Semua Bab Cahaya yang Tertunda: Bab 11 - Bab 20

Sania berbicara sementara tangannya sudah menyusup ke dalam baju Tama.Tama langsung menangkap maksud tersembunyi di balik kata-katanya. Gairah yang baru saja terbangun pun langsung sirna seketika."Jangan berpikir macam-macam!" Dia mendorong Sania dengan dingin, nada bicaranya terdengar menusuk. "Kelahiran Alex hanyalah sebuah kecelakaan. Jangan pernah berharap hal lain!"Sania sampai pucat ketakutan dan cepat-cepat menarik tangannya. "Bukan aku… Alex sendiri yang ngomong. Aku akan mengikuti semua kata-katamu.""Dia juga nggak seharusnya punya pikiran seperti itu!"Tama menatapnya dengan tidak senang, rasa jijiknya jelas terlihat."Ulang tahun Alex sudah lewat. Setelah urusan pendaftaran sekolahnya selesai, kita akan pergi mengurus akta cerai."Seketika itu juga, kata-katanya membuat Sania terpaku di tempatnya."Tama!"Dengan mata merah, dia bergegas maju dan memeluk erat lengan Tama."Kita nggak bisa bercerai! Alex masih kecil, kamu tega melihatnya tumbuh besar tanpa seorang ayah?"T

Di video itu, Sania dan kekasih gelapnya yang juga seorang penculik itu bergumul telanjang di ranjang. Adegannya kotor sampai sulit ditonton."Sania, kalau dibandingkan dengan Tama, siapa yang lebih hebat?"Pria itu terengah-engah sambil tersenyum."Tentu saja kamu… Tama sama sekali nggak sebanding…"Sania membalas dengan senyum nakal, suaranya terdengar manja sekaligus menusuk."Hah, pakai uang Tama dan tidur dengan wanitanya, ini untung besar buatku."Kata-kata mesum yang diucapkan keduanya makin vulgar, pose mereka juga makin tidak senonoh.Para tamu yang berada di sekitar langsung heboh, suara terkejut terdengar silih berganti. Banyak yang mengangkat ponsel untuk merekam, lampu kilat kamera menyala bersamaan di aula."Matikan! Cepat matikan!"Wajah Sania langsung pucat pasi. Dengan panik seperti orang gila, dia melesat ke meja kontrol. "Ini semua palsu! Ini hasil editan! Jangan rekam lagi!"Di tengah kekacauan, sikunya menyenggol saklar speaker dan suara napas liar itu mendadak ter

"Dia sudah tahu semuanya…" Tama terguncang dan mundur beberapa langkah. "Ternyata dia memang sudah tahu sejak lama. Kepergiannya sama sekali bukan karena impulsif, melainkan sudah direncanakan…"Kakinya beberapa kali lemas tak bertenaga, wajahnya pun pucat.Petugas di sampingnya tak bisa menahan diri untuk menatapnya lebih lama.Pria ini berpakaian rapi, tampak kaya, tetapi bagaimana bisa sampai seterpuruk ini?Tiba-tiba petugas itu teringat sesuatu, lalu menggeleng dengan tatapan rumit.Beberapa waktu lalu, seorang wanita bernama Winda datang untuk mengurus administrasi kependudukan. Matanya merah dan tangan yang memeluk anaknya gemetar terus-menerus.Wanita itu ingin anaknya tercatat atas nama suaminya, tetapi setelah dicek di sistem, suaminya itu ternyata sudah punya anak dengan wanita lain, bahkan akta nikah mereka selama ini pun palsu.Melihat penampilan wanita itu waktu itu, siapa pun pasti merasa iba.Tama berjalan keluar dengan lemas dan linglung. Petugas itu meneguk teh dari c

Tama menatap tajam kepada Winda yang mengenakan gaun pengantin, air mata mengalir di pipi Tama yang pucat."Winda, bagaimana bisa kamu menikah dengannya? Kamu istriku!"Ruang pesta yang luas itu tiba-tiba hening, perhatian semua orang tertuju pada tamu yang tidak diundang.Winda menatapnya dengan dingin, sorot matanya tetap tenang.Baru setengah bulan tidak bertemu, dia seperti kehilangan semua semangat hidupnya.Wajahnya pucat pasi, area bawah matanya menghitam, bahkan rambutnya yang dulu selalu rapi terlihat berantakan."Pak Tama," ucapnya perlahan, dengan nada dingin. "Aku nggak mengerti apa yang baru saja kamu katakan. Kapan aku menjadi istrimu?""Aku dan Farel sudah sah menikah tiga hari yang lalu. Secara hukum, kami adalah pasangan sah."Winda menatapnya sebentar, nada suaranya sedikit menyindir saat berkata, "Kalau soal istri, bukannya istrimu itu Sania yang sudah kamu nikahi secara resmi di Kantor Catatan Sipil?""Nggak! Aku nggak punya istri lagi!"Dengan panik, Tama maju satu

Sebuah suara rendah terdengar, Farel keluar dari balik pintu.Dia berdiri di sisi Winda, keduanya saling bertukar senyum, terlihat sangat serasi."Farel!"Tama langsung mencengkeram kerahnya."Kenapa selalu kamu? Sejak kecil sampai sekarang, kamu selalu merebut segala sesuatunya dariku! Kapan kamu akan berhenti?"Farel melepaskan cengkeramannya dengan santai, lalu berbicara dengan nada mengejek."Winda adalah orang, bukan benda seperti yang kamu omongkan.""Selain itu, kamu sendiri tahu betapa kotor tindakanmu. Seharusnya orang yang Winda sukai adalah aku."Seketika, ekspresi Tama berubah.Melihat ekspresinya, Winda merasakan firasat buruk."Farel, maksudmu…"Farel mengangguk, menatap tajam ke arah Tama."Delapan tahun lalu, di pesta topeng yang diadakan oleh orang terkaya di Kota Persy, akulah yang menyelamatkan Winda, tapi kamu malah mengaku-ngaku sebagai penyelamatnya."Saat Farel menceritakan semuanya dengan terputus-putus, Winda pun teringat sesuatu.Salah satu alasan besar mengap