All Chapters of Menikahi Musuh Bebuyutan Mantan Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30

Keluarga Xu memiliki bisnis keluarga yang besar, tetapi properti keluarga yang besar ini awalnya tidak bermarga Xu.Ibu Xu Anran adalah putri tunggal di keluarganya, jadi warisan kakeknya atas properti keluarga semuanya jatuh padanya. Setelah ibunya meninggal lebih awal, properti keluarga itu secara alami jatuh ke tangan Xu Zhenwei.Xu Zhenwei biasanya tidak tahan orang lain menyebutkan masalah ini. Setiap kali hal itu terjadi, dia terlihat seperti menantu yang datang berkunjung. Dia hanya merasa bahwa ini adalah tamparan di wajah baginya."Bukankah apa yang kukatakan itu kebenaran? Kalau bukan karena kakekku, bagaimana keluarga Xu bisa berkembang menjadi seperti sekarang? Tapi kulihat, bisnis keluarga ini akan hancur di tangan Ayah cepat atau lambat!"Kata-kata Xu Anran penuh sindiran. Wajah Xu Zhenwei memerah. Dia menggertakkan gigi, mengambil map dari meja, dan melemparkannya ke arah Xu Anran."Diam!" Dia hanya merasa tekanan darahnya naik, dan

"Aku... Aku baik-baik saja!" Wajah Xu Anran memerah. Dia memegang tangannya dan tidak berani menatap mata Jiang Rongyan.Apa yang tidak dia ketahui adalah bahwa itu akan membuatnya semakin malu. Setelah mengatakan itu, Xu Anran hendak berbalik dan pergi, tetapi dia seolah tiba-tiba teringat sesuatu. Dia berbalik dan terlihat tenang. Namun, wajahnya yang memerah darah mengkhianatinya. Dia bertanya dengan hati-hati, "Apakah udang karang di lemari es di bawah itu makan malammu?"Jiang Rongyan segera menebak apa yang dipikirkan Xu Anran dan menjawab, "Itu disiapkan untukmu. Kau bisa memakannya jika mau." Dia pulang kerja lebih awal pagi itu dan mendapati Xu Anran bersembunyi di kamarnya, tetapi dia tidak tahu apa yang sedang disibukkannya. Dia juga makan malam sendirian. Berpikir bahwa Xu Anran sibuk dengan urusan resmi, dia tidak mengganggunya. Dia memesan udang karang takeout untuk Xu Anran terlebih dahulu agar wanita itu punya sesuatu untuk dimakan ketika dia l

"Kak Xiaokun, apa kau akan datang ke kantor hari ini? Aku bangun pagi-pagi untuk membuatkan sarapan untukmu," kata Xu Anning dengan manis.Kemarahan Qin Xiaokun telah benar-benar hilang sekarang, dan nadanya menjadi jauh lebih lembut. "Aku akan pergi ke kantor. Bahkan jika hanya untuk melihatmu, aku tetap harus pergi." Tawa malu-malu segera terdengar dari ujung telepon yang lain.Qin Xiaokun merasa sedikit kecewa. Mereka berdua sama-sama wanita, tetapi Xu Anning sangat disukai dan lebih mencintainya. Sebagai perbandingan, Xu Anran adalah wanita palsu yang tidak mengerti romansa!Pada saat ini, Xu Anran baru saja turun. Dia berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa dan duduk di meja makan. Dia mengambil roti kukus dan menggigitnya. "Aku sudah meninggalkan perusahaan. Aku berencana mendaftarkan perusahaan sendiri."Xu Anran menelan roti kukus di mulutnya dan menatap Jiang Rongyan. Panggilan telepon Qin Xiaokun barusan telah membuatnya sangat marah. Dia ingi

Saat dia memikirkannya... Dia berkata dengan sedikit penyesalan, "Xiao Xu, benar? Resepmu ini sangat bagus. Kali ini, proyek pemasaran pabrik parfum besar ini cukup cocok untukmu. Kau bisa bertanggung jawab atas ini untuk sementara waktu." Dia tidak memiliki banyak peluang untuk menang... Perusahaannya hampir tidak memiliki kehadiran di dunia korporat. Proyek tahun sebelumnya hanyalah formalitas bagi perusahaannya.Xu Anran mendengar ini dan mengangguk sambil tersenyum. Kata-kata Direktur Zhao tidak hanya memberitahunya bahwa dia lulus wawancara, tetapi juga mempercayakan tugas penting padanya. Xu Anran telah melakukan banyak penelitian dalam dua hari terakhir dan memiliki pemahaman umum tentang situasi pasar parfum saat ini. Dia juga pernah mendengar tentang proyek ini. Meskipun perusahaan ini tidak terkenal, dia sangat yakin bisa memenangkan proyek ini. Namun, dia baru saja datang ke perusahaan ini dan berencana untuk menyembunyikan bakatnya terlebih dahulu. Kalau tidak, se

Acara dijadwalkan pada pukul 3 sore, jadi Xu Anran pergi ke perusahaan terlebih dahulu dan mengonfirmasikannya dengan manajer proyek untuk terakhir kalinya. Dia duduk dengan tenang di mejanya dan mendongak. Semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka dan hampir tidak ada yang terdengar berbicara. Hanya ada suara keyboard yang konstan. Kemudian, dia melihat ke luar jendela. Langit tidak secerah di pagi hari. Cuaca sangat suram dan awan gelap ada di mana-mana.Untuk beberapa alasan, Xu Anran merasa seolah-olah sebuah batu besar telah diletakkan di hatinya. Tidak peduli seberapa keras dia mencoba, dia tidak bisa menyingkirkannya. Dia terus merasa seolah-olah dia telah mengabaikan sesuatu, tetapi dia tidak dapat mengingat apa pun.Dalam perjalanan ke tempat konferensi, awan gelap tebal melayang di langit. Tak lama kemudian, butiran hujan sebesar biji kacang jatuh. Hujan terus mengetuk jendela mobil seolah-olah mereka mengetuk hati Xu Anran. Ketika manajer proyek mel