Firman berdiri dengan kaki gemetar, batu tajam masih tergenggam di tangannya. Pak Darto berada sekitar lima meter di depannya, pisau lipat mengkilat di bawah sinar matahari pagi. Angin bertiup kencang, membawa debu dan pasir yang menyengat mata.Untuk sesaat, keduanya hanya berdiri diam, saling menatap. Seperti dua hewan yang akan bertarung, mengukur satu sama lain.Lalu Pak Darto bergerak.Tidak cepat. Justru lambat. Sangat lambat. Satu langkah, lalu berhenti. Satu langkah lagi, lalu berhenti. Seperti sedang berjalan santai di taman, bukan memburu mangsa."Kamu tahu yang lucu, Firman?" Pak Darto berbicara dengan nada percakapan biasa. "Dari semua korbanku, yang mencoba melawan sepertimu ini... mereka selalu mati paling cepat."Firman mundur selangkah, matanya tidak pernah meninggalkan Pak Darto. Tangannya mencari-cari di belakang, mencoba merasakan medan tanpa harus menoleh."Yang lari tanpa melawan biasanya bertahan lebih lama." Pak Darto melanjutkan, melangkah maju lagi. "Tapi hasi
Last Updated : 2025-11-24 Read more