra dan serasi. "Ya, karena ayah menganggap aku sebagai orang ya

Hubungan Vina dengan dosennya memang rumit, tapi Vina bisa cerita pada Alisya. Dan hubungan Alisya pun jauh lebih rumit, lebih parahnya lagi dia tak bisa cerita pada siapa pun. Untuk bercerita pada Aina pun Alisya masih takut dan khawatir. Sejak tadi Vina mencurahkan isi hatinya, tentang rasa tidak nyamannya menjalani hubungan secara diam-diam. Dia katanya sering dilanda cemburu melihat para mahasiswi yang berusaha cari perhatian pada Yogi. Walau Yogi tak menanggapi dan bersikap profesional layaknya seorang dosen, Vina tetap cemburu. Entah kenapa, kisah Vina dengannya hampir sama. Mereka sama-sama berpacaran dengan pria dewasa dan sama-sama backstreet. Jika yang membuat Vina cemburu adalah para mahasiswi, maka yang membuat Alisya cemburu adalah dosennya sendiri, Fiona. Alisya menghembuskan nafas panjang lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Vina baru pergi dari kamarnya beberapa menit yang lalu, jadi Alisya baru memiliki waktu untuk menghubungi Andra. Karena setiap malam, Andra

Alisya kini berada di apartemen Andra. Dia duduk di sofa panjang di ruang tamu dengan mata menatap lurus meja di depannya. Entah kenapa Alisya selalu membayangkan kemarahan keluarga nanti jika mereka mengetahui hubungannya dengan Andra. Padahal, bisa saja itu tak akan terjadi. "Sya, kamu mau pulang sekarang?" Andra datang dan duduk di sampingnya. Dia langsung meraih tangan Alisya dan menggenggamnya dengan erat. Alisya hanya diam, seraya memandangi jemari mereka yang bertaut. Andra menghela nafas pelan, tak menyangka Alisya akan sampai kepikiran begini. "Setiap hubungan pasti memiliki masalah, Sya. Dan aku yakin kita bisa melewatinya bersama," ucap Andra lembut. Dia melepaskan genggaman tangan mereka lalu beralih memeluk Alisya dengan erat. Dia mencium kening Alisya seraya mengusap punggungnya pelan, berharap Alisya bisa sedikit tenang. Cukup lama mereka diam, tak mengatakan sepatah katapun. Jujur saja, Alisya pun tak bisa berhenti memikirkan hal terburuk yang mungkin terjadi. Alisy

Andra berjalan berdampingan dengan ayah tirinya, Hendra. Mereka sudah berada di perusahaan dan akan melanjutkan obrolan yang tertunda di ruang makan tadi. Andra yang tahu apa yang akan dibahas merasa tak tenang. Dia tak tahu bagaimana cara menolak keinginan Hendra tanpa menyakiti atau menyinggung ayah tirinya itu. Apa mungkin dia harus mengaku tentang hubungannya dengan Alisya? Tapi, bagaimana jika Hendra malah tak setuju dan berbalik benci padanya? Saat sedang berada di dalam lift, Andra merasakan ponselnya bergetar. Dia merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya. Ternyata ada satu pesan dari Alisya. Andra membukanya dan membacanya dalam hati. Tanpa dia sadari, Hendra meliriknya dengan heran. "Apapun yang terjadi, jangan katakan apapun tentang kita pada ayah." Itulah isi pesannya. Andra terdiam, dan berpikir cukup keras. Jadi, dia harus bagaimana menolak permintaan Hendra? "Andra." Hendra memanggil anak tirinya tersebut yang terlalu fokus pada ponsel. Andra sampai tersentak,