Begitu bangun, perut Yovita terasa sakit.Dia memasang pembalut, lalu kembali berbaring. Yovita berpikir, mungkin ini lagi-lagi pertanda keguguran.Biarkan saja.Jika janin itu hilang begitu saja dari dalam perutnya, mungkin justru itu adalah sebuah keberuntungan.Rasa sakit yang samar-samar itu tidak terlalu dipedulikan Yovita. Bahkan, Yovita berharap rasa sakitnya bisa lebih parah lagi. Yovita sudah memutuskan, apa pun yang terjadi, dia tidak akan pergi ke rumah sakit. Dia akan menyelesaikannya di kamar kecil ini sendirian.Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu."Yovita."Yovita membuka pintu. Cindy datang membawakan makan siang untuknya, tumis sawi putih, lodeh labu dan satu roti kukus.Makanan yang sudah terlalu sering dilihat dan dimakan Yovita, sampai-sampai membuat Yovita muak."Yovita, aku dengar kamu lagi nggak enak badan. Jadi, aku bawain makan siangmu. Ayo, bilang terima kasih padaku."Yovita duduk di dekat jendela. Wajahnya pucat dan dia hanya berkata dengan datar, "Terima k
Read more